Bareksa.com – PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatatkan kinerja keuangan yang cemerlang dengan laba bersih pada tahun 2016, membalikkan kerugian pada tahun sebelumnya. Kemampuan perusahaan yang dikendalikan oleh taipan Prajogo Pangestu ini untuk melakukan efisiensi terbukti dapat mendorong catatan keuangan tahun lalu.

Dalam laporan keuangan tahun penuh 2016, Barito mencatat pendapatan (top line) sebesar US$1,96 miliar, naik 39,5 persen dibandingkan angka tahun sebelumnya. Kenaikan yang cukup memuaskan tersebut diimbangi efisiensi dari adanya penurunan beban pokok pendapatan. Sehingga, induk usaha dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) ini pun mampu membukukan laba tahun berjalan US$279,8 juta dari sebelumnya hanya US$5 juta atau telah meningkat hingga 55 kali lipat.

Bahkan, emiten yang 98 persen penjualan bertumpu pada sektor petrokimia ini mampu memberikan laba bersih kepada pemilik entitas induk hingga US$131,7 juta dibandingkan dengan rugi US$5,35 juta pada tahun sebelumnya.

Lalu, dari segi kas dan kas ekuivalen, Barito mampu mencatatkan kas sebesar US$306,4 juta per akhir 2016 atau lebih tinggi 191 persen dibandingkan angka setahun sebelumnya. Kas dan setara kas sangat penting dalam suatu perusahaan, karena menunjukkan dana likuid yang tersedia dan dapat dipakai dalam waktu dekat.

Kas merupakan uang tunai yang paling likuid dan setara kas merupakan investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek biasanya kurang dari 3 bulan, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

Seiring dengan peningkatan kinerja keuangan ini, saham BRPT di Bursa Efek Indonesia pun menunjukkan lonjakan yang signifikan selama setahun terakhir. Dalam periode 23 Maret 2016 hingga 22 Maret 2017, return BRPT sebesar 400 persen atau lima kali lipat.

Gambar : Perbandingan Return Saham Industri Petrokimia dan Chemical

Sumber : Bareksa.com

Namun, peningkatan harga saham BRPT justru kalah dibandingkan anak usahanya yakni TPIA yang mampu bertumbuh 567 persen. Hal ini cenderung disebabkan oleh membaiknya kinerja laporan keuangan kedua perusahaan sehingga para pelaku pasar cenderung telah mengambil posisi dan harga saham-saham di atas telah priced in. Atau dengan kata lain, harga saham saat ini telah merefleksikan kinerja keuangan untuk tahun buku 2016. (hm)