BeritaArrow iconEmasArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Harga Emas Naik Lebih Cepat, Vaksin Covid Dorong Saham Farmasi

Bareksa23 Juli 2020
Tags:
Berita Hari Ini : Harga Emas Naik Lebih Cepat, Vaksin Covid Dorong Saham Farmasi
Seorang karyawan menunjukkan emas batangan Antam 100 gram untuk investasi di sebuah toko emas di Pasar Besar, Malang, Jawa Timur, Senin (18/5). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Wisata Bali dibuka 31 Juli, PMDN penopang investasi semester I 2020, Korsel alami resesi

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait investasi dan ekonomi yang disarikan dari sejumlah media dan keterbukaan informasi, Kamis 23 Juli 2020.:

Harga Emas

Harga emas melonjak ke level tertinggi dalam sembilan tahun terakhir pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta, 24/7/2020). Seperti dilansir Liputan6, hal tersebut didorong meningkatnya ketegangan di Amerika Serikat (AS) - China yang memicu permintaan untuk instrumen investasi yang aman. Sementara harga perak mengikuti reli emas batangan untuk mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir di tengah harapan pemulihan permintaan industri.

Promo Terbaru di Bareksa

Dikutip dari CNBC, Kamis (23/7/2020), harga emas di pasar spot mencapai level tertinggi sejak September 2011 di US$1.870,01. Sementara harga emas AS ditutup 1,2 persen lebih tinggi ke level US$ 1,865.1 per ounce. "Harga emas mengalami kenaikan lebih cepat dan itu terutama karena ketegangan geopolitik dengan China," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di Broker OANDA.

AS memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston. Sementara sebuah sumber mengatakan Beijing sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan sebagai pembalasan. Kemunduran hubungan antara AS dan China kemungkinan akan semakin memperburuk prospek ekonomi global saat kedua negara itu berada di bawah pengaruh pandemi.

Suku bunga rendah dan gelombang stimulus untuk meredam ekonomi yang terkena virus telah mendorong harga emas. Ini banyak digunakan sebagai asuransi terhadap meningkatnya ketidakpastian.

PMDN

Investor dalam negeri nyatanya menunjukkan geliat untuk menanamkan investasi domestik, bahkan, mengalahkan investor asing. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sepanjang semester I 2020 sebesar Rp207 triliun atau setara 51,4 persen dari total realisasi investasi senilai Rp402,6 triliun. Sisanya berasal dari penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) Rp195,6 triliun.

Pencapaian PMDN ini disokong oleh realisasi pada periode kuartal I 2020 yang mencapai Rp112,7 triliun, unggul atas PMA Rp98 triliun. Namun, pada kuartal II 2020 realisasi PMDN hanya mencapai Rp94,3 triliun. Lebih rendah daripada PMA yang mencatatkan Rp97,6 triliun di periode sama.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia seperti dilansir Kontan.co.id, mengatakan tren realisasi investasi pada semester I 2020 memang sangat berat. Hal ini mengingat dampak dari pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) terhadap ekonomi domestik maupun global.

Bahlil menyampaikan, PMDN memang menjadi andalan pada awal tahun 2020, sebab saat itu ekonomi dalam negeri belum begitu terpapar. Ke depan, dirinya optimistis baik PMDN maupun PMA bakal tetap mocer.

"Jadi kami tidak mengistimewakan investor asing. Semuanya dilayani, mau buat PMDN atau PMA semua bisa," kata Bahlil dalam video Konferensi Pers Realisasi Investasi Kuartal II 2020, Rabu (22/7).

Wisata Bali

Pulau Bali akan dibuka kembali untuk wisata pada 31 Juli 2020. Namun belum semua turis bisa ke Bali. Aktivitas pariwisata di Pulau Dewata ini hanya diperuntukkan bagi wisatawan Nusantara.

"Pada 31 Juli yang akan datang dimulai pembukaan sektor pariwisata khusus wisatawan nusantara," kata Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam webinar Nasional Reaktivasi Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru, Jakarta seperti dilansir Liputan6.

Bila tahap kedua pemulihan ekonomi di Bali ini berjalan dengan baik, maka pada 11 September mendatang, wisatawan mancanegara dipersilakan untuk datang. "Tahap ketiga akan dijalankan pada 11 september 2020 mulai aktivitas pariwisata untuk wisatawan mancanegara," kata Wayan.

Saat ini Bali sedang mempersiapkan diri untuk membuka sektor kepariwisataan. Sambil berjalan, proses penanganan Covid-19 juga sedang berlangsung.

Hingga tanggal 21 Juli, jumlah kasus terkonfirmasi positif di Bali sebanyak 2.856 orang. Ada 700 pasien (25 persen) menjalani sedang dalam perawatan. Lebih dari 400 merupakan pasien tanpa gejala.

"Yang positif ini 400 lebih tanpa gejala, hanya 220 yang berada di rumah sakit dan kami tengah menangani ini dengan baik sesuai arahan Presiden Juli lalu," tutur Wayan.

Dia menargetkan akhir pekan ini 80 persen sembuh. Sebab, sebelum dibukanya kembali pintu pariwisata, wisatawan domestik harus percaya dan merasa nyaman berlibur di Bali selama masa pandemi.

Korea Selatan

Korea Selatan masuk ke jurang resesi. Ekonomi Korsel mengalami kontraksi di kuartal II 2020 ini. Dikutip dari Trading Economics seperti dilansir CNBC Indonesia, PDB secara kuartalan pada kuartal II 2020 turun 3,3 persen. Sebelumnya di kuartal I, ekonomi turun 1,3 persen.

Ekonomi terbesar keempat di dunia ini memasuki resesi teknis dengan kontraksi terburuk sejak 1998. Ekspor barang dan jasa di mana ekonomi yang bergantung, anjlok 16,6 persen, terburuk sejak kuartal terakhir 1963.

Sementara secara tahunan, PDB negara ini di kuartal II minus 2,9 persen dari periode yang sama tahun lalu. Namun YoY, ekonomi masih tumbuh di kuartal I 1,4 persen.

Saham Farmasi

Saham emiten farmasi tengah mendapat sentimen positif vaksin Covid-19 di Tanah Air. Setelah 2 hari terakhir saham duo emiten BUMN farmasi seperti dilansir CNBC Indonesia, 'mengamuk' pada perdagangan Rabu kemarin (22/7/2020) saham PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sentuh batas auto reject atas (ARA).

Dua emiten farmasi BUMN tersebut merupakan anak usaha BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero). Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada pukul 10.00 WIB, Rabu pagi, 'duet maut' saham farmasi pelat merah ini sama sama menyentuh batas atas maksimal kenaikan harian atau auto reject atas 25 persen hingga penutupan.

Saham INAF menguat 24,92 persen di level Rp1880 per saham dengan nilai transaksi Rp31,31 miliar dan volume perdagangan 17,27 juta saham. Tidak berbeda, saham KAEF melesat 24,78 persen di level Rp2.140 per saham dengan nilai transaksi 149,29 miliar dan volume perdagangan 72,27 juta saham.

Batas auto reject untuk range harga saham Rp200-5.000 adalah 25 persen dalam sehari. Sementara level harga Rp50-Rp 200 akan dikenakan auto reject apabila terjadi kenaikan sebesar 35 persen.

Selain INAF dan KAEF, sejumlah saham farmasi lainnya juga melesat. Data BEI mencatat, setidaknya terdapat 10 emiten farmasi (sub-sektor farmasi di sektor industri barang konsumer).

Mengacu data tersebut, INAF mencatatkan penguatan paling tinggi secara harian dan paling tinggi dalam 5 hari perdagangan terakhir. Begitu juga dalam sebulan terakhir, INAF masih tercatat paling kencang, disusul PT Pyridam Farma Tbk (PYFA). Kabar masuknya investor baru yakni Rejuve Global Investment Pte Ltd asal Singapura ke PYFA menjadi sentimen positif.

Pada Senin pekan ini, memang terjadi aksi borong saham PYFA di pasar negosiasi yang dilakukan satu broker (crossing saham). Beberapa nama perusahaan farmasi lainnya tak dimasukkan karena tak likuid dan harga tidak bergerak seperti PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC), dan Merk Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI).

Mengacu data tersebut, INAF mencatatkan penguatan paling tinggi secara harian dan paling tinggi dalam 5 hari perdagangan terakhir. Begitu juga dalam sebulan terakhir, INAF masih tercatat paling kencang, disusul PT Pyridam Farma Tbk (PYFA). Kabar masuknya investor baru yakni Rejuve Global Investment Pte Ltd asal Singapura ke PYFA menjadi sentimen positif.

Pada Senin pekan ini, memang terjadi aksi borong saham PYFA di pasar negosiasi yang dilakukan satu broker (crossing saham). Beberapa nama perusahaan farmasi lainnya tak dimasukkan karena tak likuid dan harga tidak bergerak seperti PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC), dan Merk Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI).

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,43%
Up3,55%
Up0,02%
Up5,95%
Up19,11%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,51

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,20%
Up17,66%
Up42,85%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,99%
Up60,26%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,10%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,30%
Up47,85%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,08%
Up2,01%
Up0,02%
Up2,91%
Down- 1,48%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua