BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Bagaimana Prospek Reksadana Tahun 2020? Ini 4 Faktor Pendorongnya

Bareksa03 Januari 2020
Tags:
Bagaimana Prospek Reksadana Tahun 2020? Ini 4 Faktor Pendorongnya
Seorang karyawan mengikuti prosesi penutupan perdagangan saham 2019 di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan perdagangan saham 2019, IHSG ditutup pada level 6.299 atau naik 1,7 persen dari perdagangan awal tahun (year on date). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Pelaku pasar berharap adanya pemulihan terhadap kondisi ekonomi dan investasi

Bareksa.com - Tahun 2019 terbukti menjadi tahun yang berat bagi pasar saham Tanah Air. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal Indonesia, hanya mampu naik tipis sepanjang tahun lalu yakni sebesar 1,70 persen dengan berakhir di level 6.299,54.

Kinerja IHSG terbilang mengecewakan ketika kinerja bursa saham AS alias Wall Street selaku kiblat bursa saham dunia begitu menggembirakan. Di sepanjang tahun 2019 (hingga penutupan perdagangan hari Senin, 30 Desember 2019), indeks Dow Jones sudah melejit 22,01 persen, indeks S&P 500 meroket 28,5 persen, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 34,82 persen.

Sosok Presiden AS Donald Trump terbukti masih mampu untuk mendongkrak kinerja Wall Street secara signifikan melalui kebijakan-kebijakannya yang pro terhadap pertumbuhan ekonomi.

Promo Terbaru di Bareksa

Kondisi pasar saham yang terbilang mengecewakan sepanjang tahun 2019, membuat reksadana saham harus rela menyandang status sebagai jenis reksdana dengan kinerja terburuk yakni minus 12,68 persen.

Hal tersebut disebabkan oleh kondisi pasar yang tidak sesuai perkiraan setelah pemilu akibat eskalasi perang dagang dan anjloknya kinerja beberapa reksadana saham yang berinvestasi pada saham-saham gorengan.

Grafik Perbandingan Return Indeks Reksadana Saham, Campuran, Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Setahun

Illustration

Sumber: Bareksa

Adapun di sisi lain, reksadana pendapatan tetap menjadi jenis reksadana yang terbaik di mana sepanjang tahun lalu berhasil mencatatkan kenaikan 8,73 persen. Positifnya kinerja reksadana yang berbasiskan surat utang ini disebabkan oleh tren penurunan suku bunga BI7DRR yang terjadi pada tahun lalu. Secara teori, ketika suku bunga turun, maka obligasi yang menjadi aset dasar dari reksa dana pendapatan tetap akan mengalami kenaikan.

Sementara itu, urutan kedua ditempati oleh indeks reksadana pasar uang yang tumbuh 4,74 persen, dan urutan ketiga diraih oleh indeks reksadana campuran yang tumbuh 2,22 persen.

Prospek Reksadana Tahun 2020

Memasuki tahun 2020, tentu pelaku pasar berharap adanya pemulihan terhadap kondisi ekonomi dan investasi. Menurut Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto sejumlah faktor diperkirakan bisa menjadi sebab adanya pemulihan terhadap kinerja pasar modal domestik pada tahun ini.

Pertama, perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang telah berlangsung selama 2 tahun ini mulai menemukan titik terang dengan adanya kesepakatan tahap pertama. Hal ini memang tidak menjamin bahwa perang dagang berakhir, namun paling tidak sudah ada kesepakatan yang diharapkan bisa terus berlanjut.

Kedua, harga komoditas kelapa sawit juga sudah mencetak rekor baru setelah mengalami penurunan berturut-turut selama 2 tahun terakhir. Hal ini diharapkan dapat memulihkan kinerja perusahaan sawit dan meningkatkan daya beli masyarakat terutama yang terkait dengan industri kelapa sawit.

Sekadar informasi, harga CPO memang melesat sejak kuartal terakhir tahun 2019. Pemicunya adalah kondisi lingkungan yang membuat output minyak sawit menjadi lebih rendah di Indonesia dan Malaysia.

Penurunan output terjadi ketika permintaan domestik menguat seiring dengan pemberlakuan program B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia.

Harga CPO kembali melesat dan cetak rekor baru tertinggi mengawali perdagangan tahun 2020. Kebijakan pemangkasan pajak impor di India tersebut diprediksi bakal meningkatkan permintaan minyak sawit India dalam beberapa bulan ke depan.

Pajak impor CPO diturunkan menjadi 37,5 persen dari 40 persen, sementara pajak untuk berbagai produk olahan minyak sawit menjadi 45 persen dari 50 persen, menurut laporan Reuters.

Ketiga, harga batu bara yang juga merupakan komoditas andalan masih stagnan. China merupakan importir batu bara terbesar di dunia. Perlambatan ekonomi di sana juga turut mempengaruhi harga komoditas. Berita baiknya adalah mulai ada kesepakatan dagang dan harga batu bara juga sudah tidak turun lagi walaupun belum naik.

Keempat, Ketidakpastian politik akibat Pemilu dan Pilpres pada tahun 2019 sudah berakhir dengan terpilihnya kembali Joko Widodo sebagai Presiden RI dan bergabungnya Prabowo ke dalam kabinet Menteri.

Dukungan politik terhadap kuat terhadap pemerintahan ini dapat dilihat dari rencana penerbitan Undang-Undang omnibus law yang tidak mendapat halangan. Dari kacamata pasar modal, salah satu yang mendapat penilaian positif adalah penurunan tarif secara bertahap untuk pajak badan dan dividen.

Beberapa riset dari sekuritas asing juga menjadikan negara berkembang (emerging market) sebagai negara tujuan investasi di tahun ini mengingat valuasi di negara maju seperti Amerika Serikat sudah tinggi dan di negara berkembang masih murah. Net buy asing di saham sudah mulai terjadi sejak akhir 2019 dan diperkirakan masih akan terus berlanjut di 2020 ini.

Kombinasi beberapa faktor tersebut diharapkan bisa menjadi alasan kuat bahwa tahun 2020 merupakan momentum pemulihan kondisi bursa saham dan kinerja reksadana. Baca juga: CEO Schroders Indonesia, Michael Tjoajadi: Prospek Ekonomi dan Reksadana di 2020

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (KA01/hm)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua