BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini: Pasar Obligasi Melemah; Harga Emas Global Naik

Bareksa11 September 2020
Tags:
Berita Hari Ini: Pasar Obligasi Melemah; Harga Emas Global Naik
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan keterangan pers usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (20/7/2020). Peraturan Pemerintah (PP) tentang Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional mengatur pembentukan tim penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Premi asuransi jiwa turun; ECB tahan suku bunga; Subsidi gaji diperpanjang; Ekonomi saat PSBB kedua

Bareksa.com - Berikut kumpulan berita dan informasi terkait ekonomi, investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi, Jumat, 11 September 2020.

Premi Asuransi Jiwa

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pendapatan premi industri asuransi jiwa sebesar Rp95,13 triliun pada Juli 2020. Pencapaian itu tercatat turun 8,74 persen (yoy) dibandingkan Juli tahun lalu sebesar Rp104,25 triliun.

Promo Terbaru di Bareksa

Namun, angka itu tumbuh 19,78 persen secara bulanan (mtm) dari Rp79,42 triliun pada Juni 2020.

Deputi Direktur Pengawasan Asuransi II OJK Kristianto Andi Handoko menuturkan tren penurunan pendapatan premi sudah terlihat sejak Februari lalu. Sementara itu, total perusahaan asuransi jiwa saat ini tercatat sebanyak 54 perusahaan.

"Mulai Februari sudah terlihat kita tidak bisa menyamai performa dari periode yang sama di 2019. Jadi, Februari hingga Juli terlihat performanya di bawah tahun lalu," ujarnya dikutip CNN Indonesia, Kamis (10/9).

Tak hanya premi, aset asuransi jiwa juga tercatat turun 5,47 persen (yoy) menjadi Rp515,78 triliun. Namun, berhasil tumbuh 2,46 persen secara bulanan dari sebelumnya Rp502,44 triliun.

Andi menjelaskan penurunan aset dipicu kontraksi pada nilai investasi. Pasalnya, 80 persen aset asuransi jiwa dalam bentuk investasi.

Tercatat, investasi asuransi jiwa minus 5,46 persen (yoy) menjadi Rp453,40 triliun pada Juli 2020. Namun, angka investasi berhasil naik 2,83 persen secara bulanan dari Rp440,92 triliun di Juni 2020.


Yield Obligasi

Harga obligasi pemerintah mayoritas ditutup melemah pada Kamis (9/9/2020), menyusul rencana pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total di DKI Jakarta.

Seperti dikutip dari CNBC Indonesia, surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 1 dan 15 tahun dikoleksi investor hari ini, sedangkan sisanya cenderung dilepas investor. SBN tenor 1 tahun mengalami penurunan imbal hasil (yield) 30,3 basis poin ke 3,789 persen, dan yield SBN bertenor 15 tahun turun 0,5 basis poin ke 7,435 persen.

Sisanya, yield SBN mengalami kenaikan pada hari ini. Yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara mengalami kenaikan 0,4 basis poin ke level 6,901 persen.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.

Kenaikan yield terbesar tercatat di SBN dengan tenor 5 tahun yang naik 1,9 basis poin ke level 5,569 persen. Sedangkan, kenaikan terkecil terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun sebesar 0,2 basis poin ke 7,447 persen.

Laju yield SBN yang naik dipicu kebijakan PSBB DKI Jakarta secara total yang akan diberlakukan pekan depan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan 'rem darurat' kembali ditarik pada Rabu malam. PSBB di Ibu Kota kembali diketatkan, bukan lagi PSBB Transisi. Mulai 14 September, warga Jakarta kembali disarankan untuk #dirumahaja.

Bank Sentral Eropa

Bank Sentral Eropa atau The European Central Bank (ECB) pada Kamis 10 September 2020 mengumumkan mempertahankan suku bunga acuannya. ECB juga terus melanjutkan program stimulus untuk mengantisipasi gejolak ekonomi akibat Covid-19,

Pada bulan Juni 2020, ECB memperkirakan inflasi tahunan akan mencapai 0,3 persen pada akhir tahun 2020 - jauh di bawah targetnya yang hampir 2 persen. Diperkirakan inflasi akan naik menjadi 0,8 persen pada tahun 2021 dan 1,3 persen pada tahun 2022.

Dilansir CNBC International, Bank sentral juga meramal PDB terkontraksi sebesar 8,7 persen pada tahun 2020, diikuti oleh rebound masing-masing sebesar 5,2 persen dan 3,3 persen pada tahun 2021 dan 2022.

Tingkat bunga ECB saat ini di 0,0 persen dan tetap akan memberlakukan suku bunga negatif -0,5 persen pada simpanan bank komersial. Sementara suku bunga 0,25 persen dipertahankan juga untuk refinancing bank komersial.

Harga Emas Global

Harga emas melonjak 1 persen pada hari Kamis (10/9), karena melemahnya dolar Amerika Serikat (AS). Setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan kebijakannya tidak berubah dan klaim pengangguran AS bertahan pada level tinggi, meredupkan harapan pemulihan ekonomi yang cepat dari efek pandemi virus corona.

Melansir Kontan.co.id dari CNBC, harga emas spot naik 0,7 persen menjadi US$ 1,959.93 per ons troi, setelah mencapai level tertinggi sejak 2 September di US$ 1,965,93. Harga emas berjangka AS naik 0,7 persen menjadi US$ 1.967,80.

“ECB tidak benar-benar mengubah kebijakannya, jadi kami melihat dolar AS jatuh di sini. Itu positif untuk emas," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.

Dolar turun 0,3 persen, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain, karena euro naik setelah Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan sementara itu mengawasi dengan cermat nilai tukar, itu bukan alat kebijakan moneter.

Sementara itu, klaim pengangguran mingguan AS berada di level tinggi minggu lalu, menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja dari pandemi terhenti.

Ada kekhawatiran tentang gelombang kedua virus corona, pasar komoditas seperti minyak menunjukkan bahwa mungkin pertumbuhan melambat dan semua kebijakan moneter akan melonggarkan.

Logam safe-haven telah meningkat lebih dari 29 persen tahun ini didukung oleh stimulus yang tak tertandingi dan suku bunga mendekati nol dari bank sentral global.

Mengutip logammulia.com, harga emas logam mulia Antam hari ini naik Rp10.000 menjadi Rp1.025.000 dengan perubahan terakhir pada 10 September 2020 pukul 8:02 WIB.

Subsidi Gaji

Pemerintah berupaya menjaga permintaan dan mengurangi beban masyarakat di tengah pandemi, salah satunya dengan memberikan subsidi gaji. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan bahwa bantuan tersebut diberikan kepada pekerja yang bergaji di bawah Rp5 juta.

“Pembayaran Rp600.000 per bulan untuk 1 orang pekerja selama 4 bulan secara 2 tahap pada kuartal III dan IV/2020,” katanya dikutip Bisnis.com, Kamis (10/9/2020).

Airlangga menjelaskan bahwa bantuan tersebut akan diberikan kepada 15,7 pekerja yang aktif membayar iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS TK). Derdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan hingga 12 Agustus lalu, sudah terverifikasi 9 juta pekerja dari total yang terekam.

Sementara itu, pemberian bantuan subsidi gaji akan diperpanjang hingga triwulan I/2021. Ide ini sudah disampaikan pada rapat beberapa waktu lalu. “Kami sudah sampaikan langsung dalam rapat langsung dengan Pak Presiden. Ini akan dilanjutkan di 2021 selama 3 bulan dan akan dipertimbangkan selama 6 bulan di kuartal I dan II,” jelasnya Airlangga.

Ekonomi Saat PSBB

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani memperkirakan kinerja ekonomi sepanjang PSBB pada 14 September mendatang berpeluang tak seburuk implementasi PSBB pertama.

Perkiraan ini dilandasi pengalaman masyarakat dan dunia usaha yang menghadapi kondisi serupa pada PSBB jilid I. Dengan demikian, blunder-blunder koordinasi yang ditemukan pada PSBB kala itu bisa diminimalisir dan usaha yang tetap beroperasi bisa bekerja dengan maksimal.

“Sebagian besar pelaku usaha sudah melakukan transisi ke online trading dan remote working secara maksimal serta sudah terbiasa mengatasi aktivitas tersebut sehingga kinerja tidak terlalu drop meski permintaan pasar domestik secara agregat cenderung turun,” kata Shinta saat dihubungi Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Dia pun menaruh harap kinerja ekspor pada PSBB nanti tetap dapat tumbuh positif selama tidak ada gangguan dari sisi logistik maupun produksi sehingga kinerja ekonomi nasional bisa dibantu oleh perbaikan permintaan pasar global yang memiliki tren positif seiring dengan normalisasi kegiatan ekonomi.

Meski demikian, Shinta memberi catatan bahwa proyeksi ini tidak berlaku secara sektoral karena terdapat sektor-sektor yang akan menghadapi penurunan kinerja yang amat drastis. Seperti sektor ritel, jasa transportasi umum, dan sektor jasa lainnya yang sempat diizinkan beroperasi selama PSBB transisi meski dengan pembatasan operasional.

* * *

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,64%
Up3,07%
Up0,02%
Up6,27%
Up19,97%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,42%
Up0,02%
Up7,36%
Up18,23%
Up42,99%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,85%
Up0,01%
Up6,31%
Up31,62%
Up59,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,49%
Up2,79%
Up0,01%
Up5,45%
Up20,04%
Up48,77%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,36%
Up2,00%
Up0,02%
Up2,08%
Down- 2,75%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua