BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Saham Perbankan Jadi Pemberat IHSG Hari Ini, Apa Sentimennya?

Bareksa18 Desember 2018
Tags:
Saham Perbankan Jadi Pemberat IHSG Hari Ini, Apa Sentimennya?
Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/2). Pada penutupan perdagangan akhir pekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 39 poin atau 0,6 persen ke level 6.505. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Hingga jeda sesi pertama ini, sektor keuangan terpantau melemah 0,94 persen

Bareksa.com - Saham-saham perbankan banyak dilepas investor pada sesi pertama perdagangan Selasa, 18 Desember 2018. Bahkan, indeks sektor keuangan menjadi salah satu sektor yang paling menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga jeda siang ini.

Hingga jeda sesi pertama ini, sektor keuangan terpantau melemah 0,94 persen, atau yang turun paling dalam setelah sektor properti yang melemah 1,39 persen. Sementara itu, IHSG hingga siang ini tercatat turun 0,74 persen.

Adapun saham-saham perbankan yang melemah dan banyak dilepas investor asing antara lain:

Promo Terbaru di Bareksa

  1. Saham BBCA (-1,93 persen), net sell Rp132,29 miliar.
  2. Saham BMRI (-1,35 persen), net sell Rp77,94 miliar.
  3. Saham BBRI (-0,27 persen), net sell Rp58,40 miliar.
  4. Saham BBNI (-1,93 persen), net sell Rp3,91 miliar.

Melemahnya saham-saham dalam sektor keuangan tidak lain disebabkan oleh adanya kabar negatif yang datang dari Amerika Serikat (AS). The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya dalam pertemuan yang berlangsung 18-19 Desember 2018 waktu setempat.

Sejumlah ekonom dan analis memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada Rabu besok waktu setempat. Jika keputusan tersebut benar-benar diambil, maka ini merupakan keempat kalinya The Fed menaikkan bunga acuan sepanjang 2018.

Grafik Suku Bunga Acuan AS (dalam Persen)

Illustration

Sumber: tradingeconomis.com

Sebagai informasi, sepanjang tahun ini The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Pada awal tahun 2018, suku bunga acuan masih berada di level 1,5 persen, sedangkan saat ini telah berada di level 2,25 persen, yang artinya suku bunga acuan telah dikerek naik sebesar 175 bps (0,75 persen).

Jika dalam pertemuan mendatang The Fed kembali akan menaikkan suku bunga acuan, maka hal tersebut berpotensi akan menahan laju pertumbuhan ekonomi AS yang disebut Trump dalam kondisi terbaik.

Bila The Fed menaikkan suku bunga acuan, ada kemungkinan juga Bank Indonesia (BI) akan ikut kembali menaikkan suku bunga acuan. Tentunya hal tersebut bukan kabar baik bagi sektor perbankan, mengingat saham-saham sektor perbankan sangat sensitif pada suku bunga karena kenaikan suku bunga acuan bisa membuat biaya kredit perbankan semakin mahal dan berpotensi menurunkan permintaan kredit.

Presiden Trump “Serang” The Fed

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyerang The Fed pada hari Senin (17 Desember 2018) lewat dunia maya. Ia menyindir bank sentral yang kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga acuan meskipun kondisi ekonomi dan dolar AS masih terbilang kuat.

Illustration

Sumber: Twitter

"Luar biasa bahwa dengan dolar yang sangat kuat dan tidak ada inflasi, dunia luar meletus di sekitar kita, Paris terbakar dan China melemah, The Fed bahkan mempertimbangkan kenaikan suku bunga lagi. Rebut Kemenangannya!" tulis Trump di laman resmi Twitter-nya.

Hal tersebut bukanlah pertama kalinya Presiden Trump mengkritik The Fed. Sang presiden telah berulang kali mengkritik bank sentral AS tersebut, termasuk gubernur yang ia tunjuk sendiri, Jerome Powell. Trump sejauh ini telah menyebut The Fed gila dengan kebijakan moneternya dan berpendapat bahwa suku bunga saat ini terlalu tinggi.

Bahkan pada pekan lalu, eks taipan properti itu menyebut bank sentral AS bodoh bila kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan pekan ini. (KA01/hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua