BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Bagaimana Prospek IHSG di Tengah Sinyal Perlambatan Ekonomi China, AS & Jepang?

Bareksa08 Maret 2019
Tags:
Bagaimana Prospek IHSG di Tengah Sinyal Perlambatan Ekonomi China, AS & Jepang?
Seorang karyawan melintas di depan monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup menguat 20 poin atau 0,3 persen dibanding penutupan kemarin. IHSG pun kembali mencetak rekor baru di level 6.680. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Pada Jumat (8/3), pukul 09.52, IHSG di level 6.432 atau melemah 0,39 persen dibandingkan penutupan perdagangan Rabu

Bareksa.com - Pasar saham Indonesia ditutup libur pada perdagangan Kamis, 7 Maret 2019 bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat, 8 Maret 2019, Indeks Harga Saham Gabungan dibuka langsung melemah. Pada Jumat pukul 09.52, IHSG di level 6.432 atau melemah 0,39 persen dibandingkan penutupan perdagangan Rabu, 6 Maret.

Pada perdagangan Kamis, mayoritas bursa saham Asia bergerak negatif. Dari 5 indeks saham utama di kawasan Asia, sebanyak 4 diantaranya berakhir di zona merah.

Indeks Nikkei (Jepang) turun 0,79 persen, Indeks Shanghai (China) melemah 0,35 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) terpangkas 0,69 persen, dan indeks Kospi (Korea) berkurang 0,41 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Perlambatan ekonomi dunia yang semakin terasa membuat pelaku pasar memilih melepas instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkannya ke dolar AS selaku safe haven.

Pada Rabu (06/03/2019) waktu setempat, diumumkan angka penciptaan lapangan kerja AS (di luar sektor pertanian) periode Februari 2019 versi ADP diumumkan 183.000, lebih sedikit dari konsensus yang sebesar 190.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Selanjutnya kemarin di Jepang, pembacaan awal untuk data Coincident Index periode Januari 2019 diumumkan di level 97,9, lebih rendah dari ekspektasi 100,6, seperti dilansir dari Trading Economics.

Data tersebut merupakan statistik yang menggambarkan kondisi perekonomian Jepang. Semakin tinggi angkanya, maka perekonomian Negeri Sakura dikatakan berada dalam kondisi yang semakin kuat, begitupun sebaliknya.

Sebagai catatan, AS dan Jepang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar pertama dan ketiga di dunia. Tekanan terhadap perekonomian kedua negara dipastikan memberi dampak signifikan bagi perekonomian negara-negara lain, tak terkecuali Indonesia.

Apalagi, sebelumnya sinyal perlambatan ekonomi sudah benar-benar nyata terlihat di China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Pada hari Selasa (05/03/2019), Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6 - 6,5 persen. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5 persen.

Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6 persen), maka hal itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat tumbuh 6,6 persen.

Sementara itu, pada perdagangan Rabu, 6 Maret 2019, IHSG berhasil ditutup menguat 0,26 persen berakhir di level 6.457,96. Aktivitas transaksi pada perdagangan Rabu berlangsung sangat ramai, di mana tercatat 23,11 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi yang mencapai Rp15,12 triliun.

Secara sektoral, mayoritas berakhir di zona hijau pada perdagangan Rabu, kecuali empat sektor yang berakhir di zona merah yakni infrastruktur (-0,78 persen), pertambangan (-0,26 persen), pertanian (-0,21 persen), dan properti (-0,21 persen).

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni keuangan (0,75 persen), industri dasar (0,56 persen), dan aneka industri (0,42 persen)

Beberapa saham yang menopang IHSG pada Rabu :

1. Saham BMRI (1,8 persen)
2. Saham BBRI (1 persen)
3. Saham MAYA (11,4 persen)
4. Saham INTP (5,8 persen)
5. Saham GGRM (2,1 persen)

Sebanyak 207 saham menguat, 185 saham melemah, dan 142 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) yang signifikan di seluruh pasar pada perdagangan Rabu senilai Rp4,12 triliun.

Saham-saham yang terbanyak diborong investor asing :

1. Saham BMRI (Rp72,64 miliar)
2. Saham BBRI (Rp34,34 miliar)
3. Saham BRPT (Rp25,58 miliar)
4. Saham BTPS (Rp20,74 miliar)
5. Saham TKIM (Rp15,76 miliar)

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan Rabu membentuk doji yang menggambarkan adanya pergerakan bervariatif dengan kecenderungan menguat setelah di awal perdagangan sempat mengalami tekanan.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat bervariatif di mana sempat mengalami tekanan di 23 menit awal perdagangan sebelum akhirnya berangsur naik.

Kemudian saat memasuki sesi kedua perdagangan, secara perlahan IHSG terlihat kembali melanjutkan kenaikannya meskipun akhirnya menjelang penutupan kembali sedikit terpangkas, meskipun akhirnya masih mampu berakhir di zona hijau.

Posisi IHSG saat ini berada di sekitar garis lower bollinger band yang terlihat mencoba bergerak naik, menandakan adanya potensi penguatan lanjutan dalam jangka pendek.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) juga terlihat mencoba bergerak naik dan masih berada di sekitar area netral, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang mulai terbuka.

Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi mengalami penguatan, namun tidak menutup kemungkinan akan kembali ada koreksi mengingat akhir pekan.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang kembali memberatkan laju IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones melemah 0,78 persen, kemudian S&P 500 turun 0,81 persen, dan Nasdaq Composite merosot 1,13 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,44

Up0,08%
Up3,33%
Up0,02%
Up5,55%
Up18,27%
-

Capital Fixed Income Fund

1.769,29

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,32%
Up43,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,07

Down- 0,93%
Up3,17%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,21%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.036,37

Down- 0,18%
Up1,84%
Up0,01%
Up2,73%
Down- 2,13%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,65

Up0,48%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua