15 Emiten Indonesia Diajak BEI Listing di New York, Mana Yang Cocok?
Saat ini, hanya Telkom perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan New York

Saat ini, hanya Telkom perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan New York
Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia akan membawa 15 emiten ke New York Stock Exchange (NYSE) untuk melakukan pencatatan saham di dua negara (cross listing), demi menggaet kepercayaan investor asing kepada perusahaan nasional. Emiten yang sudah tercatat di Indonesia ini harus memiliki kriteria khusus, setelah diberi pelatihan, agar bisa memenuhi tujuan tersebut.
Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengemukakan ajakan ini bertujuan agar emiten tersebut melakukan cross listing, setelah melakukan pelatihan. Nantinya, emiten yang berangkat tersebut akan diberikan informasi mengenai tata cara untuk melakukan cross listing.
Tito mengatakan, tercatatnya emiten Indonesia di luar negeri akan membuat rasa percaya investor asing akan semakin tinggi kepada pasar modal Indonesia. Saat ini, hanya ada satu emiten Indonesia yang tercatat di Bursa New York (NYSE), yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom. Sebelumnya, operator telekomunikasi lainnya PT Indosat Tbk (ISAT) juga terdaftar di NYSE tetapi menghapus registrasinya (delisting) pada 2013 untuk melakukan efisiensi. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga melakukan cross listing tetapi di Bursa Australia (ASX) bukan di Amerika Serikat.
Promo Terbaru di Bareksa
Kepala Riset Mega Capital Indonesia Danny Eugene, mengungkapkan sebenarnya tujuan Direktur BEI mengajak ke 15 emiten tersebut untuk listing di NYSE bukan dikarenakan oleh akses permodalan karena pasar di Indonesia sudah cukup baik. Menurutnya, dengan listing di NYSE dipastikan level Good Corporate Governance emiten tersebut akan semakin baik.
"Tapi pertanyaannya apakah dengan perusahaan Indonesia yang listing di sana akan bisa lebih mudah memperoleh investor," ujarnya kepada Bareksa.com, Kamis 22 September 2016.
Danny mengatakan, seharusnya jika ingin go public di luar negeri, perusahaan Indonesia bisa memilih lokasi dari investor bursa saham Indonesia berasal. Saat ini, kebanyakan investor di BEI berasal dari Singapura dan juga Hongkong sehingga akan lebih baik dua negara tersebut dijadikan priorotas. Walaupun demkian ia juga tidak menampik bahwa NYSE memang lebih likuid dan teratur.
Ada juga hal lain yang juga harus diperhatikan oleh perusahaan yakni mengenai biaya dan beban listing di NYSE agar jangan sampai memberatkan kinerja. Hal ini mungkin terjadi karena bebannya berbeda dengan biaya listing di BEI. Ia mengatakan sebelumnya ada juga ISAT dan juga TLKM yang sudah terlebih dulu listing di NYSE. Namun karena tidak likuid dan juga terlalu membebani akhirnya ISAT terpaksa menghapus sahamnya dari New York.
Ajakan inipun dinilainya sangat baik, namun kondisi saat ini belum mendesak untuk melakukan hal tersebut. Danny menilai di Indonesia baru beberapa emiten saja yang mampu melantai di NYSE. Mereka adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan juga PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
"Selain itu mungkin PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang memang induknya berada di sana," ujarnya.
Sementara itu, Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan seharusnya agenda listing di NYSE ini mengarah pada keberlanjutan usaha. Jangan sampai nanti kinerja emiten malah terabaikan dan perusahaan menjadi tidak konsisten.
"Likuiditas dan corporate action di NYSE jauh lebih banyak, sedangkan di Indonesia lebih sedikit," ujarnya.
Walaupun demikian, dari segi nilai aset, perusahaan Indonesia memang tidak kalah dibandingkan emiten-emiten di NYSE. Ada beberapa emiten Indonesia yang menurut Lucky bisa listing di bursa Amerika Serikat.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menurutnya punya kesempatan yang sangat besar. Pasalnya SMGR mewakili holding semen di Indonesia dan juga masih mempunyai pasar yang besar pada potensi pertumbuhan infrastruktur di Indonesia.
Pada sektor perbankan, Lucky melihat BBRI menjadi kandidat utama. Emiten perbankan yang dikendalikan pemerintah ini bisa memberikan nilai tambah karena merupakan satu-satunya bank di dunia yang memiliki satelit sendiri.
PTBA juga bisa menjadi salah satu emiten yang melakukan cross listing. PTBA dinilai sebagai perusahaan tambang milik pemerintah dan memiliki fundamental yang cukup baik. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.