BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Gejolak Pasar Akibat Corona, Ini Cara Manulife AM Menyusun Portofolio Reksadana

23 Maret 2020
Tags:
Gejolak Pasar Akibat Corona, Ini Cara Manulife AM Menyusun Portofolio Reksadana
CEO Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro, bersama karyawannya memantau pergerakan pasar saham dan IHSG di kantor Manulife Aset Manajemen Indonesia. (Bareksa/AM)

Koreksi yang terjadi di bursa saham global saat ini lebih banyak didorong oleh faktor sentimen

Bareksa.com - Senior Portfolio Manager – Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma, mengatakan Bank Sentral Amerika Serikat telah menurunkan suku bunganya ke level 0 – 0,25 peesen, terendah sejak krisis finansial global tahun 2008, dan juga melakukan pembelian obligasi senilai US$700 miliar sebagai upaya menjaga likuiditas pasar.

"Kebijakan ini menunjukkan keseriusan dan sense of urgency yang luar biasa. Kami berharap hal ini dapat memberikan bantalan bagi pasar finansial di Amerika Serikat, dan tentunya berdampak juga pada dunia," ujarnya dalam keterangannya (22/3/2020).

Namun menurut dia, memang ada satu hal penting lainnya yang harus terus dicermati, yaitu keberhasilan Amerika Serikat meredam penyebaran COVID-19 di negaranya itu sendiri. Dalam situasi yang masih sangat dinamis dan berfluktuatif saat ini, masih sulit untuk menghitung seberapa dalam dan seberapa lama perlambatan ekonomi global akan terjadi.

Promo Terbaru di Bareksa

"Jika kita berkaca pada China, dibutuhkan 2 bulan untuk memerangi COVID-19 sampai ke level tidak adanya kasus harian baru yang muncul. Namun jika melihat justru di belahan negara lain penyebaran COVID-19 baru mulai terjadi secara masif, kami asumsikan aktivitas ekonomi baru akan berjalan normal setidaknya di bulan Juli, dan mulai pulih secara gradual memasuki kuartal ketiga 2020. Sekali lagi, asumsi ini akan sangat tergantung pada kesiapan masing-masing negara menghadapi situasi ini," Samuel menjelaskan.

Menurut Samuel, problem pada aktivitas ekonomi (yang akhirnya akan berdampak pada laba korporasi) saat ini telah beralih dari masalah sisi pasokan (China, sebagai salah satu rantai pasokan terpenting di dunia) ke masalah sisi permintaan (dunia, sebagai konsumen). Di Indonesia sendiri, dia melihat beberapa sektor seperti ritel dan pariwisata akan merasakan dampak yang cukup besar dari kekhawatiran masyarakat yang mengurangi aktifitas ekonomi dan menghindari tempat keramaian.

"Namun di sisi lain, kami melihat ada banyak industri yang secara fundamental relatif lebih sedikit terpengaruh oleh kondisi saat ini, antara lain sektor telekomunikasi, health care dan industri pokok lainnya," ungkapnya.

Indonesia yang ekspornya didominasi oleh sumber daya alam juga sebetulnya relatif diuntungkan karena China sebagai partner dagang utama telah berhasil melewati krisis virus corona ini dan saat ini hampir memulihkan seluruh aktifitas produksi di ekonominya. Menurut dia, penting untuk diingat bahwa koreksi yang terjadi di bursa saham global saat ini lebih banyak didorong oleh faktor sentimen, yang disebabkan ketidakpastian akan dampak dan durasi wabah virus yang saat ini masih terus meluas.

"Pemerintah dan bank sentral dari negara-negara di seluruh dunia telah bereaksi cepat dengan meluncurkan program stimulus dengan skala yang cukup besar," dia menjelaskan.

Karena saat ini penambahan jumlah penderita virus Corona masih cukup tinggi, kata Samuel, maka tekanan pada risk appetite investor di pasar cenderung bersifat psikologis sehingga stimulus ekonomi ini belum memberikan dampak signifikan pada kinerja pasar modal ataupun kepercayaan investor.

"Dari portofolio reksadana kami, porsi tunai sudah diperbesar lebih dari biasanya. Sepanjang tahun berjalan IHSG telah melemah 31 persen hingga 18 Maret 2020, dengan valuasi saat ini di kisaran 10 kali, menyamai level saat krisis finansial global 2008," ujarnya.

Dia melihat fundamental ekonomi Indonesia saat ini lebih baik, didukung dengan struktur neraca emiten yang lebih solid dan tingkat hutang luar negeri yang rendah. Reaksi pemerintah dan bank sentral yang cepat dan tepat sasaran juga akan membantu ekonomi dunia menjaga momentum pertumbuhan.

Jika dilihat dari horizon investasi jangka panjang, seharusnya level ini sudah sangat menarik. Namun Manulife AM masih tetap berhati-hati menyusun portofolio, setidaknya sampai titik infleksi sudah mulai terlihat.

"Kami melihat katalis positif terkait virus seperti berkurangnya jumlah penderita baru dan terobosan baru berupa penemuan vaksin atau perawatan yang efektif akan membantu membawa stabilitas dan mengatasi kepanikan investor di pasar dan membawa valuasi bursa saham ke level yang lebih mendekati wajar,"

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,44

Down- 0,03%
Up3,58%
Up0,02%
Up5,41%
Up18,30%
-

Capital Fixed Income Fund

1.768,01

Up0,58%
Up3,44%
Up0,02%
Up6,85%
Up17,33%
Up43,60%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.747,67

Down- 0,85%
Up3,36%
Up0,01%
Up3,90%
Up18,29%
Up46,71%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,85

Down- 0,44%
Up1,58%
Up0,01%
Up2,66%
Down- 2,22%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,13

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua