BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Fundamental dan Teknikal Saham INCO : Berpotensi Tembus Resisten di Rp3.890

Bareksa20 April 2018
Tags:
Fundamental dan Teknikal Saham INCO : Berpotensi Tembus Resisten di Rp3.890
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako (REUTERS/Yusuf Ahmad)

Saham INCO pada perdagangan kemarin ditutup meroket 12,42 persen di level Rp3.800 per saham

Bareksa.com - Harga saham PT Vale IndonesiaTbk (INCO) pada perdagangan Kamis, 19 April 2018 ditutup meroket 12,42 persen dengan berakhir di level Rp3.800 per saham.

Saham INCO menjadi saham peringkat kelima dengan nilai transaksi perdagangan terbesar senilai Rp224,49 miliar atau setara dengan 3,17 persen dari nilai transaksi keseluruhan yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham INCO yaitu Mandiri Sekuritas (CC) dengan nilai pembelian Rp67,11 miliar, kemudian TrimegahSekuritas (LG) Rp22,92 miliar, dan RHB Sekuritas (DR) Rp15,72miliar.

Promo Terbaru di Bareksa

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan saham INCO yaitu 29,89 persen, 10,21 persen, dan 7 persen.

Illustration
Sumber : tradingeconomics.com

Kenaikan saham INCO yang bergerak atraktif pada perdagangan kemarin disebabkan oleh harga nikel yang naik signifikan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi itu seiring dengan merosotnya produksi di tengah kekhawatiran pasar terhadap menyusulnya pemberlakuan sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia yang berpotensi mengganggu pasokan global.

Dilansir dari Bloomberg, nikel yang biasa digunakan dalam pembuatan baja dan baterai telah mendapatkan sentimen positif dari merosotnya produksi hingga 18 persen di Vale SA, salah satu produsen nikel terbesar kedua di dunia.

Di samping itu, BHP Billiton, perusahaan pertambangan nikel terbesar di dunia memproyeksikan akan boomingnya penggunaan kendaraan listrik yang mendorong permintaan yang kuat pada komoditas nikel. Baterai yang menggunakan nikel diperkirakan akan mendominasi pada 10-15 tahun mendatang.

Analisis Fundamental INCO

Secara fundamental, kinerja emiten yang bergerak dalam bidang tambang nikel ini mencatatkan kinerja negatif pada 2017. INCO membukukan rugi bersih US$15,27 juta pada 2017, berbanding terbalik pada 2016 yang masih membukukan laba bersih US$1,91 juta.

Pendapatan INCO naik 7,74 persen year-on-year (yoy) menjadi US$629,33 juta pada 2017. Pada 2016 lalu, INCO hanya meraup pendapatan US$584 juta.

Namun sayangnya, beban pokok pendapatan INCO tahun lalu melonjak 13,23 persen yoy menjadi US$ 622,78 juta dari sebelumnya US$ 550,02 juta.

Beban yang membengkak tersebut dikarenakan adanya kenaikan beban bahan bakar minyak dan pelumas serta bahan bakar batubara, lantaran harga komoditas yang mulai naik sejak 2017 lalu.

INCO mencatat, beban bahan minyak dan pelumas melonjak 33,57 persen yoy menjadi US$ 127,41 juta. Sementara, beban bahan bakar batu bara juga naik 37,93 persen yoy menjadi US$46,73 juta, karena harga batu bara sempat menyentuh harga US$ 100 per ton.

Walaupun beban usaha INCO berhasil turun menjadi US$11,34 juta serta biaya keuangan turun menjadi US$7,81 juta, namun emiten tambang ini belum berhasil meraup laba. Perusahaan bahkan harus menanggung rugi hingga US$15,27 juta pada tahun lalu.

Analisis Teknikal INCO

Illustration
Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal, candle saham INCO pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang sangat besar disertai dengan gap up yang menggambarkan saham ini telah “loncat” sejak awal pembukaan dan terus bergerak ke atas.

Volume menunjukkan lonjakan sangat signifikan disertai inflow asing yang besar senilai Rp92,43 miliar menandakan adanya aksi pembelian besar pada saham INCO yang mendorong harganya meroket.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) juga terlihat masih bergerak positif meskipun mulai mendekati area jenuh beli, namun ada potensi INCO menembus resisten terdekat pada level Rp 3.890.

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.313,18

Up0,15%
Up3,81%
Up0,02%
Up5,82%
Up18,30%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,42

Up0,60%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,32%
Up17,24%
Up43,22%

STAR Stable Income Fund

1.917,41

Up0,56%
Up2,94%
Up0,02%
Up6,33%
Up30,71%
Up60,33%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.753

Down- 0,46%
Up3,74%
Up0,01%
Up4,38%
Up18,76%
Up47,23%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.035,73

Down- 0,22%
Up1,77%
Up0,01%
Up2,68%
Down- 2,15%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua