BeritaArrow iconEmasArrow iconArtikel

Harga Emas Turun 5,5% Usai Cetak Rekor US$4.381, Koreksi Sehat atau Tanda Bahaya?

Abdul Malik22 Oktober 2025
Tags:
Harga Emas Turun 5,5% Usai Cetak Rekor US$4.381, Koreksi Sehat atau Tanda Bahaya?
Ilustrasi harga emas global turun akibat penguatan dolar AS dan aksi ambil untung investor. (Shutterstock)

Beberapa analis menilai pasar emas memasuki fase konsolidasi alami setelah reli yang “parabolik”, bukan sinyal akhir tren naik

Bareksa - Setelah reli panjang yang membawa harga emas ke rekor tertinggi US$4.381 per ons, pasar emas global tiba-tiba berbalik arah tajam pada Selasa (22/10).

Mengutip Reuters (22/10), harga emas spot anjlok 5,5% ke US$4.115 per ons pada Senin (21/10), penurunan harian terdalam sejak tahun 2020. Sementara emas berjangka Desember turun 5,7% ke US$4.109.

Meski terkesan dramatis, koreksi ini terjadi setelah harga emas naik hampir 60% sepanjang tahun 2025, didorong oleh ketidakpastian geopolitik, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia.

Promo Terbaru di Bareksa

Apa yang Terjadi?

Investor global melakukan aksi ambil untung (profit taking) besar-besaran setelah reli panjang yang membuat harga emas “terlalu cepat naik terlalu tinggi”. Koreksi ini juga diperparah oleh:
- Penguatan dolar AS sebesar 0,4%, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
- Kenaikan indeks saham AS dan Jepang, yang mengalihkan minat investor ke aset berisiko.
- Penurunan harga perak 7,5% dan platinum 5,9%, ikut menarik seluruh sektor logam mulia turun.

Beberapa analis menilai pasar emas memasuki fase konsolidasi alami setelah reli yang “parabolik”. “Ini murni aksi ambil untung, bukan sinyal akhir tren naik,” ujar analis komoditas TD Securities dilansir Kitco News (21/10).

Mengapa Bisa Terjadi?

Ada dua faktor utama di balik koreksi besar ini:

- Tekanan Likuiditas Global (Liquidity Crunch)

Laporan Kitco News mengungkapkan mantan penasihat The Fed, Danielle DiMartino Booth, memperingatkan penurunan emas ini adalah “sinyal distress”, tanda pasar global sedang kekurangan likuiditas.

Banyak investor besar dipaksa menjual aset-aset menguntungkan seperti emas untuk memenuhi margin call dan kebutuhan kas, mirip dengan situasi panik Maret 2020 saat awal pandemi Covid-19.

- Pasar Kredit Swasta Mulai Retak

Nilai pasar private credit AS telah membengkak menjadi US$1,7 triliun, dengan pengawasan minim. Beberapa kegagalan pembayaran mulai muncul, dan Bank of England bahkan membandingkannya dengan krisis subprime 2007.

Dengan utang rumah tangga AS mencapai rekor US$18,4 triliun, risiko gagal bayar meningkat, yang bisa menjalar ke pasar emas jika tekanan sistemik makin parah.

Apa Berikutnya?

Walau koreksi jangka pendek ini terasa menegangkan, banyak analis tetap melihat tren jangka panjang emas masih bullish (naik). Saxo Bank memperkirakan harga emas masih bisa turun ke kisaran US$3.970–US$4.000 tanpa mengubah arah jangka panjang.

Faktor pendukung utama seperti ketidakpastian geopolitik, pembelian bank sentral, lemahnya kepercayaan terhadap dolar, dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed masih tetap ada.

Investor institusi dan rumah tangga di China juga masih memborong emas sebagai pelindung nilai akibat lesunya pasar properti dan melemahnya yuan.

Sebelumnya Goldman Sachs juga memprediksi harga emas 2026 bisa mencapai US$4.900 per ons dan UBS memperkirakan di awal 2026 harga emas mencapai US$4.700 per ons.

Artinya, koreksi kali ini lebih condong sebagai peluang beli di harga diskon (buy the dip) ketimbang tanda bahaya runtuhnya tren emas.

Apa yang Bisa Dilakukan Investor?

- Pantau level psikologis US$4.000, jika harga menembusnya, potensi rebound teknikal cukup besar.
- Gunakan strategi bertahap: beli bertahap (dollar cost averaging) untuk mengurangi risiko volatilitas ekstrem.
- Diversifikasi ke instrumen emas fisik digital yang likuid dan lebih mudah dipantau.
- Waspadai leverage berlebihan, volatilitas emas meningkat, sehingga investor perlu ekstra hati-hati.

Koreksi 5,5% ini bukan akhir dari tren emas, melainkan fase wajar setelah reli panjang. Selama ketidakpastian global, pelemahan dolar, dan kebijakan pelonggaran moneter masih berlanjut, emas tetap menjadi aset lindung nilai utama bagi investor jangka menengah–panjang.

Beli Emas di Sini

(AM)

***

DISCLAIMER

Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.200,15

Up0,60%
Up5,56%
Up9,41%
Up9,62%
Up18,46%
Up8,81%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.180,3

Up0,46%
Up5,00%
Up8,61%
Up9,07%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.150,95

Up0,40%
Up4,67%
Up9,43%
Up11,11%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.033,2

Up0,74%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua