Pembangunan Dihentikan Pemprov Jabar, Ini Ramalan Imbas Meikarta ke Kinerja LPKR
Diklaim akan menjadi kota modern terlengkap infrastrukturnya di Asia Tenggara

Diklaim akan menjadi kota modern terlengkap infrastrukturnya di Asia Tenggara
Bareksa.com – Pembangunan mega proyek Meikarta oleh Lippo Group menuai kontroversi karena dihentikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta agar Grup Lippo menghentikan sementara pembangunan dan pemasaran proyek pembangunan kawasan Kota Baru Meikarta, di Cikarang, Bekasi. Sebab menurut Deddy pembangunan proyek Meikarta harus mendapatkan rekomendasi Pemprov.
Akibatnya, sejak Kamis pagi, 3 Agustus 2017, harga saham LPKR diperdagangkan melemah. Harga saham LPKR pagi ini dibuka di level Rp 740 per saham, namun pada pukul 09.30 WIB, saaaham LPKR melemah 2 persen menjadi Rp 725 per saham. Hingga penutupan sesi I, yakni pada pukul 11.59, saham LPKR di level Rp 730 per saham.
Manajemen Lippo Karawaci sebelumnya mengumumkan penjualan 16.800 unit apartemen Meikarta sukses terjual pada saat grand launcing pada 13 Mei 2017 lalu. Angka penjualan megaproyek senilai Rp 278 triliun itu, pada hari pertama bahkan mencapai 67 kali lipat dari target dan mencetak rekor penjualan terbanyak apartemen di Tanah Air.
Promo Terbaru di Bareksa
“Tingginya minat konsumen untuk memiliki hunian di Meikarta menjadikan kami optimistis bahwa pembangunan kota baru ini bisa terealisasi dan akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru,” kata Chief Executive Officer (CEO) Lippo Group, James T Riady, saat acara grand launching seperti dikutip dari situs resmi LPKR. (Baca juga : Pembangunan Meikarta Diminta Dihentikan, Ini Kinerja Saham LPKR dan LPCK)
Kinerja Saham LPKR Intraday 3 Agustus 2017

Sumber : bareksa.com
Diklaim Sebagai Kota Modern Terlengkap
Terletak di jantung pusat aktivitas pereknomian Indonesia di gerbang keluar tol Cibatu Kilometer 34,7, proyek Meikarta diklaim akan menjadi kota modern terlengkap infrastrukturnya di Asia Tenggara. Kawasan Meikarta dikelilingi tujuh kawasan industri seperti Lippo Cikarang, MM 2100, Jababeka dan lainnya.
Proyek Meikarta disiapkan untuk merespons dan melengkapi berbagai pembangunan proyek infrastruktur yang saat ini tengah dilakukan pemerintah. Di antaranya proyek Kereta api cepat Jakarta-Bekasi-Cikarang-Bandung, pembangunan Pelabuhan Patimban, Bandar Udara Kertajati, jalan tol Jakarta-Cikampek Elevated Highway, serta APM Monorail.
Dalam keterangan tertulisnya, Manajemen Lippo menyampaikan bahwa persiapan pembangunan Meikarta sudah dimulai sejak 2014. Pada tahap I, lahan yang akan dibangun seluas 22 juta meter persegi untuk sebanyak 250 ribu unit rumah yang mampu menampung 1 juta jiwa. Perseroan menargetkan unit-unit tersebut siap dihuni pada Desember 2018.
Harga tanah di kawasan Meikarta dihargai Rp 12,5 juta per meter persegi. Pembangunan fisik kawasan ini sudah dimulai sejak Januari 2016. Sebanyak 100 gedung dibangun dengan tinggi masing-masing 35-46 lantai. (Baca juga : Lippo Tertarik Jadi Pengembang Program Rumah Anies-Sandi, Begini Hitungannya)
Neraca Keuangan LPKR

Sumber : laporan tahunan LPKR
Dampak Proyek Meikarta ke kinerja LPKR
Berdasarkan hasil riset Mega Capital Sekuritas yang dipublikasi 27 Juli 2017, seperti dilansir di website resmi LPKR, disebutkan Meikarta adalah proyek pembangunan kota baru Lippo Group. Terletak di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, lokasi proyek ini menjadi titik pertemuan strategis antara Jakarta dan Bandung. Dengan investasi senilai Rp 278 triliun dan lahan seluas 500 hektare, Meikarta menargetkan untuk menjadi tempat tinggal bagi 15 juta orang dalam 20 tahun mendatang.
Di proyek ini, LPKR memiliki target pasar 100 ribu pemilik bisnis, 100 ribu manajer, serta 12 ribu ekspatriat yang beraktivitas di Cikarang. Tahun depan proyek ini ditargetkan sudah mulai serah terima kepada pembeli.
Menurut riset Mega Capital, pada tahun ini pendapatan LPKR diperkirakan naik 32,6 persen dari Rp 10,33 triliun di 2016 menjadi Rp 13,67 triliun. Laba bersih LPKR diperkirakan bisa melonjak 41,02 persen menjadi Rp 1,24 triliun di 2017 dibandingkan Rp 882 miliar di 2016. Kenaikan pendapatan itu diperkirakan akan ditopang oleh penjualan proyek Meikarta dan proyek-proyek lain yang tertunda pada tahun sebelumnya.
Dari sisi marketing sales, tahun ini diperkirakan tumbuh sebesar 48,1 persen menjadi Rp 5,61 triliun. Marketing sales dinilai akan tumbuh signifikan seiring dengan penjualan proyek Meikarta. Proyek ini diperkirakan memiliki prospek positif seiring meningkatnya kebutuhan properti di timur Jakarta.
Meski begitu, proyek Meikarta juga dinilai memiliki risiko investasi. Manajemen Lippo Group terlalu mencurahkan perhatian ke proyek ini. Akibatnya LPKR berfokus mengejar penyelesaian proyek Meikarta dan menunda penyelesaian atau peluncuran proyek lainnya. Jika terdapat hal yang tidak diinginkan terjadi pada proyek tersebut, maka akan sangat mempengaruhi ekspektasi kinerja perusahaan di masa mendatang.
Namun proyek Meikarta dinilai memiliki outlook positif. Dengan konsep pembangunan kota baru yang lengkap dengan fasilitas penunjang seperti rumah sakit, mal, hotel, dan lainnya maka juga akan menunjang unit bisnis LPKR lainnya. (Lihat juga : Asing Net Sell Rp 1,6 Triliun, Crossing Saham Grup Lippo Sumbang Rp 1,3 Triliun)
Kinerja Laba Rugi LPKR

Sumber : laporan tahunan LPKR
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.203,47 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,49 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,86 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.045,26 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.