BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini: Harga SBN Menguat; BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga

Hanum Kusuma Dewi19 November 2020
Tags:
Berita Hari Ini: Harga SBN Menguat; BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga
Warga melintas di samping layar yang menampilkan layar grafik informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (13/3/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Transaksi e-commerce melonjak; Ribuan restoran tutup; Peringkat ekonomi syariah Indonesia naik

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita ekonomi terkini dan informasi terkait investasi reksadana, pasar modal yang dirangkum dari berbagai media dan keterbukaan informasi, Kamis, 19 November 2020.

Harga SBN Menguat

Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Rabu (18/11/2020) mayoritas ditutup menguat. Penguatan pasar SBN mengikuti pasar saham Asia maupun domestik yang juga mayoritas ditutup di zona hijau pada Rabu, seperti dikutip CNBC Indonesia.

Mayoritas SBN pada Rabu ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN tenor 1 tahun yang cenderung dilepas oleh investor. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami pelemahan yield, namun tidak untuk yield SBN tenor 1 tahun yang naik 7,1 basis poin ke level 4,001 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara kembali turun 2,6 basis poin ke level 6,181 persen pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga pelemahan yield menunjukkan harga obligasi yang menguat, dan sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.

Harga SBN masih mengalami penguatan karena pelaku pasar masih merespons positif terkait kabar baik dari vaksin besutan Moderna yang sukses dalam uji klinis tahap akhir.

Sebelumnya pada Senin (16/11/2020), Moderna merilis hasil uji coba tahap ketiga yang menunjukkan bahwa vaksin besutannya memiliki tingkat efikasi atau persentase sukarelawan penerima vaksin yang sukses membentuk antibodi hingga 94,5 persen.

Transaksi E-commerce

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi transaksi e-commerce di Tanah Air lompat 108,6 persen hingga akhir tahun ini, yaitu dari Rp206 triliun pada 2019 menjadi Rp429 triliun pada 2020.

"Meskipun ini masih ada beberapa bulan laporan yang harus kita tunggu, tapi kami yakin ini akan tercapai," terang Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dikutip CNN Indonesia dalam Ngobrol Pintar yang digelar ISED, Rabu (18/11)

OJK mencatat volume transaksi e-commerce Indonesia pada September 2020 lalu tumbuh 79,38 persen year on year/yoy jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian, nominal transaksinya mencapai Rp22,05 triliun atau tumbuh 13,3 persen yoy dari periode yang sama tahun lalu Rp19,46 triliun.

Selain itu, di Indonesia jumlah transaksi e-commerce pada September 2020 mencapai 150,2 juta transaksi, meningkat 79,38 persen dari 83,71 juta transaksi pada September 2019.

Diproyeksi, transaksi e-commerce Indonesia 2020-2024 meningkat cukup signifikan dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, berpotensi mengalami pertumbuhan transaksi terbesar ketiga di dunia setelah Turki yang mencapai 20,2 persen dan Argentina yang mencapai 16,30 persen.

Restoran Tutup Permanen

Pelaku usaha restoran membuka data yang cukup membuat miris. Selama 7 bulan pandemi Covid-19, sudah ada ribuan restoran yang gulung tikar di DKI Jakarta. Bahkan, berdasarkan data Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), lebih banyak restoran yang menutup secara permanen dibandingkan sementara.

"Restoran yang disurvei 4.469 resto dari total 9.054. Restoran yang tutup permanen 1.033, jadi hampir 10 persen. Tutup sementara 429 artinya yang masih bisa buka lagi dan ini DKI Jakarta saja. Data ini per September 2020. Sekarang lebih banyak lagi kali," kata Wakil Ketua Umum PHRI Bidang Restoran, Emil Arifin kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/11).

Angka tersebut sudah mencakup restoran yang berada di mal. Emil memperkirakan ada sekitar 4.000 lebih restoran di pusat perbelanjaan. Sebagian besar disebutnya juga sudah menutup operasi. "Ada yang misal punya 20 restoran. Tapi buka 8 atau 9 saja," katanya.

Ia pun mengungkapkan alasan para restoran tutup permanen atau sementara yaitu masalah modal kerja. "Nggak bisa start lagi, kehabisan modal. Ibarat sudah rugi tapi napas nggak bisa panjang, jadi tutup. Biasanya dengan customer penjualan 15 juta di mal sekarang datang penjualan 2-3 juta. Lama-lama mati," lanjutnya.

Padahal, Emil menyebut pengelola pusat perbelanjaan sudah memberi diskon kepada tenant-tenant yang ada, termasuk diantaranya restoran. Sayang, relaksasi itu tidak bisa terlalu lama karena pengelola juga belum mendapat bantuan yang signifikan dari pemerintah, terutama dalam relaksasi pajak.

Ekonomi Syariah

Berdasarkan data The State of Global Islamic Indicator Report 2020/2021 yang baru dirilis November ini, ekonomi syariah Indonesia berhasil masuk ke peringkat keempat. Peringkat tersebut meningkat dari peringkat ke-5 pada tahun 2019 dan peringkat 10 besar pada tahun 2018.

Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat mengatakan, meningkatkan peringkat Indonesia menjadi yang keempat secara global patut disyukuri.

"Tentunya hal ini harus kita syukuri, mengingat laporan menunjukkan perbaikan-perbaikan signifikan dalam ekonomi dan keuangan syariah nasional," kata Sutan dalam jumpa pers secara virtual dikutip Kompas.com, Rabu (18/11/2020).

Tak hanya itu, Indonesia masuk dalam 10 besar di semua kategori, meliputi makanan dan minuman halal, pariwisata ramah muslim, media dan rekreasi bertema islami, obat-obatan dan kosmetik halal, serta keuangan syariah. Sedangkan di tahun lalu, Indonesia hanya masuk 10 besar di 3 kategori, yaitu keuangan syariah, pariwisata ramah muslim, dan modest fashion.

Sutan mengatakan, peningkatan ini tak lepas dari peran stakeholder terkait, baik pemerintah, regulator, hingga masyarakat Indonesia.

Proyeksi Suku Bunga

Nilai tukar rupiah dalam dua pekan pertama bulan ini telah menguat hampir 600 poin, membuka peluang lebih besar bagi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Inflasi bulanan pada Oktober hanya mencapai 0,07 persen, sedangkan ekonomi pada kuartal IV diramal masih terkontraksi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kurs rupiah pada Rabu (17/11/2020) ditutup melemah di posisi Rp 14.070 per dolar AS. Namun, dibandingkan akhir bulan lalu, rupiah sudah menguat hampir 600 poin. Sementara inflasi tahun kalender atau Januari-Oktober baru mencapai 0,95 persen, sedangkan inflasi tahunan sebesar 1,4 persen.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan bank sentral akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen. Proyeksi tersebut seiring dengan tekanan yang sudah jauh berkurang pada nilai tukar rupiah.

"Menurut saya, ini momentumnya tepat karena tekanan terhadap pelemahan rupiah menurun seiring aliran dana yang mulai masuk dan kemungkinan akan terus berlanjut," ujar Andry kepada Katadata.co.id, Rabu (18/11).

Berdasarkan data BI, aliran modal asing kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 7,18 triliun pada pekan lalu (9-12 November). Masuknya aliran modal asing berlanjut dari pekan sebelumnya (2-5 November) yang mencapai Rp 3,87 triliun.

* * *

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua