MARKET FLASH: Laba BCA Capai Rp18 Triliun, LPKR Cetak Penurunan Laba 79%
KBLV siapkan capex hingga Rp1,5 triliun; Laba BDMN turun 8%
KBLV siapkan capex hingga Rp1,5 triliun; Laba BDMN turun 8%
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
LPKR mencatat laba senilai Rp535 miliar sepanjang 2015, anjlok 79 persen dibanding Rp2,55 triliun pada 2014. Capaian laba bersih tersebut berada di bawah konsensus analis Bloomberg yang memperkirakan laba bersih lini bisnis properti Grup Lippo itu mencapai Rp1,4 triliun tahun lalu.
Promo Terbaru di Bareksa
Pendapatan LPKR sebesar Rp8,9 triliun tahun lalu, turun 23,55 persen dibanding Rp11,65 triliun pada 2014. Realisasi pendapatan ini juga di bawah konsensus analis yang disurvei Bloomberg, yaitu Rp10 triliun. Kinerja properti mendapat tekanan sepanjang tahun lalu seiring pelemahan ekonomi global.
PT First Media Tbk (KBLV)
KBLV menyiapkan belanja modal (capex) senilai Rp1,2 - 1,5 triliun tahun ini. Anggaran tersebut akan digunakan untuk ekspansi jaringan internet 4G LTE dan penambahan layar bioskop. Sumbar dana ekspansi berasal dari kombinasi kas internal dan pinjaman bank.
KBLV melalui anak usahanya akan membuka 40 bioskop Cinemaxx di kota-kota utama dan berkembang. Melalui anak usahanya PT Cinemax Global Pasifik, perseroan menyiapkan investasi sekitar Rp185 - 370 miliar untuk bioskop.
PT Bank Danamon Tbk (BDMN)
BDMN membukukan laba bersih Rp2,4 triliun pada 2015, melambat 8 persen dibanding pencapaian tahun sebelumnya. Perlambatan BDMN akibat turunnya pembiayaan otomotif melalui anak usahanya PT Adira Multidinamika Finance Tbk (ADMF).
Kredit Danamon secara keseluruhan mencapai Rp129 triliun pada 2015, turun 7 persen dibanding Rp139,1 triliun tahun sebelumnya. ADMF mencatat kredit pembiayaan kendaraan dan barang konsumen sebesar Rp46,6 triliun. Turunnya pembiayaan itu berimbas secara langsung pada pertumbuhan kredit karena ADMF berkontribusi 40 persen portofolio perseroan.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
Laba bersih BCA tahun lalu sebesar Rp18 triliun, tumbuh 9,3 persen dari Rp16,5 triliun pada 2014. Pada 2015, BCA menyalurkan pembiayaan semua segmen hingga Rp387,6 triliun atau tumbuh 11,9 persen dari tahun sebelumnya. Dana pihak ketiga (DPK) BCA per akhir 2015 mencapai Rp473,7 triliun, ditopang oleh simpanan tabungan dan giro Rp360,3 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan perseroan berhasil menekan biaya dana (cost of fund) sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan simpanan deposito. BCA secara bertahap tahun lalu menurunkan suku bunga deposito 200 basis poin. BCA mematok pertumbuhan kredit yang konservatif tahun ini di kisaran 10 persen.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam
Antam mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp1,6 triliun tahun ini, turun 20 persen dibanding realisasi tahun lalu Rp2 triliun. Penurunan capex itu seiring dengan segera tuntasnya proyek perluasan pabrik feronikel Pomalaa (P3FP). Kini proyek senilai US$600 juta itu tinggal menunggu commissioning pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x30 megawatt.
Capex tahun ini sebesar Rp406 miliar untuk pabrik Feronikel Halmahera Timur (FHT) tahap I, Rp150 miliar untuk konversi bahan bakar minyak ke gas untuk pembangkit listrik di smelter Pomalaa. Selain itu, Rp33 miliar untuk smelter grade alumina refinery Mempawah.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
APLN mematok target pendapatan pra-penjualan alias marketing sales sekitar Rp 3 - 3,5 triliun. Target ini tak jauh berbeda dari revisi target tahun sebelumnya sekitar Rp 3 triliun. Beberapa proyek bisa mendorong kinerja, termasuk Pluit City yang menyumbang 40 persen target.
Cesar M. De La Cruz, Direktur Keuangan APLN berharap bisnis properti tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu. Ada beberapa faktor yang memicu harapan perbaikan. Pertama, penurunan suku bunga kredit perbankan. Kedua, rencana kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. Sebagai catatan, APLN tahun lalu hanya mengantongi marketing sales berkisar Rp 2,5 - 2,6 triliun saja.
PT Cita Mineral Investondo Tbk (CITA)
CITA telah menandatangani fasilitas kredit US$35 juta dari OCBC Ltd pada 1 Maret 2016. Pinjaman berupa specific advance facility itu berjangka waktu dua tahun untuk modal kerja dan general purposes. Bunga pinjaman 2,8 persen per tahun dan tanpa jaminan (unsecured).
Perseroan adalah unit usaha Harita Group yang bergerak di bidang tambang mineral. Sebelumnya, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) menyatakan siap mendanai CITA dengan pinjaman senilai maksimum US$10 juta.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.314,44 | 0,08% | 3,33% | 0,02% | 5,55% | 18,27% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.769,29 | 0,54% | 3,38% | 0,02% | 6,86% | 17,32% | 43,94% |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 1.748,07 | - 0,93% | 3,17% | 0,01% | 3,84% | 18,21% | 46,65% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.036,37 | - 0,18% | 1,84% | 0,01% | 2,73% | - 2,13% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk Produk baru | 1.034,65 | 0,48% | - | 0,03% | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.