Strategi Berinvestasi di Reksadana Saham Agar Tetap Untung Saat IHSG Anjlok
Berinvestasi dengan strategi lumpsum atau dollar cost averaging, mana lebih menguntungkan?

Berinvestasi dengan strategi lumpsum atau dollar cost averaging, mana lebih menguntungkan?
Bareksa.com - Dalam dua hari terakhir ini, pasar saham Indonesia sedang terguncang seiring dengan depresiasi rupiah akibat sentimen dari kondisi ekonomi global. Meski begitu, investor yang memiliki aset terkait saham, seperti reksadana saham tidak perlu panik karena ada strategi untuk tetap meraih untung.
Awal pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau turun 3,5 persen, penurunan terbesar dalam dua tahun terakhir. Pada perdagangan kemarin, IHSG juga melanjutkan penurunan ke level 5.769 sehingga dalam dua hari perdagangan, IHSG sudah turun 5,06 persen.
Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah juga melemah terhadap dolar Amerika Serikat hingga ke level Rp14.600 per dolar AS akibat penguatan greenback terhadap mata uang negara berkembang. Selain itu, sentimen negatif juga datang akibat krisis mata uang Turki, lira, yang terjadi beberapa hari ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Melihat kondisi pasar tersebut, sejumlah investor khawatir nilai investasi mereka bisa tergerus. Meski demikian, investor reksadana saham yang memiliki profil risiko tinggi (risk taker) bisa menghadapinya dengan santai, bahkan mungkin memiliki strategi yang justru dapat mengambil keuntungan dalam kesempatan ini.
Strategi apakah itu?
Dalam dunia investasi, ada teknik yang disebut dengan dollar cost averaging. Dalam terjemahan harfiahnya, teknik ini adalah membeli investasi tertentu secara rutin dengan nilai tetap dalam dolar. Maksudnya adalah, investor melakukan pembelian produk investasi secara berkala, misal mingguan, bulanan atau tahunan tanpa melihat berapa harga investasi tersebut.
Dengan teknik ini, investor akan bisa membeli lebih banyak produk investasi di saat harganya sedang turun, dan membeli sedikit di saat harga sedang tinggi. Kita analogikan saja ada barang yang kita sukai harganya sedang diskon, tentu kita dengan senang hati akan membelinya dalam jumlah yang lebih banyak daripada biasanya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simulasikan teknik ini menggunakan reksadana saham yang tersedia di marketplace Bareksa, yakni dengan contoh reksadana Simas Syariah Unggulan. Andaikan ada dua investor, yaitu Amir dan Budi yang sama-sama berinvestasi dengan jumlah pokok yang sama, tetapi dengan strategi berbeda.
Asumsikan saja pada empat tahun yang lalu (8 Agustus 2014), Amir memiliki uang Rp50 juta dan langsung menggunakannya semua untuk membeli reksadana Simas Syariah Unggulan tanpa menambahnya (top up) lagi.
Dalam jangka waktu empat tahun kemudian atau saat ini (14 Agustus 2018), nilai uang tersebut telah bertumbuh menjadi Rp56,83 juta atau memberi return 13,66 persen.
Grafik Simulasi Investasi dengan Strategi Lumpsum

Sumber: Bareksa.com
Pada saat yang sama (8 Agustus 2014), Budi juga memulai berinvestasi tetapi dengan jumlah hanya Rp2 juta. Akan tetapi, Budi secara rutin tiap bulan membeli reksadana Simas Syariah Unggulan senilai Rp1 juta sehingga kini nilai pokok investasinya Rp50 juta.
Berapa hasilnya?
Ternyata, seperti terlihat dalam simulasi, uang Budi kini (14 Agustus 2018) telah bertumbuh menjadi Rp60,07 juta atau naik 20,14 persen. Imbal hasil (return) investasinya saja mencapai Rp10,07 juta padahal nilai pokok yang Budi investasikan di reksadana saham ini sama dengan yang diinvestasikan oleh Amir yaitu Rp50 juta.
Grafik Simulasi Investasi dengan Strategi Dollar Cost Averaging

Sumber: Bareksa.com
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Pertumbuhan nilai investasi Budi lebih besar karena dia membeli secara bertahap, rutin tanpa melihat harga atau nilai aktiva bersih reksadana (NAB). Jadi, ada kalanya Budi membeli reksadana di saat NAB tinggi, tetapi ada saatnya juga dia membeli di saat harganya rendah alias murah sehingga jumlah unit penyertaan yang didapat bisa lebih banyak.
Dengan kedua simulasi tersebut kita bisa memahami bahwa investasi secara rutin atau dengan teknik dollar cost averaging bisa memberikan keuntungan maksimal dengan kondisi pasar berfluktuasi (naik turun) dalam jangka pendek tetapi terus naik dalam jangka panjang. Teknik ini juga bisa dipakai pada saat pasar sedang turun untuk membeli produk investasi dengan harga yang lebih murah.
Jadi, saat menghadapi pasar yang sedang turun ini, jangan buru-buru mencairkan (redeem) semua portofolio reksadana kita yang membuat kita berpotensi rugi. Justru inilah saatnya untuk membeli lebih atau top up karena NAB reksadana sedang murah.
Namun, perlu diingat bahwa sebelum berinvestasi reksadana, kita harus menetapkan tujuan investasi dan untuk jangka waktu berapa lama. Kita juga perlu mengetahui profil risiko kita agar nyaman dan bisa menyesuaikan dengan karakteristik investasi kita.
Jadi, mau tunggu apalagi? Ayo berinvestasi di reksadana.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.202,74 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,32 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,7 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.045,13 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.