BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Defisit APBN per Oktober Rp764,9 Triliun, AS Investasi di SWF RI US$2 Miliar

Abdul Malik24 November 2020
Tags:
Berita Hari Ini : Defisit APBN per Oktober Rp764,9 Triliun, AS Investasi di SWF RI US$2 Miliar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berbincang dengan wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (6/6). (Bareksa)

IHSG tembus 5.652, dolar di level terendah sejak 2018, SBN mulai melemah setelah 7 hari menguat, tarif kelas baru BPJS Kesehatan

Bareksa.com - Berikut adalah perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 24 November 2020 :

Defisit APBN

Realisasi APBN hingga Oktober 2020 mencatatkan defisit hingga Rp764,9 triliun atau mencapai 4,67 persen dari PDB. Untuk diketahui, akibat Covid-19 pemerintah mengasumsikan defisit APBN 2020 bisa bengkak ke Rp1.039 triliun atau 6,35 persen dari PDB.

Promo Terbaru di Bareksa

Pendapatan negara tercatat Rp1.276,9 triliun atau tumbuh negatif 15,4 persen. Sementara belanja negara Rp2.041 triliun atau tumbuh 13,6 persen untuk mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"Perpres kita untuk defisit menggambarkan keseluruhan tahun defisit akan mencapai Rp1.039 triliun atau 6,34 persen dari PDB. Sekali lagi saya bawa ini dalam konteks G-20 ini fiscal support kontraksi cukup relatif modest. Negara lain bisa belasan persen," papar Menkeu Sri Mulyani dalam paparan APBN Kita November 2020, Senin (23/11/2020) dilansir CNBC Indonesia.

Untuk keseimbangan primer, tercatat hingga Oktober 2020 mencapai Rp513,3 triliun. Dengan kata lain utang ditutup masih dengan menerbitkan utang baru. Sementara pembiayaan anggaran sudah mencapai Rp928,4 triliun.

Sovereign Wealth Fund

CEO United States International Development Finance Corporation (DFC) Adam Boehler telah menandatangani Letter of Interest (LoI) untuk menginvestasikan US$2 Miliar atau Rp28 triliun dari DFC kepada Indonesia Investment Authority atau sovereign wealth fund Indonesia di Washington DC pada Kamis (19/11/2020).Turut menyaksikan penandatanganan tersebut adalah Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan.

Sebagai bagian dari reformasi ekonominya, pemerintah Indonesia terus mengembangkan opsi pembiayaan dan investasi sektor swasta terhadap proyek strategis nasional dan prioritas lainnya. DFC salah satu yang tengah melakukan evaluasi komprehensif terhadap investasinya di Indonesia, sehingga bisa ikut menarik sektor swasta AS berinvestasi di pasar dengan potensi ekonomi yang besar seperti Indonesia. Kerja sama ini akan memperkuat ikatan ekonomi antara Amerika Serikat dan Indonesia.

"DFC juga akan bekerja sama dengan mitranya di Jepang, Uni Emirat Arab, dan Singapura untuk ikut berinvestasi di Indonesia Investment Authority," tulis Kemenko Marves dilansir Bisnis.com.

IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju kencang di awal pekan ini. Senin (23/11), IHSG menguat 1,46 persen atau 81,11 poin ke 5.652,76 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dilansir Kontan, seluruh indeks sektoral menguat bersama dengan IHSG. Sektor industri dasar naik paling tinggi, yakni 3,2 persen. Sektor tambang menguat 2,69 persen. Sektor infrastruktur menanjak 2,58 persen. Sektor konstruksi dan properti menguat 1,65 persen. Sektor manufaktur naik 1,52 persen.

Sektor perdagangan dan jasa menguat 1,28 persen. Sektor aneka industri naik 1,06 persen. Sektor keuangan meningkat 0,95 persen. Sektor barang konsumsi naik 0,59 persen dan sektor perkebunan menguat 0,32 persen.Total volume transaksi bursa mencapai 23,41 miliar saham dengan nilai transaksi Rp12,18 triliun. Sebanyak 321 saham menguat pada hari ini. Ada 147 saham yang turun harga dan 158 saham flat.

Dolar AS dan Rupiah

​Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terjerembap ke level terendahnya dalam 2,5 tahun seiring dengan rencana vaksinasi di Amerika Serikat yang dapat dilakukan dalam tiga pekan mendatang meningkatkan selera pelaku pasar terhadap aset berisiko.

Bisnis.com yang mengutip Bloomberg (23/11/2020), Bloomberg Dollar Spot Index terkoreksi 0,2 persen ke level yang setara dengan catatan pada April 2018 lalu. Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan relatif greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,128 poin atau 0,14 persen ke level 92,264 pada pukul 11.02 WIB.

Hal tersebut terjadi setelah proses vaksinasi virus corona di AS sudah dapat dimulai pada 11 Desember atau 12 Desember menurut Kepala Tim Program Akselerasi Vaksin AS Moncef Slaoui. Sementara itu, nilai dolar AS telah terdepresiasi lebih dari 11 persen dari rekor kenaikan tertinggi pada Maret lalu seiring dengan sentimen vaksin dan pemulihan ekonomi global yang semakin jelas.

Adapun nilai tukar rupiah di pasar spot kemarin ditutup menguat 16 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.149 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,144 poin atau 0,16 persen ke level 92,248 pada pukul 14.54 WIB. Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, kemarin kurs rupiah di Rp14.164 per dolar AS.

SBN

Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Senin (23/11/2020) awal pekan ini mayoritas melemah, mengindikasikn aksi ambil untung pemodal setelah harga instrumen investasi tersebut menguat selama 7 hari berturut-turut. Mayoritas SBN kemarin cenderung dilepas oleh investor, kecuali SBN tenor 30 tahun yang ramai dikoleksi oleh investor.

Dilansir CNBC Indonesia, dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami kenaikan yield, namun tidak untuk yield SBN tenor 30 tahun yang turun 1 basis poin ke level 7,254 persen. Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 3,9 basis poin ke level 6,239 persen kemarin.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen. Yield SBN berbalik arah ke zona merah karena investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) karena pergerakan yield SBN sudah melemah semenjak awal bulan ini,atau tujuh hari terakhir.

BPJS Kesehatan

Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) telah memiliki 11 kriteria untuk menerapkan kelas standar BPJS Kesehatan. Anggota DJSN Muttaqien menjelaskan, pengkajian kelas standar masih terus dibahas antara DJSN, Kementerian Kesehatan, Asosiasi Rumah Sakit, dan stakeholder lainnya.

Penerapan kelas standar nantinya, kata Muttaqien, akan dibagi ke dalam dua kelas, yakni Kelas A yang diperuntukkan bagi peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI JKN) dan Kelas B diperuntukkan untuk peserta Non-PBI JKN.

Dari ke-11 kriteria tersebut ada dua perbedaan antara Kelas A dan Kelas B.Misalnya, di Kelas A, minimal luas per tempat tidur (dalam meter persegi/m2) adalah 7,2 m2 dengan jumlah maksimal 6 tempat tidur per ruangan. Sementara di Kelas B luas per tempat tidur 10 m2, dengan jumlah maksimal tempat 4 tidur per ruangan. Adapun 9 kriteria kelas standar A dan B lainnya memiliki konsep yang sama.

Mengenai besaran iuran, Muttaqien mengatakan sampai saat ini, pihaknya masih membuat beberapa simulasi dan menarik data yang ada di BPJS Kesehatan. Penetapan iuran ini akan dilakukan dengan sangat hati-hati. "Agar memperkuat ekosistem JKN untuk keberlanjutan dan peningkatan kualitas JKN. Juga masih menunggu keputusan final dari kebijakan manfaat terkait Kebutuhan Dasar Kesehatan, yang juga akan memiliki pengaruh kepada besaran iuran nanti," kata Muttaqien Senin (23/11/2020) dilansir CNBC Indonesia.

Saleh Partaonan Daulay, anggota Komisi IX DPR pernah mengusulkan agar besaran iuran BPJS Kesehatan, jika kelas standar diterapkan dengan nilai Rp75.000. Karena berhitung berdasarkan aktuaria kelas 3 dan kelas 2. Seperti diketahui, iuran BPJS Kesehatan pada pada Juli-Desember Rp150.000 untuk kelas I, Rp100.000 untuk kelas II, dan Rp42.000 untuk kelas III.

Artinya, menurut Saleh kemungkinan iuran BPJS Kesehatan dengan kelas standar, dimungkinkan antara di kisaran Rp75.000.Jika dilihat dari kisaran rentang iuran antara kelas 3 dan kelas 2 tersebut, artinya yang saat ini menjadi peserta kelas 3, akan kesulitan membayar. Karena iuran yang ada selama ini mereka bayarkan hanya Rp42.000 per bulan. Karena itu, menurut Saleh DJSN mestinya bisa menghitungkan secara konkrit berapa besaran iuran jika nanti kelas standar itu diterapkan.

(*)​

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua