BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Manulife Aset : Reksadana Saham dan Pendapatan Tetap Patut Dilirik

04 Maret 2019
Tags:
Manulife Aset : Reksadana Saham dan Pendapatan Tetap Patut Dilirik
Chief Economist and Investment Strategist PT. Manulife Asset Management Indonesia, Katarina Setiawan (dok Manulife)

Reksadana saham dan reksadana dengan portofolio obligasi dinilai akan menarik tahun ini

Bareksa.com - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) sudah berdiri hampir 23 tahun di Indonesia dan merupakan salah satu perusahaan manajemen investasi terbesar di Indonesia.

MAMI adalah bagian dari Manulife Asset Management, perusahaan manajemen investasi global grup Manulife yang menawarkan beragam jasa manajemen investasi dan reksa dana di Indonesia.

Didukung oleh tim pengelola investasi yang profesional dan berpengalaman, MAMI mengelola produk reksadana pendapatan tetap (termasuk reksadana syariah sukuk), saham (termasuk reksadana saham syariah), campuran, pasar uang, dan terproteksi.

Promo Terbaru di Bareksa

Berdasarkan catatan Bareksa, dana kelolaan (asset under management/AUM) MAMI mencapai Rp19,84 triliun pada Desember 2018. Dalam catatan Bareksa pula, Manulife memilik 25 produk, dengan 4 produk reksadana campuran, 4 produk reksadana pasar uang, 7 reksadana pendapatan tetap, 9 reksadana saham, dan 1 reksadana terproteksi.

Perkembangan AUM Manulife

Illustration
Sumber : Bareksa

Salah satu reksana yang membukukan AUM terbesar, yakni mencapai Rp3,63 triliun pada Desember 2018 adalah reksadana pendapatan tetap, Manulife Dana Tetap Utama.

Perkembangan NAV Manulife Dana Tetap Utama

Illustration
Sumber : Bareksa

Pada tahun ini, MAMI lebih positif memandang kondisi makro ekonomi dan pasar modal Indonesia dan berharap kinerja reksadana yang ada di MAMI juga ikut terdongkrak.

Untuk mengetahui pandangan tersebut, simak wawancara Bareksa yang diwakili Gita Rossiana dengan Chief Economist and Investment Strategist Manulife Asset Management Indonesia, Katarina Setiawan, akhir pekan lalu berikut ini :

Bagaimana pengaruh kondisi global terhadap kondisi investasi Indonesia tahun ini?

Tiga pembahasan utama akan mewarnai perjalanan pasar finansial global di tahun 2019, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang masih positif meski cenderung mengalami moderasi, suku bunga global yang akomodatif, dan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan mitra-mitranya.

Berbeda dengan awal tahun 2018, di tahun 2019 pasar sudah memperhitungkan dampak perang dagang dan pengetatan moneter bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Harga-harga saham sudah terkoreksi di tahun ini. Sementara, pertumbuhan laba korporasi tahun 2019 yang diperkirakan masih positif.

Dari sisi suku bunga global, kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan tidak akan seagresif tahun 2018. Hal ini lantaran Amerika Serikat harus menghadapi meredanya dampak positif dari pemotongan pajak terhadap pertumbuhan ekonominya. Sementara kenaikan suku bunga agresif selama dua tahun berturut-turut akan mulai menggerus laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Karena kenaikan suku bunga The Fed yang tidak terlalu agresif, otomatis tekanan kenaikan suku bunga di negara-negara berkembang akan mereda.

Isu perang dagang antara Amerika Serikat dan mitra-mitranya masih akan mewarnai perjalanan tahun 2019. Namun pasar finansial global telah memperhitungkan dampak terburuk dari perang dagang terhadap ekspektasi pertumbuhan ekonomi dan laba korporasi.

Satu hal yang menarik, perang dagang membuat kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, berpeluang menjadi pihak yang diuntungkan, karena korporasi global yang tadinya berpusat di China bisa saja mendiversifikasikan bisnisnya ke luar China. Sektor-sektor berpotensi diantaranya adalah IT (teknologi informasi), otomotif, dan garmen.

Bagaimana dampak penyelenggaran Pemilu terhadap pasar modal?

Di tahun 2019, Indonesia punya hajatan besar, yaitu Pemilu legislatif dan Pemilu presiden yang akan berlangsung pada 17 April. Kondisi ini tentunya akan menciptakan dinamikanya sendiri. Secara historis, di tahun Pemilu pasar saham Indonesia cenderung menguat ditopang oleh ekspektasi ekonomi yang dapat berkontribusi positif bagi dunia usaha dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kebijakan populis yang biasa diluncurkan menjelang pemilu juga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi.

Potensi pertumbuhan pasar saham tahun 2019 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2018. Penyesuaian ekspektasi investor di tahun 2018 – setelah apa yang terjadi di sepanjang tahun 2018 - membawa valuasi ke level yang lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir.

Kepemilikan asing juga sudah sangat rendah, namun di lain pihak pertumbuhan laba korporasi tetap bagus. Laporan keuangan korporasi terakhir menunjukkan hasil yang cukup baik, sehingga diharapkan momentum dapat berlanjut di tahun 2019.

Secara garis besar, kondisi tahun ini akan lebih kondusif, tekanan moneter berkurang sehingga menimbulkan dampak positif terhadap pasar saham maupun obligasi. Ditambah pula kebijakan pemerintah yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi seperti bansos dan PKH (program keluarga harapan).

Di sisi lain, nilai tukar sudah mulai stabil karena mulai masuknya dana asing ke Indonesia diikuti pula denga tingkat inflasi yang positif yang sangat baik untuk kondisi ekonomi dan pasar modal Indonesia.

Bagaimana dampaknya terhadap kinerja reksadana?

Imbal hasil di reksadana tentunya akan terdorong naik, karena indeks ada kemungkinan naik sehingga bisa membantu pergerakan imbal hasil di reksadana saham. Kemudian, yield obligasi pemerintah 10 tahun juga kemungkinan akan turun sehingga menandakan minat investor untuk membeli obligasi negara sudah mulai meningkat.

Dengan positifnya kondisi kedua indikator tersebut, maka jenis reksadana saham dan reksadana yang memiliki portofolio obligasi tahun ini akan menarik. Karena itu, kami akan berusaha me-manage dengan baik portofolio produk reksadana yang ada di perusahaan kami.

Tentunya disesuaikan pula dengan profil risiko investor, apabila mereka agresif bisa memilih investasi di reksadana saham, apabila moderat bisa di saham ataupun obligasi dan apabila tidak agresif maka bisa memiliki reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap.

Namun apabila pasar fluktuatif, investor sebaiknya memang berinvestasi di reksadana pasar uang. Reksadana pasar uang merupakan pilihan yang tepat, karena memiliki tingkat risiko yang paling konservatif dibandingkan jenis reksa dana lainnya. Komposisi reksadana pasar uang terdiri dari deposito perbankan dan obligasi yang jatuh tempo di bawah 1 tahun, sehingga risiko dan fluktuasinya minimal.

Selain itu, reksa dana pasar uang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan deposito, seperti dana investasi yang terjangkau (penempatan minimal hanya Rp10 ribu) dan penarikan dana bisa dilakukan kapan saja tanpa dikenakan biaya. Dari sisi imbal hasil, reksadana pasar uang memiliki imbal hasil yang kompetitif dengan deposito perbankan.

Bagaimana perkembangan dana kelolaan (asset under management/AUM) Manulife tahun lalu dan targetnya tahun ini?

Kami mencatatkan AUM tahun lalu sekitar Rp68,1 triliun. Kontributornya bermacam-macam mulai dari reksadana saham, reksadana syariah ataupun reksadana yang ada portofolio obligasinya. Yang terbesar dari fund-fund syariah.

Untuk tahun ini, kami tidak ada target secara spesifik, kami menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Lagipula, di Manulife kami sudah menyediakan produk yang lumayan lengkap, yakni reksadana pasar uang, saham, campuran, pendapatan tetap dalam dolar ataupun rupiah.

Kami terbuka untuk peluncuran produk baru, tergantung dengan dinamika pasar. Kami monitor dengan baik permintaan yang ada di pasar.

Lalu, bagaimana dengan pengembangan teknologi yang ada di MAMI?

Untuk pemasaran digital, kami sudah menggandeng Bareksa dan beberapa digital platform lainnya. Kami akan mengoptimalkan saluran tersebut dan menyambut baik adanya perkembangan digital yang sudah berkembang seperti saat ini.

Sebelumnya, sudah ada beberapa produk MAMI yang bisa dibeli di Bareksa dengan harga mulai Rp10.000 per unit. Namun mulai 1 Maret 2019, ada beberapa produk MAMI lain yang bisa dibeli di Bareksa dengan harga mulai Rp10.000 per unit, yakni Manulife Dana Saham, Manulife Obligasi Negara Indonesia II, dan Manulife Pendapatan Bulanan II.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.202,74

Up0,42%
Up5,47%
Up9,65%
Up9,79%
Up18,62%
Up7,84%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,32

Up0,49%
Up5,00%
Up8,79%
Up9,05%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,7

Up0,45%
Up4,45%
Up9,60%
Up9,91%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.045,13

Up0,98%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua