IHSG Tertekan. Inilah Konglomerasi yang Bisa Menjaga Market Cap pada 2015
BUMN tertolong suntikan modal pemerintah; Rajawali catat penciutan terbesar

BUMN tertolong suntikan modal pemerintah; Rajawali catat penciutan terbesar
Bareksa.com - Sepanjang 2015 pasar saham nasional mengalami tekanan cukup berat seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun hingga 21 Desember 2015 masih membukukan return negatif 12,59 persen.
Tekanan tersebut juga terjadi pada kelompok saham milik grup konglomerasi dan membuat kapitalisasi pasar (market cap) perusahaan-perusahaan mereka menyusut. Berdasarkan sembilan konglomerasi yang dipantau oleh Bareksa, hanya saham-saham kelompok perusahaan negara (BUMN) yang meningkat harganya meskipun tipis. Selebihnya, nilai kapitalisasi pasar konglomerasi perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) turun.
Nilai kapitalisasi pasar 20 BUMN yang tercatat di bursa per 21 Desember 2015 naik 1 persen menjadi Rp1.167 triliun dibanding nilai pada akhir tahun lalu. Secara umum, harga saham perseroan yang ada dalam kelompok ini turun. Akan tetapi karena ada penambahan modal pemerintah kepada empat emiten menyelamatkan nilai kapitalisasi pasar mereka.
Promo Terbaru di Bareksa
Tabel: Nilai Kapitalisasi Pasar Konglomerasi Per 21 Desember 2015

Sumber: Data Bursa Efek Indonesia diolah Bareksa.com
Salah satu contohnya PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Harga saham ADHI anjlok 38,22 persen dibanding harga akhir tahun lalu. Akan tetapi, perusahaan konstruksi milik negara ini mendapat suntikan dana pemerintah melalui rights issue senilai Rp2,74 triliun sehingga per 21 Desember 2015 kapitalisasi pasarnya bisa naik 22 persen menjadi Rp7,65 triliun dibanding akhir tahun lalu.
Di sisi lain, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang juga mendapat suntikan dana dari negara justru market cap-nya turun akibat harga saham jatuh terlalu dalam atau minus 71,27 persen seiring pelemahan harga nikel. Dalam konglomerasi BUMN, hanya tiga perusahaan yang mencatat kenaikan harga saham, yaitu PT Bank Tabungan Negara (BBTN), PT PP Tbk (PTPP) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Sementara itu, konglomerasi yang mencatatkan penciutan kapitalisasi pasar terdalam adalah Grup Rajawali dengan return minus 52,78 persen. Grup yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh ini mencatatkan kapitalisasi pasar Rp6,08 triliun dari tiga emitennya per 21 Desember 2015.
Grafik: Perbandingan Pertumbuhan Kapitalisasi Pasar Konglomerasi

Sumber: Data Bursa Efek Indonesia diolah Bareksa.com
Emiten dengan kinerja saham terburuk dari Grup Rajawali adalah PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dengan return negatif 91,99 persen sejak awal tahun ini. Harga saham operator taksi itu mendapat tekanan dari kinerjanya yang buruk akibat persaingan dengan armada ojek yang menggunakan aplikasi online dan batalnya rencana akuisisi oleh Grup Saratoga.
Saham Grup Rajawali lainnya adalah saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) dan PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). BWPT dan META mencatat imbal minus akibat rencana diakuisisi yang tidak kunjung terwujud. Saham BWPT sempat menyentuh level terendah akibat Grup Felda mengkaji ulang rencana akuisisi 37 persen saham emiten sawit itu.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.200,15 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.180,3 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.150,95 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.033,2 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.