BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Astra Incar Proyek Jalan Tol Rp10 Triliun

03 Juli 2015
Tags:
 MARKET FLASH: Astra Incar Proyek Jalan Tol Rp10 Triliun
Suasana ruas jalan tol JORR W2 segmen Ciledug-Ulujami, Jakarta Selatan, Selasa (22/7) - (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)

FREN kantongi pinjaman $300 juta; ADHI minati 60% saham proyek LRT

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Astra International Tbk (ASII)

Astra mengincar proyek jalan tol senilai Rp10 triliun dalam waktu empat hingga lima tahun ke depan. Head of Investor Relations Astra Tira Ardianti mengatakan perseroan berkeinginan menambah kepemilikan tol menjadi sepanjang 150 kilometer dalam lima hingga tujuh tahun ke depan dari saat ini 102 kilometer dalam tiga konsesi.

Promo Terbaru di Bareksa

Ketiga konsesi tersebut adalah ruas tol Tangerang-Merak, ruas Mojokerto-Kertosono, dan ruas Kunciran-Serpong. Bisnis tol ASII dijalankan oleh anak usahanya, PT Astratel Nusantara. Tahun ini, belanja modal infrastruktur perseroan sekitar Rp960 miliar atau 8 persen dari total capital expenditure ASII sebesar Rp12 triliun.

PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)

FREN mengantongi pinjaman senilai $ 300 juta dari China Development Bank (CDB). Pinjaman itu didapat melalui anak usahanya, PT Smart Telecom atau Smartel. Direktur FREN Antony Susilo mengatakan, fasilitas pinjaman itu diperoleh pada 30 Juni lalu. Jangka waktunya delapan tahun.

FREN akan menggunakan dana tersebut untuk belanja modal pengembangan jaringan telekomunikasi. Pinjaman itu dijamin secara pari-passu, memiliki jaminan sama untuk perjanjian sebelumnya dengan CDB. Pada 2011 Smartel mendapat fasilitas kredit $350 juta dari CDB dan jatuh tempo pada 2019. Hingga akhir kuartal pertama 2015, Smartel sudah menarik $349,7 juta.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA mengandalkan perolehan kontrak dari proyek independent power producer (IPP) yang tengah diikuti, untuk bisa mengejar target perolehan kontrak baru Rp31 triliun pada 2015. Emiten konstruksi ini tengah mengikuti proyek IPP dengan total investasi mencapai $1,56 miliar. Perseroan mengincar rencana pengembangan pembangkit listrik di Sumatera Selatan dengan kapasitas 2x600 MW, di Serang (2x1.000 MW), dan Banten (2x1.000 MW).

Jika berhasil memperoleh proyek tersebut, WIKA berencana terlibat dengan kepemilikan saham masing-masing sekitar 15 persen.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

ADHI berminat memiliki 60 persen saham dalam proyek light rail transit (LRT) yang bakal digarap oleh konsorsium dengan anggota sejumlah BUMN dan BUMD Jakarta. Direktur Utama Adhi Karya Kiswodarmawan mengatakan tiga perusahaan itu antara lain BUMD PT Jakarta Propertindo dan 2 BUMN, yaitu PT Jasa Marga Tbk. dan PT Wijaya Karya Tbk.

Gubernur DKI akan menugaskan Jakarta Propertindo bekerja sama dengan Adhi Karya. Nilai investasi tahap I proyek ini mencapai Rp12 triliun. ADHI juga akan mengajukan pinjaman Rp8,4 triliun atau 70 persen nilai investasi dari Bank Mandiri.

PT Anabatic Technologies Tbk

Anabatic akan menerbitkan saham baru melalui rights issue, setelah memangkas porsi saham yang dilepas ke publik dalam penawaran perdana (IPO). Sekretaris Perusahaan Anabatic Technologies Ruth Kusnomo mengatakan raihan dana hasil IPO yang gagal mencapai target awal ini disebabkan oleh kondisi pasar belum kondusif.

Dari hasil road show ke Jakarta, Singapura, Hong Kong, dan Kuala Lumpur, perseroan mendapatkan masukan dari sebagian investor bahwa waktu IPO saat ini kurang tepat. Perseroan akhirnya hanya melepas 375 juta lembar saham atau 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh, lebih kecil dari rencana awal 30 persen. Dengan harga penawaran Rp700 per saham, total raihan dana hanya Rp262 miliar.

PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)

SMSM, emiten yang memproduksi suku cadang kendaraan bermotor, membeli saham perusahaan Malaysia dengan nilai Rp220 miliar setelah menandatangani perjanjian jual beli saham Bradke Synergies Sdn Bhd. sebanyak 16 juta saham atau 100 persen kepemilikan.

SMSM menerangkan transaksi ini dilakukan karena Bradke memiliki anak usaha yang bergerak di sektor manufaktur produk penyaring (filter), pemasok mesin perseroan, dan distributor tunggal produk penyaring SMSM di Malaysia dan Australia.

Ke depannya akuisisi ini berujung pada inegrasi usaha secara vertikal. Pendapatan Bradke sepanjang 2014 mencapai RM117,48 juta, jumlah ini setara dengan Rp415 miliar dan laba bersih perusahaan tersebut tercatat senilai RM12,09 juta atau sekitar Rp42 miliar.

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)

AISA mengucurkan dana Rp1 triliun kepada enam anak usahanya untuk ekspansi dan modal kerja. Pinjaman itu memiliki bunga rendah 12,25 persen dan tanpa jaminan. Perseroan melalui anak usaha gencar berekspansi terutama untuk meningkatkan produksi beras. Kapasitas produksi beras ditargetkan naik menjadi 2 ton per tahun dari 480 ribu ton per tahun. Investasi hingga lima tahun ke depan diperkirakan senilai Rp6 triliun hingga Rp7 triliun.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,44

Down- 0,03%
Up3,58%
Up0,02%
Up5,41%
Up18,30%
-

Capital Fixed Income Fund

1.768,01

Up0,58%
Up3,44%
Up0,02%
Up6,85%
Up17,33%
Up43,60%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.747,85

Down- 0,85%
Up3,36%
Up0,01%
Up3,90%
Up18,29%
Up46,71%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,77

Down- 0,44%
Up1,58%
Up0,01%
Up2,66%
Down- 2,22%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,97

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua