Inflasi Bisa Makin Tinggi? Ambil Langkah Investasi Emas dan Reksadana Ini
Investasi emas bisa jadi pilihan diversifikasi saat ekonomi mengalami stagflasi
Investasi emas bisa jadi pilihan diversifikasi saat ekonomi mengalami stagflasi
Bareksa.com - Inflasi atau kenaikan harga barang-barang diperkirakan akan makin tinggi setelah Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seperti jenis Solar dan Pertalite. Di samping investasi reksadana sesuai profil risiko, Smart Investor dapat mempertimbangkan investasi emas batangan, yang secara historis memberikan cuan saat kondisi ekonomi stagnan karena inflasi tinggi.
Menurut riset Bareksa, keputusan Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi membuat masyarakat dan investor melihat inflasi tahunan Indonesia akan berada pada level 6,5% hingga 7% hingga akhir tahun ini. Inflasi inti juga diproyeksikan menembus 4% hingga 4,5% pada tahun ini.
Baca juga Ini 10 Reksadana Juara Cuan Sepekan, Saat Harga BBM Naik dan Batu Bara Rekor
Promo Terbaru di Bareksa
Untuk mengatasi risiko tersebut, investor dapat mempertimbangkan instrumen emas yang memiliki kinerja unggul secara historis apabila ekonomi global mengalami stagflasi seperti saat ini. Penurunan harga emas juga bisa menjadi peluang bagi investor dengan tujuan investasi jangka panjang dan menggunakan logam mulia sebagai alat peredam fluktuasi portofolio investasi.
Grafik Kinerja Emas Saat Dunia Mengalami Inflasi
Sumber: World Gold Council, Bloomberg, Bareksa
Kenaikan harga BBM akan membuat berbagai sektor mengalami tekanan seperti sektor logistik, transportasi, makanan, dan industri manufaktur. Kenaikan biaya yang akan terjadi biasanya akan dibebankan kepada konsumen secara langsung dan dampaknya, kinerja perusahaan berpotensi mengalami penurunan pada kuartal ketiga hingga akhir tahun ini.
Dari sisi global, ekspektasi investor terhadap inflasi Amerika Serikat juga ikut meningkat akibat hasil rilis data industri jasa yang lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut akan mendorong inflasi di AS akan berada di level yang lebih stabil ke depannya karena belum ada tanda pelemahan permintaan di negara tersebut.
Masih tingginya harga komoditas global terutama dari sisi energi juga akan mendorong ekspektasi inflasi yang tinggi bertahan lebih lama lagi. Minggu lalu, Rusia juga mengatakan akan menghentikan sementara aliran gas ke kawasan Eropa hingga waktu yang tidak ditentukan akibat adanya rencana perbaikan pipa gas mereka.
Investor global juga saat ini akan cenderung menyukai Dolar AS dengan imbal hasil yang cukup atraktif dibandingkan dengan negara berkembang yang memiliki risiko yang cukup tinggi saat ini. Hal tersebut tercermin dengan Dollar Index saat ini yang masih berada di level di atas 100.
Sebagai informasi, Dollar Index atau Indeks Dolar AS adalah indeks yang mengukur nilai dolar AS relatif terhadap sejumlah mata uang asing yang menjadi mitra dagang AS.
Dollar Index Mengalami Penguatan Lebih Tinggi dibandingkan Taper Tantrum 2014-2015
Sumber: Bareksa Research Team
Dengan semakin tingginya minat investor global terhadap Dolar AS menyebabkan harga emas dunia cenderung melemah selama beberapa minggu terakhir. Harga emas global kembali menyentuh level US$1.693,25 per troy ons pada 7 September 2022.
Penurunan harga emas bisa menjadi peluang untuk masuk di harga murah. Di sisi lain, emas juga memiliki fluktuasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelas aset lainnya yang ada di pasar keuangan.
Grafik Kinerja Emas Cukup Baik Saat Terjadi Resesi
Sumber: World Gold Council, Bloomberg, Bareksa
Apa yang harus dilakukan investor?
Melihat sejumlah sentimen di atas, selain memiliki aset emas untuk diversifikasi, investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi reksadana seperti berikut ini.
Investor dengan profil risiko agresif dapat wait and see terlebih dulu dan cermati reksa dana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar (Big Caps) jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan di kisaran level 6.900 – 6.800.
Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi hingga Bank Indonesia kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan ke level 4%.
Lalu untuk semua jenis profil risiko, ada baiknya melakukan diversifikasi yang cukup di reksadana pasar uang karena fluktuasi pasar saham dan obligasi diproyeksikan masih tinggi melihat gejolak risiko global.
Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
Kinerja Reksadana
Daftar Reksa Dana | Imbal Hasil (Return) | |
---|---|---|
Reksa Dana Pasar Uang | 1 Tahun | 3 Tahun |
Capital Money Market Fund | 4,42% | 17,40% |
Syailendra Sharia Money Market Fund | 4,07% | 15,72% |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 4,29% | 17,50% |
Reksa Dana Pendapatan Tetap | 1 Tahun | 3 Tahun |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 6,46% | 31,03% |
Sucorinvest Stable Fund | 6,87% | - |
TRIM Dana Tetap 2 | 3,96% | 18,02% |
Reksa Dana Saham & Indeks | YtD | 1 Tahun |
Avrist Ada Saham Blue Safir | 14,96% | 22,16% |
Bahana Dana Prima | 21,18% | 26,90% |
BNP Paribas Sri Kehati | 15,65% | 26,10% |
Sumber: Tim Analis Bareksa, Return per NAV 6 September 2022
Baca juga Promo Top Investment: Beli Reksadana Berhadiah iPhone hingga Voucher Rp1 Juta
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,03 | 0,23% | 3,93% | 7,65% | 8,47% | 19,26% | 38,62% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,99 | 0,21% | 4,04% | 7,14% | 7,66% | 2,91% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.083,65 | 0,56% | 3,99% | 7,48% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.851,29 | 0,53% | 3,86% | 7,05% | 7,37% | 17,67% | 41,38% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.283,33 | 0,82% | 4,05% | 7,15% | 7,44% | 20,36% | 35,78% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.