BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IHSG Dekati 6.500 di Pekan Keempat Januari 2019, Bagaimana Prospek Pekan Ini?

Bareksa28 Januari 2019
Tags:
IHSG Dekati 6.500 di Pekan Keempat Januari 2019, Bagaimana Prospek Pekan Ini?
Sejumlah orang mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. IHSG turun dengan sejumlah saham berkapitalisasi besar melemah. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Hingga empat pekan berjalannya perdagangan di 2019, investor asing telah mengakumulasikan net buy Rp10,81 triliun

Bareksa.com - Menjalani pekan keempat perdagangan bulan Januari 2019, pergerakan pasar saham Tanah Air terlihat cukup positif meskipun dengan kenaikan relatif tipis.

Dalam periode 21 hingga 25 Januari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi kenaikan 0,54 persen point to point dengan ditutup pada level 6.482,843.

Secara sektoral, mayoritas sektor berakhir di zona hijau pada pekan kemarin, dengan tiga sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi yaitu pertanian (5,01 persen), industri dasar (2,7 persen), dan perdagangan (1,39 persen).

Di sisi lain, empat sektor yang berakhir di zona merah pada pekan kemarin yaitu infrastruktur (-0,42 persen), pertambangan (-0,33 persen), aneka industri (-0,28 persen), dan keuangan (-0,22 persen).

Di sisi lain,investor asing terpantau masih masuk ke pasar saham domestik meskipun tidak seagresif pekan-pekan sebelumnya, yakni dengan mencatatkan pembelian bersih (net buy) yang sepanjang pekan lalu senilai Rp371,89miliar.

Alhasil hingga empat pekan berjalannya perdagangan di 2019, investor asing telah mengakumulasikan net buy senilai Rp10,81 triliun.

Saham-saham yang terbanyak diborong investor asing dalam sepekan kemarin :

1. Saham BDMN (Rp567,84 miliar)
2. Saham BBCA (Rp265,16 miliar)
3. Saham ICBP (Rp227,02miliar)
4. Saham BBRI (Rp193,65 miliar)
5. Saham PGAS (Rp175,74 miliar)

Pekan kemarin merupakan periode yang cerah bagi bursa saham utama kawasan Asia karena mayoritas berhasil mengakumulasikan kenaikan mingguan.

Indeks Kospi (Korea) berhasil meroket 2,52 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) melesat 2,52 persen, Indeks Nikkei (Jepang) menguat 0,52 persen, dan Indeks Shanghai (China) naik 0,22 persen.

SentimenPositif

Perkemabangan damai dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin terasa di sepanjang pekan lalu membuat pelaku pasar cukup optimistis untuk berburu instrumen berisiko seperti saham.

Melansir Bloomberg, China dilaporkan akan memberikan penawaran untuk menaikkan impor produk-produk asal AS selama 6 tahun ke depan dengan nilai total mencapai lebih dari US$1 triliun, seperti dikutip dari CNBC International.

Penawaran tersebut diberikan China di saat melakukan negosiasi dengan AS di Beijing pada awal bulan ini. Penawaran itu bertujuan untuk membuat neraca dagang China dengan AS impas (alias US$0) pada 2024. Pada 2018, China mencatatkan surplus neraca dagang US$323 miliar dengan AS.

Sebagai informasi, Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan bertandang ke Washington pada 30 dan 31 Januari mendatang untuk melakukan negosiasi dagang lanjutan dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Menjelang akhir pekan, Bloomberg melaporkan China akan mengirimkan wakil menteri ke Washington untuk mempersiapkan dialog dagang antara Liu dengan Mnuchin dan Lighthizer. Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen dan Wakil Menteri Keuangan Liao Min akan sampai di AS pada 28 Januari.

Langkah tersebutmenggambarkan keseriusan Negeri Tirai Bambu untuk dapat segera mengakhiri perang dagang yang selama ini berkecamuk dengan Negeri Paman Sam.

Sebelumnya, risiko perang dagang sempat menyelimuti perdagangan di bursa saham regional, seiring dengan pernyataan dari Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross bahwa AS dan China masih sangat jauh untuk sampai ke damai dagang.

Selain itu, komitmen dari pemerintah China untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak dan biaya lebih lanjut, ikut memicu aksi beli di kawasan regional. Komitmen tersebut dinyatakan oleh Kementerian Keuangan China pada pekan kemarin.

Para ekonom mengatakan stimulus fiskal tersebut bisa diumumkan pada pertemuan parlemen tahunan di bulan Maret mendatang.

Pada tahun 2018, China memberikan stimulus fiskal berupa pemotongan tingkat pajak dan biaya senilai CNY1,3 triliun.Melansir Reuters, beberapa analis kini percaya China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY2 triliun.

Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.

Sentimen Negatif

Di sisi lain, aksi beli di pasar saham regional sempat terbatas oleh revisi ke bawah (downgrade) atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini di level 3,5 persen, turun dari yang sebelumnya 3,7 persen pada proyeksi bulan Oktober. Sementara untuk 2020, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan 3,6 persen, turun dari proyeksi sebelumnya 3,7 persen.

Perlambatan ekonomi di zona euro menjadi menjadi salah satu faktor dari diturunkannya proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh IMF. Pada tahun ini, perekonomian zona euro diproyeksikan hanya tumbuh sebesar 1,6 persen, dari yang sebelumnya 1,9 persen.

Pertumbuhan ekonomi Jerman diproyeksikan 1,3 persen saja pada tahun ini, turun jauh dari proyeksi sebelumnya 1,9 persen.

Dalam laporan World Economic Outlook Update edisi Januari 2019, IMF mengatakan tekanan bagi perekonomian Negeri Der Panzer datang dari lemahnya konsumsi sektor swasta serta lemahnya produksi dari pabrikan-pabrikan mobil di sana akibat aturan terbaru mengenai standar emisi.

Sementara itu, perekonomian Italia diproyeksikan hanya tumbuh 0,6 persen pada tahun ini, dari yang sebelumnya 1 persen. IMF menyebut tekanan bagi perekonomian Negeri Pizza datang dari lemahnya permintaan domestik dan tingginya biaya pinjaman seiring dengan tingginya yield obligasi pemerintah Italia.

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG terlihat masih terus bergerak naik dalam fase uptrend yang cukup kuat, meskipun cenderung mulai terkonsolidasi pada pekan kemarin.

Namun dengan pergerakannya yang terus bergerak naik secara perlahan serta diiringi garis upper middle bollinger band yang juga bergerak serupa, menandakan posisi uptrend IHSG cukup kokoh dan semakin mendekati level psikologis 6.500.

Indikator relative strength index (RSI) juga terpantau masih bergerak naik, meskipun mulai mendekati area jenuh beli, mengindikasikan sinyal kenaikan yang kuat dengan target berikutnya untuk menguji level psikologis 6.500.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Capital Fixed Income Fund

1.773,44

Up0,54%
Up3,36%
Up0,03%
Up6,81%
Up17,26%
Up44,73%

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.323,46

Up0,67%
Up4,06%
Up0,03%
Up5,62%
Up18,63%
-

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.752,18

Down- 0,54%
Up2,72%
Up0,01%
Up3,85%
Up18,36%
Up46,76%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.044,67

Up0,52%
Up2,65%
Up0,02%
Up2,95%
Down- 1,71%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.037,08

Up0,52%
Up3,63%
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua