CATATAN Prof. Rhenald Kasali: Keributan Soal Definisi Ekonomi Berbagi
Sharing economy bukan kegiatan bagi-bagi seperti diributkan PR agency yang tengah ditugaskan mengawal industri tertentu.

Sharing economy bukan kegiatan bagi-bagi seperti diributkan PR agency yang tengah ditugaskan mengawal industri tertentu.
Bareksa.com - Sejak tulisan tentang sharing economy diterima masyarakat, muncul tanggapan-tanggapan, pro maupun kontra. Dengan gagasan itu, anak-anak muda Indonesia yang dibesarkan dalam digital technology mendapat energi dan cara-cara baru untuk memperbarui praktek-praktek bisnis di Tanah Air. Dampak akhirnya adalah disruption dan deflasi (harga-harga yang jauh lebih murah).
Namun seperti biasa, regulasi selalu ketinggalan zaman, dan banyak pejabat yang malas melakukan perbaikan atas peraturan yang telah mereka buat. Padahal, Presiden Joko Widodo berulang kali sudah mengatakan peraturan yang tidak konsisten dan tak relevan itulah yang harus diubah, bukan memaksakan peraturan lama yang sudah tak sesuai untuk pelaku-pelaku usaha, termasuk UMKM.
Selain itu pembaharuan ditentang pelaku-pelaku lama yang sudah menikmati dan terbukti menguntungkan.
Promo Terbaru di Bareksa
Propaganda
Belakangan ini secara sistematis muncul lima tulisan propaganda yang menyerang konsep sharing economy yang telah diterjemahkan sejumlah media sebagai "ekonomi berbagi". Dari segi terjemahan tak ada yang salah, namun ada "penerima order" yang memanfaatkan ketakmengertian masyarakat atau keterbatasan bahasa. Kini mereka menyelewengkan makna ekonomi berbagi sebagai bagi-bagi. Dan karenanya mereka menuding tak boleh ada kegiatan ekonomi. Dan seakan-akan kegiatan ekonomi selalu kapitalisme.
Saya tetap berpegangan pada landasan ilmu bahwa sharing economy adalah sebuah proses ekonomi yang dilakukan dengan pendekatan "sharing resources" sehingga pada akhirnya menciptakan economic value yang dapat dibagi pada para pihak. Sharing yang efisien dan partisipatif itulah yang akhirnya membuat harga lebih terjangkau bagi konsumen dan terjadi distribusi kesejahtehteraan yang lebih adil. Jadi jelas ini bukan kegiatan bagi-bagi. Sekali lagi ini adalah kegiatan ekonomi produktif yang sehat.
Menarik disimak, pihak agency penerima order telah menugaskan pihak-pihak tertentu untuk mengarahkan bahwa taxi online (amat spesifik, taxi online) adalah bukan kegiatan berbagi. Dengan plot tulisan yang polanya sama, jelas sekali upaya sistematis ini ditujukan untuk kepentingan propaganda dalam menggolkan sebuah kepentingan pada industri transportasi. Dan bagi saya itu bukan urusan saya. Itu urusan para pelaku usaha atau pihak yang mengaturnya.
Tugas saya adalah mendidik kaum muda untuk memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan baru agar bangsa ini tidak menjadi penonton dalam proses disruption yang masih terus berputar.
Juga jangan hanya bertikai untuk mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas sudah tidak relevan karena teknologi telah mengubah kehidupan. Juga bukan untuk meributkan definisi seperti waktu kita sekolah di tingkat dasar hanya karena keterbatasan bahasa, pengetahuan, apalagi kepentingan sempit.
Perlu dipahami bahwa proses ini tengah terjadi dalam banyak kategori industri dan jasa, baik itu pariwisata, pertanian, perhubungan, perbankan, farmasi, maupun pendidikan. Sharing economy bukan kegiatan bagi-bagi seperti yang diributkan public relations agency yang tengah ditugaskan untuk mengawal industri tertentu yang tengah terancam disruption tersebut.
Dalam hal ini, memahami bahasa ilmu menjadi amat penting dan itu tugas kami sebagai akademisi. Tapi seandainya Anda ingin punya definisi dan logika sendiri, itupun hak Anda masing-masing. Dan saya tak pernah ingin memaksakan soal definisi. Kita bisa bicara dua-tiga hal yang berbeda. Mau logika apapun yang penting manfaat apa yang mau kita hadirkan dari logika itu.
Sekedar diketahui, selain memiliki plot tulisan yang serupa, agency itu amat aktif menyebarluaskan via social media dengan langsung menyebut nama kami, dan yang diributkan hanya masalah definisi, bukan substansi.
Saya tak bermaksud menanggapinya. Ini sekedar penjelasan saja agar kita peka membaca peta perubahan.
Mari kita berdamai dengan perubahan. Kita harus membuka jalan bagi anak-anak muda untuk terus maju dan pelaku-pelaku lama berubah (bukan berpropaganda sia-sia). Kita perlu mendidik para pemimpin untuk menerima perubahan yang baik bagi masyarakat luas agar tidak menjadi bangsa yang tertindas dan selalu terlambat dalam merespons.
Semoga bermanfaat.
*Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia serta Chairman Rumah Perubahan
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.201,44 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.181,6 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,06 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.047,01 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.