Bareksa Insight : IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global, Ini Jurus Agar Investasi Cuan Terus

Abdul Malik • 12 Oct 2022

an image
Ilustrasi lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) yang kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global sehingga berdampak pada prospek pasar keuangan Indonesia, termasuk kinerja IHSG, reksadana, SBN dan emas. (Shutterstock)

IMF kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023, termasuk Indonesia yang turun jadi 5% dari proyeksi sebelumnya 5,2%

Bareksa.com - Tekanan di pasar saham dan obligasi dalam negeri belum berakhir selama risiko global masih menghantui. Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023, termasuk Indonesia yang turun jadi 5% dari proyeksi sebelumnya 5,2%. 

Menurut Tim Analis Bareksa, meski angka tersebut lebih rendah dari proyeksi APBN 2023 yang sebesar 5.3%, namun penurunannya lebih kecil dibandingkan beberapa negara lainnya di ASEAN. Menurut Kementerian Keuangan, IMF sebelumnya sempat mengapresiasi kuatnya fundamental ekonomi RI di tengah beratnya kondisi global saat ini.

Baca juga : Bareksa Insight : Indeks Keyakinan Konsumen Turun, Emas dan Reksadana Ini Prospektif

Mengantisipasi rilis data indeks harga produsen (PPI) Amerika Serikat (AS), yang menjadi indikator awal angka inflasi bulan September 2022, yield (imbal hasil) acuan obligasi Negara Paman Sam bergerak melemah hingga ke kisaran 3,9%. 

Hal ini turut memengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah, serta yield acuan Obligasi Negara Indonesia yang kembali naik di level 7,3%. Namun di sisi lain, dalam lelang SUN kemarin (11/10/2022), partisipasi investor mencapai Rp15 triliun dibandingkan target indikatif Rp10 triliun. Salah satunya karena menjelang akhir tahun, kebutuhan pembiayaan APBN 2022 melalui penerbitan SBN akan menurun.

Pasar saham nasional yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (11/10/2022) turun 0,79% ke level 6.939,15. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 11/10/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,3%. 

Lihat juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS Membaik Dorong Suku Bunga Terus Naik, Reksadana Ini Bakal Ciamik

Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?

Di tengah sentimen pasar yakni IMF yang kembali memangkas proyeksi ekonomi dunia dan jelang rilis data inflasi AS, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 3 jurus ini agar cuan investasinya tetap maksimal

1. Mengingat besarnya tekanan global saat ini, Smart Investor disarankan kembali wait and see (menanti) untuk berinvestasi di aset berisiko dan sementara tetap diversifikasi di instrumen yang pergerakannya cenderung stabil, seperti reksadana pasar uang dan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI022 yang saat ini masih masa penawaran hingga 20 Oktober 2022.

2. Smart Investor dengan profil risiko agresif dapat menunggu hingga IHSG berada di level yang lebih stabil, sebelum kembali masuk di reksadana saham dan reksadana indeks, terutama yang berbasis saham dengan valuasi menarik seperti IDX30 dan LQ45.

3. Yield acuan Obligasi Negara Indonesia diperkirakan bergerak di level 7.2 - 7,3% hari ini. Tim Analis Bareksa memperkirakan fluktuasi di pasar obligasi masih akan terus berlangsung hingga akhir kuartal keempat tahun ini, terutama untuk obligasi pemerintah. Smart Investor bisa tetap mendiversifikasi investasinya di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi.

Simak juga : Bareksa Insight: Cadangan Devisa Diperkirakan Kuat, Reksadana Ini Bisa Mencuat

Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana indeks dan reksadana saham yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif ialah sebagai berikut : 

Imbal Hasil 3 Tahun (per 11 Oktober 2022)

Reksadana Pasar Uang

Capital Money Market Fund : 17,1%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 16,99%

Reksadana Pendapatan Tetap 

TRIM Dana Tetap 2 : 17,21%
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 31,06%

Imbal Hasil 1 Tahun (per 11 Oktober 2022)

Reksadana Indeks

BNP Paribas Sri Kehati : 13,11%
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 12,95%

Reksadana Saham

TRIM Kapital Plus : 10,4%
Schroder Dana Prestasi Plus : 8,57%

Baca juga : Bareksa Insight : OPEC+ Pangkas Produksi Minyak, Apa Dampaknya ke Reksadana?

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. 

Lihat juga : Bareksa Insight : Harga BBM Naik, Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

PT Bareksa Portal Investasi atau Bareksa.comadalah platform e-investasi terintegrasi pertama di Indonesia, yang ditunjuk menjadi mitra distribusi (midis) resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

Bareksa telah mendapatkan penghargaan sebagai midis SBN terbaik selama tiga tahun berturut-turut dari Kementerian Keuangan RI. Penghargaan terbaru yang diterima adalah  penghargaan sebagai Midis SUN dengan  Kinerja Terbaik 2020 dan Midis SBSN dengan Kinerja Terbaik Kategori Fintech 2021. 

Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN Ritel? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).

Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN Ritel di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, registrasi ulang akun di Bareksa untuk memesan SBN Ritel seri berikutnya.