Punya Startup Tapi Kesulitan Modal, Simak Tiga Fase Pendanaan Ini
Faktor pengelolaan finansial menjadi kunci dalam kesuksesan perusahaan
Faktor pengelolaan finansial menjadi kunci dalam kesuksesan perusahaan
Bareksa.com – Startup alias perusahaan rintisan memang sedang menjadi tren di berbagai negara termasuk Indonesia. Kisah sukses yang datang dari berbagai tokoh milenial perintisnya seperti Mark Zuckerberg, Evan Spiegel, Jan Koum, David Karp menjadi salah satu pemicunya.
Tidak berbeda, para perintis tiga startup “unicorn” di Indonesia, William Tanuwijaya (Tokopedia), Nadiem Makarim (GO-JEK), dan Ferry Unardi (Traveloka) yang sukses menyandang gelar CEO dengan valuasi perusahaan rintisannya di atas US$1 miliar. Fenomena ini lantas menjadi teladan kesuksesan yang sangat menggiurkan bagi banyak milenial yang kini beramai – ramai ingin mendirikan startup dan menjadi sukses di usia muda.
Namun, perlu dicatat bahwa membangun perusahaan rintisan bukanlah perkara mudah. Milenial sebagai generasi yang mendominasi dalam pembagian kue bisnis rintisan ini memiliki karakter yang unik.
Promo Terbaru di Bareksa
Mereka seringkali terlalu fokus dan berorientasi pada inovasi untuk membangun produk dan pasar sehingga tak jarang melupakan urusan finansial. Padahal penganggaran merupakan salah satu elemen yang penting dilakukan sejak awal startup berdiri dan pengelolaan finansial yang baik akan berdampak pada keberlanjutan bisnis startup.
Hal yang banyak dilakukan guna menyelamatkan eksistensi startup adalah dengan menarik simpati para investor atau venture capitalist. Kisah sukses para startup “unicorn” di Indonesia sangat berpengaruh untuk menghidupkan ekosistem startup Indonesia yang melibatkan peranan investor baik lokal maupun asing.
Hasil riset Google Indonesia dan AT Kearney pada 2017 menyebutkan investasi startup di Indonesia sudah mencapai Rp40 triliun dan pada Januari – Agustus 2017 tumbuh 68 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.
Amerika Serikat tercatat masih mendominasi sebagai negara dengan nilai investasi startup terbesar, yakni dengan adanya kiblat startup global, Silicon Valley yang mencetak nama perusahaan teknologi tersohor seperti Google dan Apple.
Namun, Asia menjadi wilayah yang menduduki porsi terbesar kedua dalam angka investasi startup dengan total US$225 miliar. Hal ini membawa angin segar bagi para pelaku startup di Indonesia, terlebih Indonesia merupakan wilayah dengan pertumbuhan valuasi paling tinggi.
Hasil riset Google Indonesia dan AT Kearney juga merilis hingga saat ini porsi layanan startup masih didominasi oleh 2 industri utama yaitu e-commerce mencapai 58 persen dan transportasi 38 persen. Meski begitu, jumlah aliran modal dari investor bagi startup - startup kategori lain nilainya kian meningkat.
Sebagai contoh, investasi besar di kategori lain dalam beberapa tahun ke belakang yang biasanya US$500 juta, kini sudah bisa menembus US$1 miliar untuk sekali investasi.
Pertumbuhan pengguna serta perkembangan teknologi dan internet di Indonesia merupakan salah satu alasan investor asing tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.
“Tingginya minat para venture capitalist dalam membelanjakan investasi bagi startup diprediksi akan menjadi tren dengan nilai investasi yang semakin tak terbayangkan. Lantas, banjir modal yang dihadapi oleh para startup Indonesia ini menjadi tantangan yang cukup krusial dalam strategi pengembangan sebuah perusahaan rintisan. Pasalnya faktor pengelolaan finansial menjadi kunci dalam kesuksesan perusahaan,” ujar Independent Wealth Management Advisor FX Iwan dalam keterangnnya, Selasa, 7 Agustus 2018.
