BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Citi Research: 5 Isu Ini Yang Perlu Diperhatikan Investor Saham Tahun 2016

31 Mei 2016
Tags:
Citi Research: 5 Isu Ini Yang Perlu Diperhatikan Investor Saham Tahun 2016
Ilustrasi pialang mendiskusikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Jakarta. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

Citi Indonesia masih memprediksi hingga akhir tahun IHSG dapat menyentuh level 5.700

Bareksa.com - Memasuki bulan ke enam tahun ini, lembaga riset Citi Indonesia memperingatkan investor untuk memperhatikan lima isu yang akan berpengaruh terhadap pergerakan saham hingga akhir tahun sebelum mengambil keputusan investasi. Apa saja yang perlu dilihat, simak penjelasan dari riset yang telah dipublikasikan kepada nasabah Citi Indonesia berikut ini;

Pertama, implementasi tax amnesty.

Pengesahan beleid ini menjadi hal yang "tricky" mengingat waktu yang semakin sempit. Jika segera dapat dirampungkan berpotensi mendongkrak keyakinan pasar akan likuiditas dalam negeri. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah memperkirakan dana hasil repatriasi sebesar Rp560 triliun dan tambahan penerimaan pajak sebesar Rp53 triliun, akan menyuntik perekonomian Indonesia jika Tax Amnesty disahkan.

Promo Terbaru di Bareksa

(Baca juga: Dana Repatriasi Tax Amnesty Diarahkan ke Deposito, Bunga Bank Bisa Turun?)

Kedua, potensi rendahnya penerimaan pajak

Penerimaan pajak di kuartal pertama 2016 masih diluar harapan, bahkan angka nominalnya menyusut 2 persen menjadi Rp194,2 triliun dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp198,22 triliun.

Rendahnya penerimaan pajak ini dikhawatirkan akan memangkas belanja infrastruktur. Tentunya ini akan memberikan impak negatif ke pergerakan saham. Tetapi jika pemerintah memangkas pengeluaran lain yang bukan belanja infrastruktur maka impak negatif ini bisa ditekan.

Beberapa anggaran yang bisa dipangkas adalah anggaran perjalanan dinas sebesar Rp49,5 triliun, anggaran non operasional -- untuk seminar & rapat-- Rp67,5 triliun, dan belanja modal non-infrastruktur yang mencapai Rp68 triliun. Anggaran perjalanan dinas dan belanja non operasional, memang menjadi langganan pemangkasan anggaran. Sebagai contoh di tahun 2014, 40 persen anggaran perjalanan dinas dipangkas sebagai langkah penghematan.

(Baca juga: Jika Tax Amnesty Ditolak, Apa Impaknya ke Anggaran Negara?)

Grafik: Presentase Anggaran Belanja Barang & Jasa Pemerintah Pusat

Illustration
sumber: Kementerian Keuangan, dikutip dari Citi Research

Ketiga, mengenai belanja infrastruktur yang belum terasa secara signifikan.

Meskipun realisasi belanja infrastruktur kuartal I 2016 melonjak drastis 79 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, namun impak dari peningkatan tersebut belum terasa mendongkrak perekonomian. Ini terbukti dari pertumbuhan ekonomi yang masih lambat yakni 4,9 persen di kuartal I, turun dari kuartal sebelumnya 5,04 persen.

Sebenarnya, APBN hanya menyumbang 10 persen dari GDP Indonesia, dan investasi pemerintah hanya 10 persen dari investasi modal bersih yang masuk. Sisanya, masih mayoritas berasal dari peran swasta.

Perlu ada dorongan menggenjot sektor swasta salah satunya melalui percepatan realisasi infrastruktur di daerah. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional diproyeksi oleh Citi Indonesia dapat memberikan stimulus proses perizinan proyek strategis yang akan lebih memiliki pengaruh ke daya beli masyarakat.

Keempat, Bank-bank yang masih enggan menurunkan suku bunga kredit .

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebenarnya telah mendorong Bank untuk memberi bunga di bawah 10 persen. Bank Indonesia (BI) juga akan merubah suku bunga acuan dari BI Rate menjadi BI 7-Day Repo Rate. Kebijakan yang berlaku efektif 19 Agustus 2016 ini, diharapkan akan efektif mendorong bank untuk menurunkan bunga kredit, sehingga pertumbuhan kredit di smester II akan lebih baik.

(Baca juga: BI Rate Diubah, Sektor Keuangan di Pasar Saham Amblas)

Grafik: Komparasi Suku Bunga Pinjaman Bank Regional

Illustration
sumber: CEIC, dikutip dari Citi Research

Kelima, mengenai stabilitas politik. Pemerintah Joko Widodo di parlemen kini mendapat dukungan tambahan dengan bergabungnya tiga partai yang sebelumnya berada di wilayah oposisi. Dari sebelumnya hanya 37 persen, kini Presiden didukung 69 persen kursi di DPR. Menurut Citi, bertambahnya dukungan kepada Presiden akan memudahkan pemerintah untuk mengusulkan kebijakan-kebijakan baru yang perlu dibahas oleh DPR.

(Baca juga: Kinerja Positif Jokowi-JK Tanpa Dukungan DPR Akhirnya Menarik Minat Partai)

Dengan mempertimbangkan dampak dari lima hal tersebut ke pasar, Citi masih tetap pada prediksi awal yakni IHSG akan menyentuh angka 5.700 pada tahun 2016 ini. Menurut perhitungan Citi, IHSG saat ini diperdagangkan pada price to earning ratio (PER) 14,6 kali (13,6 kali tanpa memperhitungkan saham HM Sampoerna yang memiliki pembobotan paling besar) nilai tersebut masih berada di rentang rata-rata PER dalam 6 tahun yakni sebesar 13,9 kali.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.312,44

Down- 0,08%
Up3,34%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,23%
-

Capital Fixed Income Fund

1.768,97

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,87%
Up17,31%
Up43,84%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.747,79

Down- 0,93%
Up3,15%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,26%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,9

Down- 0,36%
Up1,69%
Up0,01%
Up2,70%
Down- 2,29%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,47

Up0,49%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua