BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita hari Ini : BI Jaga Stabilitas Rupiah, Laba WIKA dan ADHI Meroket

Bareksa14 Maret 2018
Tags:
Berita hari Ini : BI Jaga Stabilitas Rupiah, Laba WIKA dan ADHI Meroket
Petugas menghitung tumpukkan uang di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (17/1). Bank Indonesia menyatakan perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) sebesar US$347,3 miliar pada November 2017 tetap terkendali, hal itu tercermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto yang stabil di kisaran 34 persen. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

GIAA akan terbitkan global bond US$750 juta, WSKT akan terima pembayaran LRT Palembang, konsumsi listrik melambat

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 14 Maret 2018 :

Kurs Rupiah

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan sepanjang Februari dan Maret 2018 terjadi tekanan pada nilai tukar (kurs) rupiah karena faktor eksternal. Selama ini BI selalu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tetap mencerminkan ekonomi Indonesia di kisaran Rp13.750.

Promo Terbaru di Bareksa

Pernyataan tersebut menanggapi proyeksi lembaga rating Standard and Poor’s terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diprediksi bisa melemah hingga level Rp15.000. Faktor eksternal yang memengaruhi nilai tukar rupiah adalah rapat The Federal Open Market Comittee (FOMC).

Pertemuan tersebut memberikan kesan AS sedang dalam proses pemulihan dan ada potensi negeri Paman Sam meningkatkan suku bunganya lebih dari tiga kali tahun ini. Faktor kedua adalah Presiden AS menerbitkan aturan bea masuk baja dan alumunium. Kebijakan tersebut menjadi sentimen positif bagi dolar AS dan menekan mata uang neagara lain.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menyatakan secara year to date (YtD), nilai tukar rupiah terdepresiasi sekitar 1,5 persen dan dia memprediksi penguatan dolar tidak akan berjalan lama.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencetak laba Rp1,2 triliun sepanjang tahun lalu, atau meningkat 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp1,06 triliun. Nilai tersebut merupakan perolehan laba bersih perseroan tertinggi sepanjang sejarah. Kenaikan laba seiring pendapatan WIKA yang melonjak 67,06 persen menjadi Rp26,18 triliun.

Hingga pekan kedua Maret 2018, Wika meraih kontrak baru Rp10,45 triliun. Sektor infrasturktur berkontribusi terbesar terhadap total kontrak baru, yakni Rp7,55 triliun. Kontrak baru lainnya diperoleh dari sektor industri Rp2,05 triliun, energi dan industrial plant Rp662 miliar serta sektor properti Rp196 miliar.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) bakal menerbitkan obligasi global (global bond) senilai total US$750 juta. Perseroan membutuhkan izin pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 19 April 2018 untuk menerbitkan global bond tersebut.

Rencananya, perseroan bakal membayarkan seluruh pokok obligasi pada tanggal jatuh temponya, paling lambat 2023 atau periode lain yang disetujui para pihak. Bunga obligasi tersebut akan dibayarkan dalam jangka waktu enam bulan dan diterbitkan tanpa jaminan.

Garuda Indonesia dapat menata ulang profil utangnya melalui global bond. Penerbitan obligasi baru tersebut dapat memperbesar profil utang jangka panjang perseroan dibandingkan dengan utang jangka pendek.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membukukan lonjakan laba bersih 64,43 persen menjadi Rp515,41 miliar atau Rp144,75 per saham pada tahun lalu dibandingkan Rp313,45 miliar atau Rp88,03 per saham pada 2016. Lonjakan laba bersih itu seiring pendapatan usaha yang naik menjadi Rp15,15 triliun di 2017 dari Rp11,06 triliun di 2016.

Laba kotor ADHI di 2017 meningkat jadi Rp2,05 triliun dari tahun sebelumnya Rp1,11 triliun. Total aset perseroan pada 2017 mencapai Rp28,33 triliun atau naik dari Rp20,03 triliun di 2016.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) bakal menerima pembayaran dari proyek light rail transit (LRT) Palembang. WSKT bakal menerima sekitar Rp 6,3 triliun dari proyek yang saat ini perkembangan pengerjaan proyeknya sudah 80 persen itu. "Kami harapkan sekaligus, pada kuartal III nanti," kata Direktur Keuangan WSKT, Tunggul Rajagukguk.

Pemasukan WSKT dari proyek turnkey tahun ini tak hanya berasal dari LRT Palembang. Sebab WSKT juga akan menerima pembayaran Rp8 triliun dari proyek jalan Tol Batang-Semarang. Selain itu, WSKT juga memiliki potensi pemasukan dari proyek tol Terbanggi Besar-Kayu Agung yang juga menggunakan skema turnkey. Pembayarannya mencapai Rp 7 triliun.

Kebutuhan Listrik

Pertumbuhan kebutuhan listrik per tahun periode 2018-2027 diprediksi 6,86 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni pada 2017-2026 sebesar 8,3 persen.

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi F Roekman, mengakui pertumbuhan konsumsi listrik nasional memang mengalami perlambatan. Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan listrik nasional bahkan berada di bawah 4 persen.

Sementara pertumbuhan paling rendah terjadi pada 2015, yakni 2,1 persen. Konsumsi listrik rumah tangga berkokntribusi paling besar terhadap rendahnya pertumbuhan konsumsi listrik nasional.

Penyerapan gas industri juga diklaim berkontribusi terhadap lambatnya pertumbuhan konsumsi listrik tahun lalu. Hal itu terjadi karena pengembangan kawasan industri melambat.

Pembangunan Pembangkit Listrik

Pemerintah menargetkan jumlah total rencana pembangunan pembangkit listrik mencapai 56.024 Megawatt (MW) atau 56 gigawatt (GW) hingga 2027.

Target tersebut lebih rendah dibandingkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026 yang mencapai 77,9 giga watt (GW). Dasar penetapatan target adalah dengan proyeksi rata-rata pertumbuhan ekonomi 5,5 persen dan pertumbuhan kebutuhan listrik 6,86 persen.

Untuk bauran energi, di akhir 2025 batu bara 54,4 persen, energi baru terbarukan (EBT) 23 persen, gas 22 persen, dan bahan bakar minyak (BBM) 0,4 persen. (AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua