BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : BPOM Sebut Hasil Uji Vaksin Covid-19 Baik, OVO Dukung MLFF Jalan Tol

Abdul Malik27 November 2020
Tags:
Berita Hari Ini :  BPOM Sebut Hasil Uji Vaksin Covid-19 Baik, OVO Dukung MLFF Jalan Tol
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (tengah) didampingi Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti (kanan) dan Direktur Produksi Kefarmasian Kementrian Kesehatan Agusdini Banun Saptaningsih (kiri) menekan tombol bersama saat groundbreaking pembangunan pabrik vaksin COVID-19 di Kawasan Modern Industri Cikande, Serang, Banten, Selasa (24/11/2020). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.

IHSG tembus 5.759, reksadana saham akan bullish, SBN menguat, pasar obligasi RI terbaik, harga emas melemah

Bareksa.com - Berikut adalah perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 27 November 2020 :

Vaksin Covid-19

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) Penny K Lukito mengatakan, dari data analisis sementara uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 Sinovac menunjukkan hasil cukup baik. Hal itu disampaikan Penny dalam kunjungannya ke Bio Farma dan melakukan rapat internal bersama Bio Farma, Litbangkes Kementerian Kesehatan, dan tim uji klinis vaksin Covid-19 fase tiga.

"Maksud kedatangan kami untuk memastikan pengujian vaksin Covid-19," tutur Penny dalam konferensi persnya di Bandung, Kamis (26/11/2020) dilansir Kompas.com.

Promo Terbaru di Bareksa

Penny mengungkapkan, dalam pertemuan hari ini, pihaknya membahas progress mutu keamanan dan khasiat. Seperti aspek mutu vaksin. Apalagi belum lama ini BPOM bersama Bio Farma, dan MUI, melakukan inspeksi ke Sinovac China. Hasilnya, produk tersebut memenuhi aspek produksi obat yang baik di China. "Yang bisa kami laporkan dari hasil tersebut, dari aspek mutu, vaksin Covid-19 tersebut dapat dikatakan memenuhi aspek cara produksi obat yang baik di fasilitasnya di China," kata Penny.

Sementara, untuk mendapatkan data klinis yang menunjukkan aspek keamanan dan khasiat, diperlukan data hasil uji klinis yang dilakukan di Bandung, serta beberapa negara lain. Penny memaparkan, untuk mendapatkan aspek keamanan dan khasiat atau efikasi vaksin yang diharapkan, maka hasil analisis sampel darah harus menunjukkan imunogenisitas.

Analisis imunogenisitas menjadi parameter ukur yang dapat menjadi bukti ilmiah dari aspek keamanan dan khasiat setelah penyuntikan dosis kedua. Setelah itu pihaknya akan terus memantau hingga enam bulan ke depan. "Sejauh ini, data yang diterima, dalam satu bulan dilihat dari aspek khasiatnya hasilnya baik. Kami positif (dengan hasil uji klinis vaksin Covid-19), data-data selanjutnya masih kami tunggu dalam observasi 3 bulan, yang akan terlihat pada bulan Desember ini," jelas Penny.

Sementara itu, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Kusnandi Rusmil mengatakan, sasil sementara pelaksanaan uji klinis fase tiga, vaksin dinyatakan aman. “Sampai sekarang, untuk keamanannya, sementara waktu aman, tidak terjadi hal yang merugikan subjek (relawan),” ungkap Kusnandi.

Kusnandi mengatakan, hingga kini ada 1.817 relawan yang dilakukan screening. Kemudian 1.620 di antaranya mendapatkan suntikan pertama, lalu 1.603 mendapat suntikan kedua. Setelah melalui tahap penyuntikan, mereka akan diambil darah beberapa kali dalam jangka waktu tertentu. Itu dilakukan untuk melihat antibody yang dihasilkan suntikan vaksin tersebut. Hingga kini, dari 1.620 relawan yang disuntik, dari sisi keamanan terbilang aman. Tidak terjadi hal yang merugikan subjek.

“Yang terjadi hanya pilek, pusing, yang dalam 2 hari sembuh, dan itu hanya terjadi pada 20 persen relawan,” ungkap dia.

Pihaknya saat ini masih akan terus mengikuti proses penelitian. Semua hasilnya akan dilaporkan ke BPOM. Selain itu, ia pun meminta dukungan semua pihak agar penelitian berjalan baik.

