BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

99% Konsensus Memprediksi Fed Fund Rate Naik 25 Bps, Ini Alasannya!

Bareksa15 Desember 2016
Tags:
99% Konsensus Memprediksi Fed Fund Rate Naik 25 Bps, Ini Alasannya!
U.S. Federal Reserve Chair Janet Yellen holds a news conference following two-day Federal Open Market Committee meeting at the Federal Reserve in Washington - (REUTERS/Jonathan Ernst)

FOMC Akan Melakukan Rapat Terakhir di 2016 dan Berpeluang Menaikkan Suku Bunga ke Level 0,75%

Bareksa.com – Federal Open Market Committee (FOMC) yang merupakan bagian dari The Fed selaku bank sentral AS dijadwalkan akan menggelar pertemuan terakhir di tahun 2016 sekaligus memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan AS atau justru tetap mempertahankannya.

Keputusan ini akan menjadi jawaban dari ketidakpastian sepanjang tahun terkait suku bunga acuan, yang justru tidak bergerak di level 0,5 persen sepanjang Januari hingga November 2016. Oleh karena itu, menilik perkembangan data terakhir, hampir 100 persen konsensus analis yang disurvei oleh Bloomberg pun memprediksi akan ada peningkatan suku bunga acuan dalam rapat yang digelar tanggal 14 Desember 2016 waktu New York (tanggal 15 Desember 2016 waktu Jakarta).

Data Apa Saja Yang Memicu Kenaikan Fed Fund Rate (FFR)?

Promo Terbaru di Bareksa

Di Amerika Serikat, setidaknya ada tiga data yang menjadi bahan pertimbangan bank sentral AS dalam mengambil suatu keputusan yang bersifat moneter, yakni : Data Inflasi, Data Pengangguran, dan Data Non Farm Payrolls. Sehingga tak heran apabila jelang rilisnya data-data tersebut, para pelaku pasar cenderung merespon cepat data yang keluar baik itu positif atau negatif terhadap pasar.

Hingga saat ini, para pelaku pasar global cenderung optimis bahwa The Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya dalam agenda pertemuan bulanan tersebut. Membaiknya tiga data-data penting di atas dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dinilai cukup oleh para pelaku pasar sebagai dasar The Fed menaikkan tingkat suku bunga.

Tak hanya itu, adanya desakan dari Donald Trump terhadap bank sentral guna menopang laju pertumbuhan ekonomi AS ke depannya juga menjadi salah satu faktor pendorong The Fed menaikkan tingkat suku bunga menuju 0,75 persen.

Grafik: Laju Pertumbuhan Inflasi, Inflasi Inti, dan FFR Sepanjang 2016

Illustration

Sumber : Bareksa.com

Menurut data yang didapat oleh Bareksa, Amerika Serikat baru merilis data inflasi hingga bulan Oktober sepanjang tahun ini. Sepanjang 10 bulan tersebut, Amerika mampu meningkatkan laju inflasinya. Terbukti, inflasi terendah AS hanya 0,8 persen di bulan Juli. Bahkan hingga bulan Oktober, AS berhasil mencatat laju inflasi tertinggi di tahun ini sebesar 1,6 persen di tengah fluktuatifnya pergerakan harga minyak dunia. Dengan begitu, baik The Fed maupun investor global yakin bahwa Fed Fund Rate sudah wajar untuk naik dengan asumsi di setiap kenaikan laju inflasi terdapat peluang peningkatan laju pertumbuhan ekonomi AS.

Apabila data pangan dan energi dikeluarkan dari variabel inflasi, inflasi inti AS justru tetap stabil di kisaran 2,1-2,3 persen. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa naik turunnya data inflasi AS lebih disebabkan oleh bergejolaknya harga minyak dunia.

Grafik: Laju Pertumbuhan Non Farm Payrolls (ribu) & Unemployment Rate (%) Sepanjang 2016

Illustration

Sumber : Bareksa.com

Setelah data inflasi mendukung, langkah selanjutnya ialah melihat perkembangan dari Non Farm Payrolls maupun data pengangguran AS. Non Farm Payrolls merupakan indikator ekonomi utama bagi Amerika Serikat. Data ini mewakili jumlah pekerja yang dibayar di AS dikurangi pekerja dari sektor pertanian, pegawai pemerintah, pegawai swasta rumah tangga dan karyawan organisasi nirlaba. Laporan NFP selalu direspon cepat oleh pasar dan mendorong pergerakan harga saham ketika pengumuman berita dirilis di pasar.

NFP mampu berada di level 178.000 didukung oleh data pengangguran AS yang berhasil turun di area 4,6 persen pada bulan November. Angka pengangguran tersebut sukses mengalahkan ekspektasi para pelaku pasar di level 4,9 persen dan berada di level terkuat sejak Agustus 2007.

Sehingga, tidak ada lagi alasan bagi The Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga apabila berkeinginan untuk terus meningkatkan laju pertumbuhan GDP AS, mengingat data-data penting yang menunjang perekonomian AS berangsur pulih sejak krisis 2008 silam. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,56

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,42%
Up18,15%
-

Capital Fixed Income Fund

1.768,33

Up0,60%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,87%
Up17,27%
Up43,79%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.747,67

Down- 0,86%
Up3,27%
Up0,01%
Up3,89%
Up18,25%
Up46,68%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,85

Down- 0,43%
Up1,59%
Up0,01%
Up2,67%
Down- 2,39%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.034,13

Up0,54%
-
Up0,03%
---

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua