BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Positif dan Negatif Jika BI Menaikan Suku Bunga Acuan, Ini Ulasannya

Bareksa17 Mei 2018
Tags:
Positif dan Negatif Jika BI Menaikan Suku Bunga Acuan, Ini Ulasannya
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kedua kiri) bersama Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (kedua kanan), Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto (kanan) dan Perry Warjiyo (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan saat konferensi pers akhir tahun Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (28/12). (ANTARA FOTO/Rivan Awal )

Pekan lalu, Gubernur BI Agus Martowardojo menegaskan Bank Sentral punya ruang besar untuk menaikkan suku bunga acuan

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur pada hari ini, 17 Mei 2018 untuk mengumumkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate yang kemungkinan besar akan dirilis pada sore hari.

Namun pengumuman tersebut benar-benar akan dinantikan pelaku pasar, mengingat sebelumnya BI sudah memberikan sinyal akan adanya kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini.

Pekan lalu, Gubernur BI Agus Martowardojo menegaskan Bank Sentral punya ruang besar untuk menaikkan suku bunga acuan. BI, menurut Agus, menilai melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.

Promo Terbaru di Bareksa

Faktor Eksternal

Adapun yang menjadi faktor pelemahan rupiah berasal dari Amerika Serikat (AS). Tantangan utamanya adalah pemulihan ekonomi Negeri Adidaya yang semakin nyata.

Salah satu indikator yang menunjukkan ekonomi AS semakin baik yakni angka pengangguran AS periode April 2018 yang tercatat 3,9 persen, level tersebut merupakan yang terendah dalam 18 tahun terakhir.

Sementara itu, laju inflasi yang diukur dari core personal consumption expenditure sudah mencapai 1,9 persen, mendekati target Bank Sentral (The Fed) yakni di level 2 persen.

Karena itu, ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (0,25 persen) pada pertemuan bulan depan.

Kenaikan suku bunga acuan di AS akan membuat mata uang Negeri Paman Sam semakin perkasa. Akibatnya, nilai mata uang Garuda pun terus tertekan dalam beberapa hari belakangan dan sudah menembus level psikologis Rp14.100 per dolar AS atau yang merupakan level terendah sejak 2015.

Depresiasi rupiah menjadi risiko besar bagi perekonomian domestik. Karena itu, kenaikan suku bunga acuan diperlukan agar risiko tidak semakin menyebar.

Dampak Kenaikan Suku Bunga

Dengan mempertimbangkan kondisi itu, BI memiliki ruang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan. Respons kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas.

Di satu sisi, kenaikan suku bunga acuan akan mendorong suku bunga kredit naik dan menekan konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh cenderung melambat pada level di bawah 5 persen (tepatnya 4,95 persen) di kuartal pertama tahun ini.

Seperti diketahui bahwa konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 56 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, sehingga ketika ada perlambatan konsumsi rumah tangga maka akan sangat berdampak terhadap laju ekonomi Tanah Air.

Selain itu, kenaikan suku bunga kredit juga berpotensi akan menekan investasi, yang saat ini juga menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

Pada kuartal pertama 2018, investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) mampu tumbuh hampir 8 persen. Kenaikan suku bunga bisa menghambat laju investasi, yang ekspansi atau sumber dananya banyak bergantung dari kredit perbankan.

Menurut analisis Bareksa, kenaikan suku bunga acuan bisa berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen yang dicanangkan pemerintah akan sangat sulit, kalau tidak mau dibilang mustahil tercapai.

Namun di sisi lain, BI juga dinilai perlu untuk menaikkan suku bunga, untuk mengantisipasi depresiasi (pelemahan) rupiah yang menjadi risiko besar bagi perekonomian domestik.

Kenaikan suku bunga acuan bisa menarik arus modal asing untuk masuk ke Indonesia dan meredam arus modal asing untuk kabur dari tanah air. Derasnya aliran modal portofolio ini diharapkan mampu menjadi sentimen positif bagi rupiah.

Para pelaku pasar benar-benar akan menantikan keputusan BI. Apakah BI akan memilih menaikkan suku bunga demi menyelamatkan rupiah atau menahan suku bunga atas dasar menjaga pertumbuhan ekonomi nasional?

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua