Tiga Saham Emiten Ini Sensitif terhadap Pelemahan Rupiah
Tiga saham emiten itu adalah INDF, MAPI, dan JPFA, bagaimana prospek kinerjanya?

Tiga saham emiten itu adalah INDF, MAPI, dan JPFA, bagaimana prospek kinerjanya?
Bareksa.com – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan berlanjut akibat tekanan global. Melemahnya rupiah akan berdampak kepada keuangan perusahaan yang bahan bakunya masih mengandalkan import dan memiliki utang dalam dolar Amerika Serikat.
Analis Bahana Sekuritas, Michael Setjoadi, menuturkan setidaknya ada tiga emiten saham yang akan terpengaruh negatif akibat pelemahan rupiah. Emiten pertama adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Perusahaan tersebut masih mengandalkan bahan baku dari anak usahanya seperti Bogasari dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Sementara kedua anak usaha Indofood tersebut masih mengandalkan impor gandum, ditambah masih memiliki utang valuta asing US$587 juta dan utang Indofood CBP US$57 juta.
Promo Terbaru di Bareksa
“Setiap pelemahan 1 persen rupiah, menggerus laba bersih Indofood CBP 1,7 persen dan 3,6 persen untuk Indofood Sukses Makmur,” terang Michael dalam risetnya, Selasa, 31 Juli 2018.
Pada awal tahun, Bahana memperkirakan laba bersih Indofood Sukses Makmur akan naik sekitar 5,5 persen atau mencapai Rp4,4 triliun. Sementara tahun lalu laba bersih perseroan tercatat Rp4,17 triliun, ditopang oleh performa Indofood CBP yang diperkirakan akan tumbuh 10,1 persen.
Emiten saham kedua yang akan terpengaruh adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Michael menjelaskan Mitra Adiperkasa akan mengalami tekanan karena sekitar 50 persen dari total barang yang dijual perseroan adalah impor dari Amerika, Eropa dan negara lainnya.
Sehingga sekitar 15-20 persen dari total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa (cost of goods sold/COGS) dalam denominasi dolar AS.
Riset Bahana Sekuritas memperlihatkan setiap 1 persen pelemahan dolar, akan menggerus laba bersih MAPI 2,8 persen. Perseroan baru akan menaikkan harga barang bila rupiah sudah menyentuh level sekitar Rp15.000 per dolar AS.
Pada awal tahun Bahana memperkirakan laba bersih MAPI akan naik lebih 100 persen atau mencapai Rp789 miliar pada akhir 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu Rp335 miliar.
Ketiga, perusahaan peternakan ayam dan pakan ternak, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) juga masih mengandalkan import untuk pakan ayam meski Japfa diuntungkan dengan perang dagang Amerika dan Cina yang membuat harga keledai turun. Berdasarkan riset Bahana sekitar 60 persen dari total COGS perseroan dalam denominasi dolar.
Japfa juga masih memiliki utang dalam bentuk surat utang dolar AS senilai US$250 juta meski sekitar 62,6 persen dari total utang tersebut telah menggunakan lindung nilai (hedging) pada kisaran Rp13.300 - 16.600.
Bahana memperkirakan setiap pelemahan 1 persen rupiah terhadap dolar AS, bakal menggerus laba bersih perseroan 6,5 persen.
Pada awal tahun Bahana Sekuritas memperkirakan laba bersih Japfa akan melonjak sekitar 87 persen atau mencapai Rp1,87 triliun pada akhir 2018, dari pencapaian tahun lalu Rp998 miliar.
Arus dana keluar akibat sentimen perang dagang antara Amerika dan Cina serta kenaikan suku bunga acuan Amerika dari pasar keuangan masih mewarnai sejumlah negara-negara berkembang termasuk Indonesia, India, Filipina dan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara, yang berdampak pada pelemahan mata uang.
Bank Indonesia (BI) sebagai pengelola moneter telah berupaya menjaga volatilitas nilai tukar dengan melakukan intervensi di pasar valas maupun surat utang negara (SUN) serta menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate 100 basis point (bps) sejak Mei 2018 ke level 5,25 persen.
Meski intervensi telah dilakukan, pada penutupan perdagangan Jumat (27/7/2018) nilai tukar rupiah masih ditutup melemah 6 persen terhadap dolar, sedikit lebih baik dibanding rupee yang terdepresiasi hingga 7,1 persen terhadap dolar AS. Demi menjaga stabilitas nilai tukar, BI siap mengambil langkah menaikkan BI 7-day Repo Rate ke depannya.
Pelemahan nilai tukar yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini, diperkirakan masih akan berlanjut akibat tekanan global, dan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang bahan bakunya masih mengandalkan import dan memiliki hutang dalam dolar.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.