Mengapa Redenominasi Pemangkasan 4 Digit Angka Nol Tidak Cocok untuk Indonesia?
Penambahan desain uang lebih banyak karena banyak pecahan uang “sen” menjadi salah satu kelemahan pemotongan 4 digit
Penambahan desain uang lebih banyak karena banyak pecahan uang “sen” menjadi salah satu kelemahan pemotongan 4 digit
Bareksa.com - Pemerintah berencana melakukan redenominasi nilai mata uang rupiah. Salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan persepsi yang lebih baik mengenai perekonomian Indonesia. Dari sejumlah negara di dunia yang telah berhasil melakukan redenominasi, ada beragam digit angka yang dipotong. Mulai dari 3, 4, 5 dan 6 angka.
Gambar : Daftar Negara yang Berhasil Melakukan Redenominasi
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Bank Indonesia
Adapun faktor-faktor yang mendukung keberhasilan 4 negara tersebut, antara lain :
1. Dukungan kuat dari seluruh pihak, yaitu pemerintah, parlemen, pelaku bisnis, dan masyarakat
2. Dilakukan pada saat perekonomian berada dalam kondisi stabil
3. Tersedianya landasan hukum
4. Public campaign dan edukasi yang intensif
Alasan Mengapa Pemotongan 3 Digit Angka Nol Lebih Baik dibanding 4 Digit
Penghilangan tiga angka 0 (nol) lebih sederhana dan lebih mudah diterapkan oleh masyarakat sehingga menjadi pilihan dalam penerapan Redenominasi di Indonesia. Faktor Pendukungnya :
1. Lebih sederhana dan sudah dihitung dalam mengkonversi ke dalam uang baru.
2. Selain itu, Kesetaraan nilai tukar rupiah dengan negara berkembang.
3. Mengakomodir konversi harga barang yang lebih kecil dari Rp 100 sehingga potensi rounding up dapat dimitigasi. Contoh: Rp 950 (lama) menjadi 95 sen; tidak menjadi Rp 1
Gambar : Perbandingan Redenominasi 3 & 4 Digit Angka Nol
Rp1 dan sen menggunakan logam
Sumber : Bank Indonesia, diolah Bareksa
Sedangkan faktor keuntungan jika redenominasi 4 digit angka nol diterapkan, ialah :
1. Rupiah menjadi setara dengan mata uang utama dunia (setara dolar Amerika Serikat dan dolar Singapura).
2. Dalam jangka panjang lebih menghemat biaya pencetakan uang karena lebih banyak menggunakan koin.
Adapun alasan yang diperkirakan akan merugikan Indonesia, jika opsi ini diterapkan ialah :
1. Tidak mengakomodir pecahan yang lebih kecil dari Rp 100 sehingga rounding up berpotensi lebih besar
2. Menimbulkan kesulitan bagi masyarakat dalam mengkonversi nilai uang rupiah saat ini ke rupiah baru.
3. Penambahan desain uang lebih banyak karena banyak pecahan uang “sen”.
4. Proporsi antara uang kertas dan uang logam tidak sejalan dengan best practice, karena proporsi logam akan naik ke 70 persen
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.314,44 | 0,08% | 3,33% | 0,02% | 5,55% | 18,27% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.769,29 | 0,54% | 3,38% | 0,02% | 6,86% | 17,32% | 43,94% |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 1.748,07 | - 0,93% | 3,17% | 0,01% | 3,84% | 18,21% | 46,65% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.036,37 | - 0,18% | 1,84% | 0,01% | 2,73% | - 2,13% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk Produk baru | 1.034,65 | 0,48% | - | 0,03% | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.