BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Rencana Konsolidasi BBRI - Pegadaian - PNM, Dana Asing Masuk Rp5,2 Triliun Sepekan

Abdul Malik13 November 2020
Tags:
Berita Hari Ini : Rencana Konsolidasi BBRI - Pegadaian - PNM, Dana Asing Masuk Rp5,2 Triliun Sepekan
Karyawan PT Pegadaian (Persero) melayani nasabah di kantor Paegadaian Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (15/10/2020). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/hp.

Dua holding BUMN disentil BPK, OJK sebut dana nasabah Maybank akan kembali, harga emas melemah di akhir pekan

Bareksa.com - Berikut adalah perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 13 November 2020 :

BRI - Pegadaian - PNM

Berembus kabar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan menjadi bahtera baru bagi PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Rencana besar Presiden Joko Widodo untuk membentuk raksasa pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) itu tengah dimatangkan skema. Akhir tahun ini diharapkan aksi korporasi tersebut bisa dieksekusi.

Promo Terbaru di Bareksa

Dilansir Bisnis.com, sumber internal dari lingkungan BRI berbisik ada dua skema yang tengah diajukan ke pemegang saham untuk melebur dua perusahaan pembiayaan pelat merah itu di bawah bank berkode saham BBRI tersebut. Skema pertama adalah BRI mengakuisisi PT Pegadaian dan PT PNM. Adapun, skema kedua adalah berbentuk holding perusahaan pembiayaan UMKM. “Skema akuisisi yang menguat diusulkan kepada pemerintah,” ujar sumber tersebut kepada Bisnis, Kamis (12/11/2020).

Namun, lanjutnya, skema untuk mengakuisisi masih terkendala regulasi. Dia tidak menyebutkan secara pasti regulasi apa yang mengganjal aksi korporasi tersebut. Dilansir Bisnis Indonesia, saat ini BRI telah memiliki sejumlah anak perusahaan, yakni BRI Syariah, BRI Agro, BRI Remittance, BRI Life, BRI Finance, BRI Danareksa Sekuritas dan BRI Venture.

Skema kedua, konosolidasi dilakukan dengan membentuk holding perusahaan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pilihan cenderung pada skema pertama kendati dianggap masih terkendala regulasi. "Skema akuisisi yang menguat diusulkan pemerintah," ujar sumber tersebut.

Dalam paparan kinerja kuartal III 2020, pada Rabu, Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo mengaku pihaknya akan melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat. Rencana itu bertujuan untuk pengembangan dan ekspansi debitur UMKM. Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Pegadaian, Harianto Widodo, menyatakan pihaknya mendapat arahan terkait akuisisi. Meski tak menyebutkan siapa saja yang terlibat dalam aksi korporasi tersebut.

Holding BUMN

Pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tampak sedang digencarkan oleh Menteri Erick Thohir saat ini. Pembentukan holding BUMN itu antara lain mulai dari sektor kesehatan, asuransi, manufaktur,jasa survei, pangan, industri pertahanan, media, kepelabuhan hingga pariwisata dan penerbangan. Erick bahkan disebut-sebut sedang menyiapkan Peraturan Pemerintah untuk memuluskan niat tersebut.

Dilansir Bisnis.com, seperti dikutip dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian BUMN tahun 2020-2024, tujuan pembentukan holding BUMN di antaranya untuk merespons tantangan bisnis sektoral, memperkuat struktur permodalan, meningkatkan daya saing BUMN, menciptakan sinergisitas antar-BUMN, dan mendorong peningkatan efisiensi operasional perusahaan.

Namun, di tengah rencana pembentukan sejumlah holding tersebut, dua BUMN lain yang sudah lebih dulu terbentuk justru mendapat teguran dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kedua holding BUMN itu adalah PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding alias PTPN III dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI) Holding. Hal itu terpampang dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I/2020 (IHPS) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam salah satu temuannya, BPK menilai holding perkebunan di bawah PTPN III tidak efektif dalam meningkatkan kinerja PTPN Grup sepanjang tahun 2015-semester I tahun 2019.

Dilansir CNBC Indonesia, mengutip dokumen Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I 2020, BPK menyatakan holding BUMN perkebunan tidak efektif dalam meningkatkan kinerja selama 2015 hingga paruh pertama 2019. Kinerja PTPN Grup belum mengalami perbaikan setelah terbentuknya holding pertambangan. Kinerja on-farm juga dinilai belum efektif, terlihat dari belum adanya perbaikan komposisi umur tanaman, efisiensi harga produksi, serta produktivitas yang masih di bawah normal. Kemudian kinerja pabrik kelapa sawit dan karet di beberapa PTPN masih juga belum sesuai dengan standar dan komitmen bersama.

Situs holding BUMN perkebunan hanya menyediakan data laporan keuangan hingga 2018. Dalam periode tersebut, sejatinya keuangan PTPN membaik dari rugi pada 2016 menjadi untung pada 2017 dan 2018. Namun memang laba bersih pada 2018 turun dibandingkan 2017. Namun BPK tidak hanya menyoroti soal laba/rugi.

"Kinerja Keuangan PTPN Grup belum mengalami perbaikan setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan. Hal ini terlihat dari kinerja keuangan PTPN Grup periode tahun 2015-semester I 2019 belum menunjukkan adanya peningkatan, melainkan adanya tren penurunan likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas setelah terbentuknya Holding BUMN Perkebunan. Akibatnya, pembentukan PTPN III (Persero) sebagai Holding BUMN Perkebunan kurang efektif dalam meningkatkan perbaikan kinerja keuangan PTPN Grup," tulis IHPS I 2020.

Maybank Indonesia

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai dana nasabah yang hilang di PT Maybank Indonesia Tbk akan kembali apabila terbukti tidak bersalah. Hanya saja, pihaknya mengaku akan sangat berhati-hati memberikan statement mengenai kasus ini. Apalagi, saat ini kasus tersebut sudah ditangani secara hukum. Menurutnya, dengan pelaporan yang sudah dilakukan Maybank dan nasabah, penanganan kasus ini akan dilakukan secara objektif dan transparan.

"Mengenai Maybank, pasti ada sesuatu cuma lagi ditangani hukum. Kami lihat dan sudah masuk ranah hukum, mohon tunggu tidak enak dahului berita hukum," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (12/11/2020) dilnasir Bisnis.com.

Seperti diberitakan, dana nasabah Maybank Indonesia Winda D. Lunardi atau Winda Earl senilai Rp22 miliar dilaporkan lenyap. Saat ini, kasus tersebut telah masuk ke ranah hukum. Bareskrim Polri telah menetapkan Kepala Cabang Maybank Cipulir Jakarta Selatan berinisial AT sebagai tersangka.

Kuasa Hukum PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Hotman Paris Hutapea berharap ada win-win solution dalam kasus hilangnya dana nasabah Rp22 miliar. Sebelumnya, Hotman memaparkan ada beberapa kejanggalan yang perlu menjadi penyidikan lebih lanjut dalam kasus ini. Pertama, dana tabungan Winda yang sepenuhnya berasal dari ayahnya Herman Gunardi tersebut tidak pernah memegang buku tabungan dan ATM, dan justru membiarkan tersangka yakni Kepala Cabang Bank Maybank untuk memegangnya.

Kedua, dana kebutuhan investasi tidak seharusnya ditempatkan di rekening koran. Ketiga, korban juga tidak pernah risih dan tidak proaktif menanyakan posisi dan setiap mutasi dari setiap aliran dana dari tabungannya. Keempat, tersangka melakukan transaksi atas nama korban dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi, khususnya dalam pembukaan asuransi di Prudensial. Terkait kejanggalan tersebut, Winda merespons bahwa keluarganya tidak mengetahui adanya transaksi.

"Dibilang ada uang bunga ditransfer ke papa saya, sedangkan kami semua tidak tahu. Saya itu hanya nasabah biasa yang memang menabung," kata Winda dalam konferensi pers virtual yang disiarkan Kompas TV, Senin (9/11/2020).

Aliran Modal Asing

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan kinerja pasar modal Tanah Air mulai membaik dengan aliran modal asing alias net buy mencapai Rp5,23 triliun pada pekan pertama November ini. "Ada tanda-tanda pertumbuhan kredit [bank] positif, yang dari Maret terkontraksi. Kemudian sentimen positif di pasar moda, [IHSG] sudah tembus 5.509,5," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Gedung DPR, dalam Rapat Dengar Pendapat, Kamis ini (12/11/2020) dilansir CNBC Indonesia.

"Ini upaya sentimen positif di pasar modal adalah refleksi fundamental akan lebih baik dengan kebijakan bersama-sama fiskal, moneter, dan keuangan," tegas mantan Kepala Perwakilan Bank Indonesia di New York, AS itu. "Meski belum recover sebelum Maret, aliran dana asing sudah masuk di pasar saham Rp5,23 triliun di [awal] November yang sebelumnya mengalami net sell," jelasnya.

Wimboh juga menyampaikan pemulihan itu juga tercermin dari pasar obligasi negara, di mana imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun berada di level 6,7%, menurun dari sebelumnya yang cukup tinggi 6,97%. Penurunan yield adalah sentimen positif karena harga SUN menjadi naik.

Setelah 5 hari berturut-turut melaju di zona hijau, IHSG akhirnya harus berakhir di zona merah kemarin. IHSG ditutup turun 50,91 poin (0,92 persen) pada level 5.458,6 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (12/11/2020).

Harga Emas

Harga emas melemah tipis jelang akhir pekan ini. Dilansir Kontan, pada Jumat (13/11) pukul 6.33 WIB, harga emas spot berada di US$1.876,30 per ons troi, turun dari US$ 1.876,83 per ons troi pada akhir perdagangan kemarin. Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Desember 2020 justru naik tipis ke US$ 1.874,30 per ons troi dari harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 1.873,30 per ons troi.

"Pasar emas fokus pada stimulus dan pada jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago kepada Reuters.

Streible menambahkan investor masih belum mengetahui detail pendistribusian vaksin. "Bahkan jika masyarakat memiliki vaksin, mereka mungkin tidak akan agresif saat keluar," tambah Streible.

Berjaga-jaga penurunan harga semakin dalam, investor dianjurkan untuk wait and see sebelum membeli logam mulia saat ini. Sebagai informasi, beberapa hari terakhir harga emas fisik logam mulia milik Antam terus mengalami penurunan. Hari ini, harganya turun Rp 2.000 per gram ke level Rp 968.000 per gram. Sedangkan untuk harga buyback turun Rp4.000 per gram dan berada di level Rp 850.000 per gram.

Analis Global Kapital Investment Alwi Assegaf menila penurunan tersebut masih akan berlanjut hingga akhir tahun, bahkan memungkinkan hingga tahun depan. Kondisi tersebut seiring dengan berkurangnya tingkat ketidakpastian ekonomi dan politik global, alhasil safe haven atau aset lindung nilai mulai ditinggalkan. "Penurunan masih akan berlanjut, tapi itu juga sangat bergantung pada program distribusi vaksin Covid-19 di Tanah Air dan dari kebijakan Joe Biden ke depan," ungkap Alwi kepada Kontan.co.id, Kamis (12/11).

(*)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua