Lelang Sukuk Negara Raup Rp11,3 Triliun; Imbal Hasil SBN 10 Tahun Naik
Saham bank diborong asing; konsumsi ritel diprediksi menguat
Saham bank diborong asing; konsumsi ritel diprediksi menguat
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi dan investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi Rabu, 13 Januari 2021.
Lelang Sukuk
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meraup Rp11,3 triliun dari lelang enam Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara. Adapun total penawaran yang masuk, Rp24,27 triliun, atau lebih dari dua kali lipat yang dimenangkan (oversubscribed).
Sebelumnya, Direktorat Pembiayaan Syariah menyatakan target indikatif dari lelang tersebut sebesar Rp14 triliun, guna memenuhi sebagian target pembiayaan APBN 2021.
Promo Terbaru di Bareksa
Berdasarkan keterangan resmi dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Selasa (12/1), penerbitan terbagi atas seri SPNS13072021, PBS027, PBS017, PBS029, PBS004, dan PBS028. Penerbitan SBSN dilakukan melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI).
Lelang SBSN diikuti oleh investor institusi, seperti asuransi, dana pensiun, dan manajer investasi untuk mengelola reksadana. SBSN merupakan satu aset yang bisa measuk dalam portofolio reksadana, khususnya reksadana pendapatan tetap.
Imbal Hasil SBN
Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (12/1/2021) ditutup bervariasi, seiring akan dilakukannya vaksinasi tahap awal yang akan dilaksanakan pada Rabu (13/1/21).
Dikutip dari CNBC Indonesia, SBN berseri FR0061, FR0081, dan FR0067 pada Selasa dikoleksi oleh investor, sedangkan sisanya cenderung dilepas oleh investor. Berdasarkan imbal hasilnya (yield), SBN berseri FR0061, FR0081, dan FR0067 mengalami penurunan yield, sedangkan sisanya mengalami kenaikan.
Sementara itu, yield SBN berseri FR0082 dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 2 basis poin (bps) ke level 6,332 persen pada hari ini. Artinya, harga obligasi seri acuan tersebut melemah di pasar.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.
Harga SBN ditutup bervariasi karena investor menanggapi berbeda terkait sentimen dari vaksinasi tahap awal di Indonesia yang akan dilaksanakan pada Rabu.
Penjualan Ritel
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy melihat kalau penjualan ritel pada bulan Desember 2020 berpotensi meningkat. Hal ini mencerminkan ekonomi yang mulai pulih.
"Kalau melihat dari perkembangan aktivitas masyarakat yang memang meningkat, ada peluang indeks penjualan riil akan membaik dibandingkan bulan November 2020," tutur Yusuf dikutip Kontan.co.id, Selasa (12/1).
Selain itu, peningkatan penjualan ritel pada bulan Desember 2020 juga dipengaruhi oleh faktor musiman seperti libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya mengungkit tingkat konsumsi masyarakat.
Dengan melihat prospek baik penjualan ritel tersebut, ditambah dengan perkembangan aktivitas lain seperti misalnya indeks manufaktur yang sudah ekspansi di akhir tahun, maka Yusuf yakin kalau proses pemulihan konsumsi masyarakat di kuartal IV-2020 semakin nyata meski memang masih akan berada dalam zona negatif.
Investor Asing
Aliran dana asing kembali masuk ke pasar modal Indonesia pada perdagangan Selasa (12/1), dengan nilai beli bersih Rp 605,82 miliar di pasar reguler. Ini meneruskan langkah asing pada perdagangan Senin yang memborong saham nilai beli bersih mencapai Rp 2,28 triliun di pasar reguler.
Saham-saham perbankan, menjadi incaran investor asing pada Selasa. Asing paling banyak membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai beli bersih Rp 632,3 miliar. Saham ini ditutup naik 1,51 persen menjadi Rp 4.720 per saham.
Saham bank lain yang diminati asing masih dari bank pelat merah, yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai beli bersih Rp 160,1 miliar. Saham Bank Mandiri ini pun tercatat menguat hingga 1,46 persen menyentuh harga Rp 6.950 per saham.
Saham berikutnya yang diborong oleh investor asing yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai beli bersih mencapai Rp 71,1 miliar. Meski begitu, harga saham bank swasta terbesar di Indonesia ini mengalami penurunan 2,52 persen menjadi Rp 35.800 per saham.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, masuknya investor asing ke pasar saham Indonesia karena melihat ada pemulihan ekonomi. Potensi pemulihan ekonomi Indonesia, tak lepas dari izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 buatan Sinovac.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.365,69 | 0,93% | 3,98% | 6,22% | 7,55% | 18,66% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.068,48 | 0,76% | 3,76% | 5,98% | - | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.828,65 | 1,07% | 3,92% | 5,74% | 7,48% | 17,30% | 42,01% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.242,23 | 0,64% | 3,44% | 5,22% | 6,88% | 19,57% | 35,46% |
Syailendra Sharia Fixed Income Fund limited | 1.030,48 | 0,43% | 2,52% | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.