Sistem Multi Lane Free Flow Jalan Tol

Pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol terus mengembangkan transaksi jalan tol, terbaru melalui sistem multi lane free flow (MLFF). MLFF merupakan transaksi pembayaran jalan tol dengan teknologi nirsentuh yang memungkinkan kendaraan tidak perlu berhenti ketika membayar tarif di gerbang tol.

Adapun implementasinya akan dimulai secara bertahap pada tahun depan. Rencananya, implementasi sistem tersebut dilakukan dengan beberapa alternatif. Salah satunya dengan menggunakan financial technology (fintech) dalam negeri seperti LinkAja, GoPay, dan OVO.

Menanggapi hal tersebut, Head of Corporate Communications OVO Harumi Sumpit menyebutkan sistem pembayaran di Indonesia terus berkembang dengan pesat mengikuti perkembangan teknologi. Salah satunya ialah transaksi nirsentuh berbasis MLFF ini yang rencananya akan diterapkan di gerbang tol.

Karenanya, pihaknya sangat mendukung rencana pemerintah tersebut. Menurutnya hal itu demi menghadirkan layanan pembayaran di Indonesia yang lebih maju dan komprehensif. "Hal ini juga sejalan dengan target OVO sendiri dalam menjadi aset strategis nasional, yang tentunya akan senantiasa membantu dan mendorong seluruh inisiatif pemerintah terutama dari segi layanan finansial maupun pembayaran," ujarnya dilansir kontan.co.id (26/11).

Dari kesiapannya, Harumi bilang, OVO hadir untuk bertumbuh bersama dengan Indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi digital dalam negeri ini. Dengan pemikiran ini, seluruh inovasi dikembangkan untuk meraih pencapaian tersebut.

"Strategi ekosistem terbuka kami juga memungkinkan OVO untuk terus menjalin kolaborasi dengan pemerintah dan lini industri manapun. Sehingga, tentunya kami sangat terbuka dan bersiap untuk membantu berjalannya rencana sistem pembayaran tol nirsentuh ini," paparnya.

Secara umum, sebagai platform pembayaran dan layanan keuangan digital yang memiliki ekosistem terbuka, OVO fokus pada inovasi untuk melayani masyarakat serta memberikan akses terhadap layanan keuangan secara merata. Layanan OVO bisa digunakan untuk seluruh pembayaran pada merchant OVO maupun mitra strategis kami seperti platform e-commerce, ride-hailing (transportasi), dan lainnya.

Selain itu, OVO juga memfasilitasi pembayaran seperti parkir, tagihan, pulsa, dan donasi. "Baru-baru ini, kami telah mengembangkan layanan kami dengan menghadirkan OVO | Proteksi, layanan ini hadir dengan produk pertamanya yaitu, Proteksi Layar Smartphone," sebutnya.

Selain itu, pihaknya juga mendukung pemerintah dengan menjadi mitra resmi untuk uang elektronik (e-money) untuk program Kartu Prakerja. Terakhir, perusahaan menjalin kolaborasi dengan BRI untuk menyediakan pinjaman digital untuk modal bagi UMKM sebagai mesin penggerak ekonomi nasional.

"Ke depannya, kami berencana akan terus berinovasi mengembangkan layanan asuransi kami dan merambah ke investasi," tandasnya.

IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (26/11/20) ditutup terbang 1,42 persen di level 5.759,91. Dilansir CNBC Indonesia, data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih Rp510 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi kemarin menyentuh Rp13,4 triliun.

Terpantau 310 saham naik, 153 saham terkoreksi, sisanya 171 saham stagnan.Saham yang paling banyak dilego asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan jual bersih Rp45 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell Rp38 miliar. Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing kemarin adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan beli bersih Rp634 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net buy Rp142 miliar.

Beralih ke Wall Street, bursa saham New York juga cenderung merah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,64 persen ke 29.853,55, S&P 500 terkoreksi 0,08 persen menjadi 3.632,37, tetapi Nasdaq Composite mampu menguat 0,57 persen ke 12.105,72.

Investor kecewa setelah melihat data ketenagakerjaan terkini. Pada pekan yang berakhir 21 November, jumlah klaim tunjangan pengangguran AS naik 30.000 menjadi 778.000, di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 730.000. Klaim tunjangan pengangguran naik dalam dua pekan beruntun. Pelaku pasar cemas kemungkinan pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam tidak secepat yang diperkirakan.

Ternyata dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tidak bisa hilang begitu saja, 'luka' yang begitu dalam masih sangat terasa. "Data ini menyadarkan kita bahwa pemulihan ekonomi tidak merata. Masyarakat kelas menengah-atas bisa berbelanja seperti tidak terjadi apa-apa. Namun mereka yang di bawah harus mengantre untuk mendapatkan makanan gratis dan kesempatan kerja yang sepertinya jauh dari pandangan," tegas Chris Rupkey, Chief Economist MUFG yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Reksadana

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bergerak dalam tren bullish. Hal ini tentunya bakal memberikan dukungan bagi kinerja reksadana saham yang lebih cemerlang di pengujung tahun 2020, setelah tiarap akibat Covid-19. Pada perdagangan Kamis (26/11) IHSG berhasil ditutup menguat 1,42 persen ke level 5.759. Kenaikan tersebut juga didukung dengan aliran dana asing yang masuk, mencapai Rp593 miliar.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto memperkirakan, harga wajar IHSG versi Panin AM adalah 5.500 hingga 6.000 untuk 2020. Sedangkan di tahun depan, indeks berpotensi melaju ke level 6.300 hingga 6.500. "Untuk akhir tahun ini (reksadana saham) mungkin masih cenderung positif karena adanya kenaikan harga komoditas, net inflow asing, dan window dressing," kata Rudiyanto dilansir Kontan, Kamis (26/11).

Dia mengungkapkan, hingga Oktober 2020 asset under management (AUM) alias dana kelolaan untuk reksadana saham di Panin AM mencapai Rp5 triliun dari total dana kelolaan Rp12 triliun. Adapun strategi manager investasi dalam pengelolaan reksadana saham tersebut melalui pendekatan berbasis value.

"Jadi mencari saham yang valuasinya murah kemudian dikombinasikan dengan saham dengan kapitalisasi besar agar kinerja reksadana searah dengan pasar. Kalaupun untuk reksadana saham berbasis indeks, kami akan membeli saham-saham yang ada dalam suatu indeks," ujar Rudiyanto.

Di sisi lain, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan ke level 3,75 persen secara tidak langsung dianggap Rudiyanto sebagai sinyal positif untuk reksadana. Pasalnya, itu akan membuat dana masyarakat di perbankan mencari alternatif lain yang lebih menghasilkan.

SBN

Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Kamis (26/11/2020) kembali ditutup menguat, di tengah data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal III 2020 yang menunjukkan hasil positif. Dilansir CNBC Indonesia, seluruh tenor SBN kemarin ramai dikoleksi investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN.

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 1 basis poin ke level 6,216 persen kemarin. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.

Harga SBN kembali menguat kemarin setelah data pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 di Negeri Paman Sam yang catatkan positif setelah sebelumnya terkontraksi hingga 31 persen di kuartal kedua tahun ini. Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS melaporkan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 33,1 persen pada level tahunan (year-on-year/YoY).

Hal ini mengkonfirmasikan laju ekspansi ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal ketiga (Q3) 2020.AS berhasil pulih dari resesi teknis, yang diartikan negatifnya ekonomi sebuah negara dua kuartal berturut-turut atau lebih. Pengeluaran pribadi adalah pendorong utama pertumbuhan. Stimulus seperti cek yang diberikan pemerintah dan tunjangan pengangguran mingguan, meningkatkan daya beli warga.

"Kenaikan PDB kuartal ketiga mencerminkan upaya berkelanjutan untuk membuka kembali bisnis dan melanjutkan aktivitas yang ditunda atau dibatasi karena Covid-19," kata Departemen Perdagangan AS, Rabu (25/11/2020) waktu setempat.

Pasar Obligasi

Indonesia mengukuhkan diri sebagai salah satu pasar obligasi terbaik di emerging market dan Asia Timur setelah mencatatkan pertumbuhan di atas 9 persen. Berdasarkan data dari Asian Development Bank (ADB), hingga akhir September 2020 pertumbuhan pasar obligasi lokal Indonesia secara kuartalan berada di angka 9,9 persen dengan total penerbitan US$264,8 miliar atau yang tertinggi kedua di wilayah emerging market dan Asia Timur.