FX Iwan yang juga berperan sebagai Co-Founder and Managing Partner Jagartha Avisors melanjutkan saat ini para pelaku startup dituntut untuk semakin siap dan mampu mengelola dana perusahaan sesuai dengan skala prioritas demi memastikan startup memiliki kemampuan finansial yang berkelanjutan sejak dini, tak terkecuali bagi baby startup yang masih memiliki akses permodalan terbatas.
Berikut beberapa hal yang patut diperhatikan startup dalam proses fase pendanaan menurut FX Iwan :
1. Jangan terpaku pada persentase kepemilikan
Memiliki persentase terbesar kepemilikan perusahaan tentu menjadi cita-cita sebagian besar para founder startup. Namun, sebagai perusahaan rintisan pasti memerlukan dukungan pihak luar untuk mengembangkan bisnisnya.
Kehadiran investor yang tepat dapat menjadi peluang besar bagi startup untuk memaksimalkan keberlanjutan bisnisnya, termasuk ekspansi pasar, memperkuat human resources, memperluas jaringan, dan lainnya.
Cobalah untuk tidak selalu menjadikan persentase kepemilikan perusahaan sebagai prioritas dalam mengembangkan bisnis, karena pada akhirnya, memiliki 20 persen dari perusahaan senilai US$100 juta, akan lebih baik dari 60 persen dari perusahaan senilai US$10.
2. Matangkan tolok ukur
Layaknya pada perusahaan umumnya, startup juga membutuhkan waktu untuk mengembangkan bisnis dan memiliki target pertumbuhan. Tolok ukur yang realistis akan membatu startup menjadi bernilai di mata investor. Tolok ukur yang dimiliki startup akan menjadi panduan bagi investor dalam menilai pencapaian dan kemajuan startup.
Karena itu, diperlukan pertimbangan yang matang dalam menentukan tolok ukur, sebab jika terlalu tinggi, startup akan kesulitan untuk mencapainya dan jika terlalu rendah, pencapaiannya tidak akan bernilai lebih di mata investor
3. Pahami keterlibatan investor
Ketika ingin menentukan komitmen dengan investor tertentu menjadi sebuah tantangan bagi startup. Startup dituntut untuk dapat memahami terlebih dahulu sejauh apa keterlibatan investor dalam bisnisnya kelak. Dalam investasi, terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan oleh para investor.
Ada investor yang mengadopsi filosofi investasi tranche (tranche adalah kata Prancis yang berarti bagian atau potongan). Investor tersebut menginvestasikan jumlah tertentu dan merilis dana tersebut secara bertahap karena perusahaan telah mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya.
Pendekatan ini membuat investor tersebut secara aktif terlibat dalam setiap investasi dan berdedikasi untuk membantu para founder startup mencapai tujuan mereka. Beberapa investor juga ada yang mengadopsi metode one and done. Mereka menginvestasikan semua uang di muka. Meskipun metode pertama tampak lebih menarik, namun jenis struktur dana biasanya datang dengan nilai valuasi yang lebih ramping dan parameter yang lebih ketat dalam hal pengembalian modal dan pembagian keuntungan.
Peran lembaga pengelola dana perusahaan atau biasa disebut wealth management juga dinilai dapat menjadi salah satu solusi dalam mengelola serta memaksimalkan keuangan dan permodalan bagi startup secara efisien, terutama bagi mereka para founder startup yang berasal dari latar belakang IT atau engineer yang masih asing dalam hal pengelolaan keuangan.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,63 | 1,12% | 4,80% | 7,39% | 8,39% | 19,25% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.091,65 | 0,63% | 5,10% | 6,81% | 7,27% | 2,47% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.076,51 | 0,67% | 3,96% | 6,77% | 7,65% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.840 | 0,53% | 3,90% | 6,40% | 7,41% | 16,98% | 39,30% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.261,77 | 0,76% | 3,74% | 6,14% | 7,03% | 19,72% | 35,55% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.