Bareksa - Lima reksadana campuran yang tersedia di Super App Investasi di Bareksa berhasil mencatat imbal hasil di atas 15% dalam 6 bulan terakhir (per 15/9/2025), bahkan hingga 28%. Menurut Tim Analis Bareksa, kinerja moncer tersebut karena mayoritas portofolio reksadana campuran ini dialokasikan di instrumen saham, terutama sektor energi yakni emas, batu bara dan gas.

Selain itu lonjakan harga emas dan bergairahnya pasar Surat Berharga Negara (SBN) turut mengerek kinerja reksadana campuran. Misalnya Trimegah Balanced Absolute Strategy Kelas A. Menurut lembar fakta reksadana (fund fact sheet) per Agustus 2025 porsi investasi di saham mencapai 61,91% dan didominasi oleh saham sektor energi seperti MDKA dan ADRO.

MDKA yang memiliki lini bisnis sebagai produsen emas mencetak kenaikan harga saham hingga 88% dalam 6 bulan terakhir, dan menjadi salah satu penyumbang kenaikan tertinggi untuk Trimegah Balanced. Porsi saham MDKA di produk ini mencapai 9,6% per Agustus 2025.

Kemudian reksadana campuran Sucorinvest Anak Pintar juga memiliki saham energi sebagai pendorong kinerja, yakni PGAS dengan alokasi sekitar 7% per Agustus 2025. Saham PGAS naik 11% sejak awal tahun. Saham TOBA juga menjadi salah satu pendorong utama kinerja produk ini karena melesat hingga 215% untuk periode yang sama.

Tabel: Imbal Hasil 5 Reksadana Campuran

Sumber: Bareksa, return per 15/9/2025

Senada, reksadana campuran Syailendra Balanced Opportunity Fund Kelas A juga kontribusi terbesar kinerjanya ditopang saham sektor energi. Terutama saham produsen emas seperti BRMS, ARCI dan INDY yang menyumbang sekitar 15% dari total portofolio investasi produk ini. Ada juga saham komoditas lainnya seperti PGAS, PTRO dan MEDC yang mendorong kinerja, seiring potensi membaiknya perekonomian Tanah Air bisa jadi katalis kenaikan harga komoditas.

Tercatat harga emas melesat 8% dalam 6 bulan terakhir dan terus mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high). Logam kuning sempat menembus rekor harga intraday US$3.703,23 (16/9). Selain itu, bergairahnya pasar SBN juga turut mengerek kinerja reksadana campuran. Imbal hasil (yield) SBN acuan tenor 10 tahun lalu turun dari 6,95% pada 6 bulan lalu, kini jadi 6,33%.

Tim Analis Bareksa menilai jika stimulus ekonomi terus digelontorkan oleh pemerintah, yang juga mulai diterapkan oleh Menteri Keuangan saat ini, maka bisa merangsang belanja masyarakat. Salah satu sektor yang berpotensi diuntungkan adalah sektor energi.

Selain berpotensi mendorong kinerja saham, reksadana yang basisnya saham sektor energi seperti reksadana campuran tersebut juga masih memiliki potensi menarik tahun ini. Apalagi di kuartal IV biasanya permintaan untuk komoditas naik menjelang musim dingin.

Beli Reksadana di Sini

(Sigma Kinasih CTA, CFP/Christian Halim/AM)​

***

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.