Semester II-2017, Suku Bunga Deposito Berpeluang Naik
Pertumbuhan kredit yang makin cepat menjadi potensi pendorong suku bunga simpanan
Pertumbuhan kredit yang makin cepat menjadi potensi pendorong suku bunga simpanan
Bareksa.com - Suku bunga deposito perbankan diperkirakan akan meningkat pada semester kedua mendatang. Peningkatan suku bunga tersebut akibat adanya peningkatan pertumbuhan kredit di periode tersebut.
Direktur Utama PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, saat ini kondisi likuiditas memang masih longgar. Namun, pada semester kedua mendatang, ketika pertumbuhan kredit meningkat, likuiditas berpotensi mengetat.
"Kalau likuiditas mulai ketat, suku bunga deposito harus naik lagi, karena kalau pertumbuhan kredit mengarah ke 12 persen, ya kami harus collecting likuiditas dari deposito,” jelasnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Herry Sidharta menjelaskan, pergerakan suku bunga deposito sangat tergantung perkembangan pasar. "Kalau pada rebutan, harganya juga mengikut, tapi saat ini masih agak longgar," ujarnya.
Menanggapi hal ini, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengungkapkan, potensi kenaikan suku bunga deposito memang bisa terjadi pada semester kedua mendatang. Namun, penurunannya masih dalam batas normal, yakni di kisaran rata-rata 10 basis poin (bps).
"Paling tinggi peningkatan yang dilakukan oleh bank adalah 50 bps," paparnya.
Peningkatan suku bunga deposito ini terjadi karena faktor musiman. Pasalnya, pada periode Juni-Juli mendatang, terdapat beberapa momen seperti Hari Raya Idul Fitri dan liburan anak sekolah, sehingga kebutuhan uang tunai meningkat. Dengan peningkatan kebutuhan ini, bank tentunya harus menyediakan suplai yang cukup sehingga persaingan dalam memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) di pasar cukup tinggi.
Doddy menjelaskan, peningkatan suku bunga deposito ini akan terjadi di seluruh bank, dengan peningkatan paling signifikan akan terjadi pada bank BUKU III dan BUKU IV. "Namun, adanya capping suku bunga deposito yang diatur oleh OJK bisa menahan laju peningkatan suku bunga deposito tersebut," katanya.
Sementara itu, Doddy melanjutkan, faktor pertumbuhan kredit belum menjadi penyebab likuiditas mengetat pada semester kedua mendatang. Pasalnya, dia melihat pertumbuhan kredit masih meningkat perlahan dan belum ada lonjakan yang signifikan sehingga membutuhkan likuditas lebih.
Berdasarkan data uang beredar yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), hingga Maret 2017, pergerakan suku bunga simpanan bervariasi di masing-masing tenor simpanan. Untuk simpanan dengan tenor satu bulan, suku bunganya meningkat dari 6,42 persen menjadi 6,44 persen.
Sementara itu, untuk simpanan dengan tenor tiga dan enam bulan, suku bunganya menurun masing-masing dari 6,74 persen menjadi 6,69 persen dan 7,07 persen menjadi 7,03 persen. Sedangkan untuk simpanan dengan tenor 12 bulan, suku bunganya konstan di angka 7,1 persen.
Seiring dengan suku bunga simpanan yang menurun terbatas, suku bunga kredit juga menurun terbatas. Pada Maret 2017, suku bunga kredit menurun menjadi 11,9 persen dari posisi Maret 2016 yang sebesar 11,97 persen.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menjelaskan, peningkatan suku bunga deposito erat kaitannya dengan permasalahan likuiditas yang ketat. Namun, pada semester kedua mendatang, BI melihat potensi untuk pengetatan likuiditas belum terjadi. Pasalnya, pada periode tersebut, pemerintah akan meningkatkan belanjanya sehingga meningkatkan likuiditas di pasar.
“Kalaupun ada masalah distribusi likuditas yang tidak merata, kami belum melihat ada masalah itu. Kalaupun ada hanya satu atau dua bank saja,” jelasnya.
Dody melanjutkan, kendati terbatas, potensi penurunan suku bunga kredit masih bisa terjadi. Pasalnya, saat ini, perbankan dan korporasi sedang melakukan konsolidasi dan efisiensi. Konsolidasi dan efisiensi ini diharapkan membuahkan hasilnya pada kuartal II-2017 mendatang sehingga bisa meningkatkan kemampuan korporasi untuk membayar utangnya dan perbankan juga bisa mendapatkan pembayaran utang dari debitur besar.
“Hal ini juga bisa mengakibatkan penurunan NPL sehingga akhirnya pertumbuhan kredit bisa lebih baik,” katanya.
Sementara sampai saat ini, pihaknya masih menanti transmisi pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga acuan sejak Januari 2016. “Suku bunga acuan sudah menurun 150 bps sejak Januari 2016, tapi penurunan suku bunga kredit baru turun 93 bps, karena memang perbankan sedang melakukan konsolidasi terkait penurunan kualitas kredit,” terangnya. (K09)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.