BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IHSG Memerah Tiga Hari Beruntun Ketika Bursa Asia Menghijau, Kemana Arahnya?

Bareksa14 Februari 2019
Tags:
IHSG Memerah Tiga Hari Beruntun Ketika Bursa Asia Menghijau, Kemana Arahnya?
Pegawai melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/11/2018). Pergerakan IHSG pada Jumat (9/11), ditutup melemah 1,72 persen ke level 5.874,15 dari posisi penutupan perdagangan kemarin di level 5.976,806. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Pada Rabu, 13 Februari 2019 IHSG ditutup melemah tipis 0,11 persen berakhir di level 6.419

Bareksa.com - Pasca dua hari beruntun mengalami penurunan cukup dalamdi pekan ini, pasar saham Indonesia ternyata belum mampu keluar dari tekanan hingga harus berakhir melemah untuk ketiga hari beruntun pada perdagangan kemarin.

Performa bursa saham Tanah Air bertolak belakang dengan bursa saham utama kawasan Asia yang berakhir di zona hijau. Indeks Nikkei (Jepang) melesat 1,34 persen, Indeks Shanghai (China) melonjak 1,84 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) menguat 1,16 persen, Indeks Straits Times (Singapura) naik 1,2 persen, dan Indeks Kospi (Korea) bertambah 0,5 persen.

Pelaku pasar begitu semangat melakukan aksi beli di bursa saham regional seiring dengan kondusifnya perkembangan negosiasi dagang antara Amerika serikat (AS) dengan China.

Promo Terbaru di Bareksa

Kemarin, negosiasi dagang tingkat wakil menteri yang digelar di Beijing akan berakhir, setelah dimulai sejak hari Senin. Pada hari ini dan Jumat, negosiasi tingkat menteri dijadwalkan digelar, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Selama negosiasi berlangsung, kedua negara kompak mengeluarkan pernyataan bernada positif.

Pada Selasa (12/02/2019), Presiden AS Donald Trump menyebut dirinya berharap bisa bertemu dengan Presiden China Xi Jinping jika kesepakatan dagang AS - China sudah hampir rampung. Bahkan, Trump menyebut periode gencatan senjata yang akan berakhir pada 1 Maret bisa diperpanjang.

"Kami bekerja dengan baik di China. Kalau kesepakatan (dengan China) sudah dekat, maka kita akan bisa selesaikan. Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit (dari deadline 1 Maret), tetapi saya lebih suka tidak," kata Trump saat rapat kabinet, seperti dilansir Reuters.

Bak gayung bersambut, etikat baik dari Trump kemudian diikuti oleh kabar Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan anggota penting dari delegasi AS pada Jumat, termasuk Lighthizer dan Mnuchin, seperti dilaporkan oleh South China Morning Post yang mengutip sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Terkait pelemahan bursa saham domestik di tengah hawa damai dagang AS - China yang begitu sejuk, tampaknya investor masih meragukan prospek kinerja rupiah kedepannya.

Sebab defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) masih menjadi momok yang menakutkan bagi ekonomi Indonesia. Sepanjang kuartal IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$9,1 miliar atau 3,57 persen dari PDB, naik dari capaian kuartal III 2018 yang sebesar 3,37 persen dari PDB. CAD pada kuartal IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal II 2014.

Setidaknya, investor ingin melihat terlebih dulu realisasi perdagangan internasional Indonesia periode Januari 2019 yang akan dirilis pada Jumat (15/2/2019). Jika ada surplus yang dibukukan, barulah ada ekspektasi bahwa CAD bisa diredam pada tahun ini.

Pada Rabu, 13 Februari 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,11 persen berakhir di level 6.419,12. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin cukup ramai, di mana tercatat 15,47 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi yang mencapai Rp9,57 triliun.

Secara sektoral, sejatinya mayoritas berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, kecuali tiga sektor yang melemah yakni keuangan (-0,86 persen), infrastruktur (-0,74 persen), dan konsumer (-0,15 persen).

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni industri dasar (1,48 persen), pertambangan (1,07 persen), dan pertanian (0,75 persen).

Beberapa saham yang menekan IHSG kemarin :

1. Saham BMRI (-2,4 persen)
2. Saham BBRI (-1,6 persen)
3. Saham BBCA (-0,7 persen)
4. Saham HMSP (-1,1 persen)
5. Saham BBNI (-2,8 persen)

Sebanyak 218 saham menguat, 208 saham melemah, dan 117 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net buy) yang signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,38 triliun.

Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :

1. Saham BBCA (Rp201,07 miliar)
2. Saham BBNI (Rp172,38 miliar)
3. Saham TLKM (Rp121,31 miliar)
4. Saham ASII (Rp117,81 miliar)
5. Saham BMRI (Rp83,49 miliar)

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish spinning top yang menggambarkan pergerakan IHSG cenderung mengalami tekanan namun masih tertahan oleh aksi pembelian sehingga menyebabkan tidak turun terlalu dalam seperti sehari sebelumnya.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat mondar mandir dari zona hijau ke zona merah, di mana sepanjang sesi pertama perdagangan cenderung menguat dan pada sesi kedua perdagangan bergerak flat cenderung melemah.

Penurunan IHSG membuat posisinya kini berada di sekitar garis lower bollinger band yang juga terlihat mula bergerak ke bawah, mengindikasikan adanya sinyal koreksi cukup kuat.

Kemudian indikator relative strength index (RSI) juga terpantau sedikit bergerak turun, dan sudah berada di sekitar area netral. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan rebound mengingat sudah tiga hari beruntun IHSG melemah dan mulai menunjukkan adanya tanda-tanda jenuh jual.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang membawa IHSG keluar dari zona merah pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones menguat 0,46 persen, kemudian S&P 500 bertambah 0,3 persen, dan Nasdaq Composite naik tipis 0,08 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,44

Up0,08%
Up3,33%
Up0,02%
Up5,55%
Up18,27%
-

Capital Fixed Income Fund

1.769,29

Up0,54%
Up3,38%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,32%
Up43,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,07

Down- 0,93%
Up3,17%
Up0,01%
Up3,84%
Up18,21%
Up46,65%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.036,37

Down- 0,18%
Up1,84%
Up0,01%
Up2,73%
Down- 2,13%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,65

Up0,48%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua