BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Rupiah Menguat dan Inflasi di Atas Ekspektasi, Ini Peluang IHSG

02 November 2018
Tags:
Rupiah Menguat dan Inflasi di Atas Ekspektasi, Ini Peluang IHSG
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/6). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Pada perdagangan Kamis, 1 November, IHSG menguat tipis 0,07 persen di level 5.835,92

Bareksa.com - Mengawali perdagangan hari pertama di bulan November 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyaris tidak berubah meskipun berhasil menguat sedikit di atas penutupan hari sebelumnya.

Kemarin nilai tukar rupiah menguat cukup tajam 0,49 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Arus modal memang sedang tidak berpihak kepada Negeri Adidaya seiring pulihnya risk appetite pelaku pasar. Berbagai perkembangan positif membuat investor berani mengambil risiko dan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Perkembangan dari AS, Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan ada peluang AS-China akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun ini, bahkan bisa saja bea masuk yang sudah diterapkan bakal dicabut.

Promo Terbaru di Bareksa

Rencananya Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berdialog di sela-sela pertemuan KTT G20 di Buenos Aires, Argentina akhir bulan ini.

"Kami mungkin akan melakukan dialog yang sangat bagus dengan Presiden Xi," ujar Kudlow.

Sementara itu dari dalam negeri, penguatan IHSG terpangkas oleh rilis data inflasi domestik. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis indeks harga konsumen Oktober 2018, di mana selama bulan tersebut, terjadi inflasi sebesar 0,28 persen (month on month/MoM). Sementara secara tahunan (year on year/YoY) 3,16 persen. Angka tersebut di atas ekspektasi yang masing-masing 0,17 persen MoM dan 3,04 persen YoY.

Inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi memberi sinyal bahwa depresiasi rupiah sudah mulai memberikan dampak negatif ke daya beli masyarakat Indonesia. Jika masyarakat mengurangi konsumsinya, maka pertumbuhan ekonomi tentu akan tertekan, mengingat konsumsi masyarakat menyumbang lebih dari 50 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Pada perdagangan Kamis, 1 November 2018, IHSG ditutup menguat tipis 0,07 persen dan berakhir di level 5.835,92. Aktivitas perdagangan tergolong masih ramai. Tercatat 9,67 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp8,56 triliun.

Sebanyak 191 saham mengalami kenaikan, sementara 190 saham mengalami penurunan, serta 124 saham tidak mengalami perubahan harga. Selain itu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) yang signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,17triliun.

Secara sektoral, penguatan dan pelemahan terbagi rata ke dalam masing-masing lima sektor pada perdagangan kemarin. Tiga sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi yaitu aneka industri (1,33 persen), keuangan (1,25 persen), dan pertambangan (0,66 persen).

Sementara itu, tiga sektor dengan pelemahan terdalam yaitu industri dasar (-1,63 persen), kemudian konsumer (-1,33 persen), dan pertanian (-1,23 persen).

Saham - saham yang menopang kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin :

• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) : 5,5 persen
• PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) : 1,6 persen
• PT Astra International Tbk (ASII) : 1,9 persen
• PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) : 0,6 persen
• PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) : 0,8 persen

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish spinning top yang menggambarkan IHSG mengalami pergerakan yang bervariatif namun dengan kecenderungan melemah meskipun tercatat masih menguat tipis dibandingkan penutupan sehari sebelumnya.

Secara intraday, pergerakan IHSG sebenarnya sempat dibuka pada zona hijau cukup jauh di atas penutupan hari sebelumnya, sebelum akhirnya berangsur turun sepanjang sesi pertama perdagangan.

Memasuki sesi kedua, IHSG terlihat cenderung masih mengalami tekanan akibat aksi profit taking hingga hampir berakhir di zona merah.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau masih sedikit bergerak naik mengindikasikan IHSG masih berusaha melanjutkan momentum positifnya. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari iniberpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat terbatas.

Selain itu, kondisi bursa Amerika Serikat (AS) yang ditutup kembali kompak berakhir di zona hijau dengan pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang mendorong IHSG ke zona hijau pada hari ini.

Indeks Dow Jones ditutup naik 1,06 persen, kemudian S&P500 menguat 1,06 persen, dan Nasdaq terakselerasi 1,75 persen.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.201,44

Up0,38%
Up5,46%
Up9,53%
Up9,74%
Up18,73%
Up8,35%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.181,6

Up0,46%
Up4,99%
Up8,73%
Up9,06%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,06

Up0,42%
Up4,48%
Up9,54%
Up9,93%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.047,01

Up1,51%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua