BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Pilpres AS Jadi Fokus Pelaku Pasar, Bagaimana Efeknya ke IHSG dan Reksadana?

Abdul Malik03 November 2020
Tags:
Pilpres AS Jadi Fokus Pelaku Pasar, Bagaimana Efeknya ke IHSG dan Reksadana?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden (kanan) saat debat kampanye calon presiden putaran kedua di Belmont University di Nashville, Tennessee, AS pada 22 Oktober 2020. (REUTERS/Jonathan Ernst)

Fokus pelaku pasar saat ini pada pemilihan presiden AS yang diselenggarakan 3 November waktu setempat

Bareksa.com - Membuka kembali perdagangan setelah libur panjang pada pekan lalu dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, bursa saham Tanah Air mengalami koreksi tipis 0,26 persen ke level 5.115,13 di hari perdagangan pertama November 2020.

Sebelumnya sepanjang Oktober 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menorehkan kinerja cemerlang dengan kenaikan 5,3 persen. Kinerja pasar saham maupun reksadana dalam waktu dekat memang diperkirakan akan diwarnai sejumlah sentimen global yang cukup penting. Fokus pelaku pasar saat ini tertuju kepada pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang akan digelar pada 3 November 2020 (waktu AS).

Pertarungan Donald Trump vs Joe Biden untuk menduduki kursi AS 1 memang menjadi sorotan pelaku pasar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Pasalnya pemimpin AS akan menjadi penentu arah kebijakan pasar keuangan dunia, dan ini akan mempengaruhi aliran dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia.

Promo Terbaru di Bareksa

Baca juga : IHSG Melesat 5,3 Persen Sepanjang Oktober, Kinerja Tiga Indeks Reksadana Ini Kinclong

Kedua kandidat Presiden AS, tentu memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Donald Trump dengan kebijakan pembangunan infrastruktur dan penurunan pajak dapat dikatakan lebih memihak terhadap pasar.

Namun di sisi lain, pria berusia 74 tahun tersebut kerap mengeluarkan pernyataan kontroversial lewat sosial media yang menyebabkan keadaan geopolitik dan pasar kurang stabil.

Sebaliknya, kemenangan Joe Biden juga bukan berarti buruk terhadap pasar. Jika pria berusia 77 tahun tersebut pada akhirnya yang justru terpilih, kondisi tersebut diperkirakan bisa memberikan kestabilan dan kepastian yang lebih baik seperti yang diharapkan pelaku pasar.

Reuters bersama dengan Ipsos, lembaga riset pasar, mengadakan jajak pendapat mingguan yang dimulai sejak pertengahan September. Hasilnya, Biden selalu memimpin Trump di tiga negara bagian. Reuters menyebut Biden unggul 10 poin pada negara bagian Wisconsin dan Michigan, serta tujuh poin di Pennsylvania.

Jajak pendapat ini dilaksanakan secara daring kepada calon pemilih di enam negara bagian, termasuk Michigan, Florida, dan North Carolina. Selain itu, Reuters juga menggunakan indikator kepercayaan publik terhadap kandidat dalam mengelola ekonomi dan menangani pandemi virus corona.

Baca juga : Tujuh Peristiwa Paling Mempengaruhi Pasar di Pekan Pertama November

Kendati Pilpres AS menjadi fokus pelaku pasar, nyatanya masih terdapat faktor lain dan terkadang memiliki pengaruh yang justru lebih signifikan terhadap kinerja reksadana seperti perkembangan kasus Covid-19, rilis laporan keuangan emiten, data ekonomi, UU Omnibus law, dan sebagainya.

Terkait Covid-19, Inggris mengikuti Prancis dan Jerman dalam pengetatan pembatasan (lockdown) untuk mengendalikan gelombang peningkatan kasus positif Covid-19 yang mengancam sistem kesehatan The Black Country. Menteri Keuangan Rishi Sunak mengumumkan perpanjangan skema dukungan upah negara untuk mendukung bisnis, tetapi pasar Inggris tetap berkinerja buruk dibandingkan dengan seluruh Eropa.

Baca juga : AUM Turun di Semua Jenis Reksadana pada Kuartal III 2020, Begini Ulasannya

Sementara itu terkait data ekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober mengalami inflasi, setelah tiga bulan berturut-turut dilanda deflasi akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pelemahan daya beli seiring penurunan pendapatan masyarakat. Inflasi Oktober tercatat sebesar 0,07 persen (month on month/MoM) dan 1,44 persen (year on year/YoY). Adapun secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,95 persen (year to date/YtD).

​​(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.


Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua