BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Benarkah Sell in May and Go Away Terjadi Tahun Ini?

Abdul Malik17 Mei 2022
Tags:
Benarkah Sell in May and Go Away Terjadi Tahun Ini?
Ilustrasi anjloknya pasar saham pada bulan Mei bisa jadi pertanda adanya sell in may and go away. Kondisi itu justru bisa jadi momentum yang tepat untuk berinvestasi di reksadana berbasis saham karena harganya sedang murah. (Shutterstock)

Anjloknya pasar saham saat ini bisa jadi momentum yang tepat untuk masuk dan investasi ke reksadana berbasis saham

Bareksa.com - Salah satu ungkapan populer di pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, yang ternyata juga menjadi perhatian para investor di belahan dunia lain termasuk Indonesia adalah Sell in May and Go Away (SMGA). Apakah investor perlu melakukannya atau mengabaikannya?

SMGA adalah strategi investasi yang unik. Ia tidak didasarkan pada analisis fundamental perusahaan, maupun analisis teknikal yang berbasis pola harga saham di masa lalu, namun pada aspek musiman (seasonal strategy).

Istilah SMGA mengacu pada suatu strategi investasi yang menyarankan bagi investor untuk menghindari saham pada bulan Mei–Oktober dan kembali masuk pada saham pada periode November – April tahun berikutnya.

Promo Terbaru di Bareksa

Hal ini karena asumsi bahwa periode Mei – Oktober, untuk investasi saham lebih banyak didominasi oleh sentimen negatif, sementara pada bulan November – April lebih banyak sentimen positif. Apakah benar demikian?

Baru sepekan aktivitas perdagangan bursa saham Indonesia kembali dibuka pasca libur panjang Lebaran 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ternyata mengalami tekanan hebat hingga anjlok 8,73 persen ke level 6.597,99.

Kebetulan atau memang sudah menjadi faktor rutinan, penurunan tajam tersebut pun bertepatan dengan perdagangan yang baru kembali dimulai pada pekan kedua Mei.

Di sisi lain, investor asing juga tampak banyak melepas kepemilikan mereka terhadap saham-saham Tanah Air yang tercermin dari catatan aksi jual bersih (net sell) sepanjang pekan lalu yang mencapai Rp8,41 triliun di pasar reguler.

Menurut pandangan Bareksa, kemungkinan terjadinya SMGA memang cukup terbuka lebar pada tahun ini. Sebab pada bulan itulah, The Fed dan beberapa bank sentral dunia mulai menaikkan suku bunga acuan sebagai respons dari peningkatan inflasi dan Fed Fund Rate (FFR).

Sebagai informasi, awal bulan ini The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya 50 bps, paling agresif sejak tahun 2000, dengan Bank Indonesia diperkirakan akan segera menaikkan suku bunga acuannya.

Pentingnya Momentum Masuk ke Reksadana Saham

Berbicara mengenai investasi, rasanya tidak bisa lepas dari momentum untuk menentukan kapan masuk dan kapan keluar dari suatu produk investasi keuangan.

Sebagai informasi, secara teori sebenarnya investasi reksadana apalagi yang berbasis saham (reksadana saham) adalah untuk jangka panjang (di atas lima tahun). Karena itu, mau memulai kapan saja sebenarnya tidak terlalu masalah, karena orientasinya adalah jangka panjang.

Meski demikian, terkadang ada waktu-waktu tertentu yang memungkinkan bagi investor untuk mendapatkan timing yang tepat sehingga bisa mendapat keuntungan jangka pendek / menengah. Salah satunya mungkin bisa memperhatikan strategi SMGA ini.

Dengan begitu, anjloknya pasar saham saat ini bisa jadi momentum yang tepat untuk masuk dan investasi ke reksadana berbasis saham, karena harganya sedang murah. Sebab dengan mempertimbangkan kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, peluang untuk penguatan kembali pasar nasional cukup terbuka.

Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Karena itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua