BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Setiap Ada Pemberitaan Soal Kereta Cepat, Bagaimana Kinerja Saham WIKA?

Bareksa09 Februari 2018
Tags:
Setiap Ada Pemberitaan Soal Kereta Cepat, Bagaimana Kinerja Saham WIKA?
Foto udara proyek pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung di perkebunan teh Maswati, Cikalong Wetan, Bandung Barat, Selasa (6/2). Presiden Joko Widodo meminta pembangunan proyek kereta cepat Jakarta - Bandung dipercepat serta memerintahkan Kementerian terkait untuk mempertimbangkan perpanjangan rute hingga Yogyakarta - Solo. (ANTARA FOTO/Raisan)

Wika secara tidak langsung memiliki 22,8 persen saham KCIC, pemilik proyek kereta cepat

Bareksa.com – Konsorsium proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) perlu segera menuntaskan proses pembebasan lahan untuk memperoleh kucuran kredit dari China Development Bank (CDB). Konsorsium proyek ditargetkan akan menuntaskan proses pembebasan lahan paling lambat awal Maret dan memperoleh kucuran pinjaman pada April 2018.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merupakan salah satu pemegang saham KCIC melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PSBI merupakan pemegang 60 persen saham KCIC, di samping PSBI, pemegang saham KCIC lainnya adalah perusahaan asal Cina, yaitu China Railway International Co. Ltd.

Wijaya Karya (WIKA) tercatat memiliki 38 persen saham PSBI, atau yang terbesar dibandingkan tiga perusahaan pemegang saham PSBI lainnya. Pemegang saham PSBI lainnya adalah PT Jasa Marga Tbk (JSMR) sebesar 12 persen, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) masing-masing 25 persen saham.

Promo Terbaru di Bareksa

Dengan komposisi tersebut, maka WIKA secara tidak langsung memiliki 22,8 persen saham KCIC sebagai perusahaan yang mengerjakan proyek kereta cepat.

Baca juga :
Pembebasan Lahan Kereta Cepat Segera Dituntaskan untuk Cairkan Pinjaman CDB
Hasil Kunjungan WIKA ke Cina, Pinjaman CDB untuk Proyek Kereta Cepat Segera Cair
WIKA Tetapkan Nilai Penerbitan Komodo Bond Rp5,4 Triliun

Kebutuhan dana total pengerjaan proyek kereta cepat sebesar US$5,9 miliar atau sekitar Rp76,7 triliun. Dari total dana kebutuhan pembangunan proyek tersebut, pendanaan dari ekuitas sebesar 25 persen dari total kebutuhan dana, sementara 75 persen sisanya diproyeksikan berasal dari pinjaman CDB.

Wijaya Karya sebagai investor telah menyuntikkan modal sesuai porsi untuk penyertaan ekuitas untuk proyek kereta cepat. Sementara di sisi lain, proyek kereta cepat belum memperlihatkan kemajuan yang signifikan.

Tetapi, dengan semakin dekatnya proses cairnya pinjaman dari CDB, proyek kereta cepat diperkirakan bakal mulai mencapai kemajuan lebih signifikan. Hal tersebut akan berdampak positif kepada saham WIKA sebagai salah satu investornya.

Secara historis, investor menanggapi beragam setiap munculnya pemberiataan terkait pinjaman untuk proyek kereta cepat.

Berdasarkan catatan Bareksa, sejak April 2017 berita terkait pinjaman CDB untuk proyek kereta cepat sebagian besar direspons negatif oleh investor. Dari enam pemberitaan sejak April 2017, empat di antaranya justru direspons negatif dan hanya dua pemberitaan yang menjadi sentimen positif bagi saham WIKA.

Daftar Pemberitaan Kereta Cepat dan Pergerakan Saham WIKA
Illustration
Sumber : berbagai sumber, diolah Bareksa

Nilai Kontrak Baru

Hingga Desember 2017, Wijaya Karya memperoleh kontrak baru Rp42 triliun, atau menurun dibandingkan 2016 yang senilai Rp54,7 triliun. Pada 2016, jumlah nilai kontrak perseroan tinggi karena termasuk proyek kereta cepat.

Lonjakan terjadi pada Desember 2016, WIKA mampu membukukan kontrak baru senilai Rp26,9 triliun secara bulanan, dibandingkan Desember 2017 yang hanya Rp7,3 triliun secara bulanan. Tingginya nilai kontrak pada Desember 2016, didalamnya termasuk menghitung proyek kereta cepat.

Kontrak baru WIKA sepanjang 2017 didominasi proyek pembangunan jalan tol, jalan dan jembatan yang berkontribusi 36 persen atau senilai Rp15.2 triliun. Kontribusi kontrak baru terbesar selanjutnya datang dari proyek pembangunan gedung senilai Rp8,4 triliun atau 19,9 persen dan precast industri Rp5,5 triliun atau 13,1 persen.

Nilai Kontrak WIKA 2016 vs 2017 (Rp miliar)

Illustration
Sumber : materi presentasi WIKA

(AM)

Lihat juga :
Kinerja Keuangan BUMN Konstruksi 2017 : WSKT Tumbuh Tertinggi, WIKA Melandai
Atur Cashflow Sehat, BUMN Karya Kurangi Porsi Proyek Skema Turnkey
Emiten Konstruksi Masih Ekspansif di 2018, ADHI dan PTPP Dinilai Paling Menarik

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua