WGC: Harga Emas Dunia Tembus US$4.000, Reli Masih di Awal dan Berpotensi Berlanjut
Permintaan investasi, pembelian bank sentral, dan pelemahan dolar jadi pendorong utama, meski volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai

Permintaan investasi, pembelian bank sentral, dan pelemahan dolar jadi pendorong utama, meski volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai
Bareksa - Harga emas dunia kembali mencetak tonggak sejarah setelah menembus US$4.000 per ons pada 8 Oktober 2025, menandai rekor tertinggi ke-45 sepanjang tahun ini, menurut laporan terbaru World Gold Council (WGC).
Kenaikan dari US$3.500 menjadi US$4.000 per ons hanya berlangsung dalam 36 hari, jauh lebih cepat dibanding rata-rata 1.000 hari pada periode kenaikan sebelumnya.
WGC menilai, kenaikan ini menandai awal babak baru dalam reli emas, bukan akhir dari tren. Meski harga sempat terkoreksi setelah menyentuh rekor tersebut, 2025 tetap berpotensi menjadi tahun dengan kinerja emas terkuat sejak 1979.
Promo Terbaru di Bareksa
Faktor Pendorong Utama Kenaikan Harga Emas
Dalam laporannya, WGC menyebut kenaikan harga emas 2025 dipicu oleh kombinasi permintaan investasi yang kuat, pelemahan dolar AS, ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, serta kekhawatiran terhadap pasar saham dan obligasi global.
Selain itu, pembelian emas oleh bank sentral turut memperkuat sentimen positif, sekaligus memperkokoh posisi emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global.
“Rally tahun ini didorong oleh meningkatnya permintaan investasi di tengah ketegangan geopolitik, pelemahan dolar AS, ekspektasi pemangkasan suku bunga, dan risiko di pasar ekuitas dan obligasi,” tulis WGC dalam laporan yang dipublikasi Senin (13/10).
ETF Emas Fisik Catat Arus Masuk Besar
WGC mencatat, sepanjang 2025 ETF emas yang didukung fisik menambah kepemilikan sebesar 634 ton, hanya 2% di bawah puncak tahun 2020.
Total aset kelolaan ETF emas global mencapai 3.857 ton, dengan tambahan 128 ton hanya dalam kenaikan harga terakhir sebesar US$500 per ons. Nilai dana yang masuk ke ETF emas mencapai US$67 miliar year-to-date, termasuk US$21 miliar sejak akhir Agustus.
Namun, WGC menekankan fase akumulasi ini masih tergolong awal dibanding dua “bull run” besar sebelumnya (2003–2012 dan 2018–2020), yang masing-masing menambah lebih dari 1.800 ton dan 2.300 ton. “Kemungkinan masih berada pada tahap awal dari fase akumulasi berikutnya,” tulis WGC.
Reli Masih di Awal Fase
Berdasarkan data WGC, reli emas kali ini baru berlangsung 735 hari, sementara durasi rata-rata reli besar sebelumnya mencapai lebih dari 1.000 hari. Artinya, reli saat ini belum melampaui rerata panjang dan kekuatan tren-tren sebelumnya.
Kenaikan cepat dari US$3.500 ke US$4.000 — hanya dalam 36 hari — menunjukkan momentum yang kuat, tetapi WGC menilai hal itu belum berarti reli akan segera berakhir. “Milestone angka bulat seperti US$4.000 lebih banyak bersifat psikologis dan teknikal daripada fundamental,” jelas WGC.
Grafik: Persentase kenaikan harga dari titik terendah hingga puncak selama periode reli emas
Sumber: WGC
Potensi Volatilitas Jangka Pendek
Meski tren jangka panjang tetap positif, WGC mengingatkan bahwa volatilitas jangka pendek mungkin meningkat seiring dengan kondisi pasar yang jenuh beli (overbought).
Indikator RSI emas yang sudah melampaui 90 dan harga yang lebih dari 20% di atas rata-rata 200 harinya menunjukkan potensi aksi ambil untung oleh investor jangka pendek.
WGC mengidentifikasi sejumlah risiko taktis dalam waktu dekat:
- Rebalancing portofolio oleh investor strategis
- Likuidasi aset akibat pengetatan kredit
- Potensi short squeeze dolar AS
- Penurunan permintaan konsumen akibat harga tinggi
- Perpindahan dana ke aset berisiko jika ketegangan geopolitik mereda.
Meski demikian, WGC menilai fondasi strategis emas tetap kuat, didukung oleh basis investor yang semakin luas, pelemahan struktural dolar AS, serta ketidakpastian kebijakan global.
Faktor Pendukung Fundamental Jangka Panjang
WGC menggarisbawahi empat faktor yang terus menopang permintaan emas jangka panjang:
- Diversifikasi investor – meningkatnya partisipasi institusi melalui ETF dan regulasi baru di Tiongkok serta India
- Pelemahan dolar AS secara struktural – mendorong hedging dan rotasi keluar dari aset dolar
- Ketidakpastian kebijakan dan geopolitik global – termasuk risiko fiskal AS dan konflik regional
- Tekanan inflasi dan pelemahan tenaga kerja – yang bisa meningkatkan risiko resesi dan memperkuat minat terhadap aset lindung nilai.
“Kekuatan strategis emas masih menyeimbangkan risiko taktis jangka pendek,” simpul WGC.
Laporan World Gold Council (WGC) menegaskan bahwa reli harga emas menuju US$4.000 per ons belum menandai puncak tren, melainkan bagian dari fase akumulasi yang masih berlangsung. Sementara harga mungkin menghadapi koreksi teknikal jangka pendek, fundamental jangka panjang tetap kokoh didukung oleh permintaan investasi, pembelian bank sentral, dan kondisi makro global yang tidak pasti.
Dengan demikian, menurut WGC, dinamika harga emas ke depan akan sangat bergantung pada reaksi investor terhadap faktor fundamental dan taktis yang saling berinteraksi dalam fase pasar berikutnya.
(AM)
***
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.199,47 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.180,11 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.150,79 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.033,05 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.