Dilansir Bisnis.com (26/11/2020), pasar obligasi lokal merupakan surat utang yang diterbitkan dengan denominasi mata uang negara tersebut. Sementara itu, negara-negara emerging market dan Asia Timur meliputi China, Hong Kong, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Kenaikan ini utamanya ditopang oleh lonjakan penerbitan surat utang yang dilakukan pemerintah Indonesia guna mendukung program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dari dampak pandemi virus corona.

Sementara itu, pada akhir kuartal III 2020, total penerbitan obligasi pemerintah Indonesia tumbuh 10,9 persen atau US$235,2 miliar. Pertumbuhan obligasi pemerintah Indonesia secara keseluruhan sadalah sebesar 25,8 persen.Obligasi korporasi di Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan 2,6 persen secara kuartalan setelah terkoreksi 3 persen pada periode sebelumnya. Total kepemilikan obligasi korporasi mencapai US$29,6 miliar.

Obligasi terbitan pemerintah Indonesia mendominasi pasar surat utang domestik dengan cakupan 88 persen hingga akhir Juni 2020 dari total US$251,5 miliar atau Rp3.585,2 triliun. Dari jumlah tersebut 81,9 persen diantaranya merupakan obligasi konvensional sementara sisanya adalah sukuk negara.Sementara itu, 12 persen dari obligasi berdenominasi rupiah diterbitkan oleh korporasi di Indonesia, atau Rp429,7 triliun hingga Juni 2020.

Adapun kebijakan moneter yang akomodatif juga berdampak positif bagi pasar obligasi lokal di emerging market dan Asia Timur. Sentimen ini juga berdampak pada penguatan nilai mata uang dan pasar saham pada awal November. Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada mengatakan pihaknya melihat perbaikan sentimen dalam investasi global. Namun, hal ini juga dibarengi dengan ketidakpastian outlook ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona.

“Pasar obligasi lokal di kawasan ini dapat membantu pembiayaan yang inklusif dalam upaya pemulihan ekonomi setelah pandemi,” katanya dikutip dari laporan tersebut.

Rupiah

Nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini (27/11). Faktor yang jadi sentimen penggerak rupiah bakal didominasi sentimen eksternal. Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (26/11) kurs rupiah spot menguat 0,31 persen ke level Rp14.100 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (Jisdor), mata uang Garuda menguat 0,27 persen ke level Rp14.130 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengungkapkan, penguatan rupiah hari ini didukung oleh pelemahan dolar AS. Sebab, data tenaga kerja yang dirilis Negeri Paman Sam semalam lebih buruk daripada ekspektasi."Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS menunjukkan kenaikan, yang artinya kenaikan pengangguran," kata Ariston dilansir Kontan.co.id, Kamis (26/11).

Selain itu, berita mengenai kemajuan pengujian vaksin juga masih memberikan sentimen positif ke aset berisiko meskipun ada berita mengenai kenaikan kasus positif Covid-19 di dunia.

Harga Emas

Harga emas bergerak menguat pada Kamis (26/11/2020), setelah melemah dan kembali ke kisaran level US$1.800 per troy ounce. Berdasarkan data Bloomberg, harga emas berjangka di bursa Comex untuk kontrak Februari 2020 terpantau menguat 0,03 persen atau 0,5 poin ke level US$1.811,70 per troy ounce pada pukul 06.46 WIB. Sementara itu, harga emas di pasar spot terpantau menguat 0,88 poin atau 0,05 persen ke level US$1.808,44 per troy ounce.

Presiden Direktur Blue Line Futures Bill Baruch mengatakan meskipun emas mendekati level US$1.800, saat in imerupakan menjadi saat yang tepat untuk perlahan-lahan membangun posisi, karena emas berpotensi menguat menuju US$2.300 pada 2021.

“Pada akhirnya, kami mulai melihat aksi jual emas ini terjadi karena uang yang dikelola, sebagai posisi beli bersih, turun hampir 60 persen dari puncaknya di bulan Agustus, dan itu terjadi selama beberapa bulan terakhir, Sebenarnya kami melihat beberapa penjualan dalam beberapa minggu terakhir,” kata Baruch, seperti dikutip Kitco News dilansir Bisnis.com.

Namun, ia mengatakan dalam jangka panjang fundamental emas masih tidak berubah.“Saya pikir level US$2.300 masih mungkin. Ini mungkin bukan sesuatu yang terjadi dengan sangat cepat di awal tahun. Jika emas mencapai US$1.855, level US$2.000 akan diperoleh kembali dengan cepat,” katanya.

(*)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua