BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Antam Jajaki Ekspansi Myanmar Filipina; SRTG Akuisisi 4 Entitas

01 April 2016
Tags:
MARKET FLASH: Antam Jajaki Ekspansi Myanmar Filipina; SRTG Akuisisi 4 Entitas
Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Sudirman Said (tengah) didampingi General Manager Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sultra PT Antam Tatang Hendra (kanan) saat berkunjung di Gudang Feronikel Ekspor PT Aneka Tambang, Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara. ANTARA FOTO/Sahrul manda Tikupadang

CSAP bidik penjualan Rp8,5 triliun; Lippo akan lepas aset untuk DIRE

Bareksa.com - Berikut ini sejumlah berita terkait pasar dan aksi korporasi yang diambil dari sejumlah surat kabar nasional dan keterbukaan informasi.

Lippo Group

Lippo Group berencana menghimpun pendanaan lewat instrumen dana investasi real estate (DIRE) dengan melepas sejumlah aset perkantoran dan pergudangan logistik melalui skema kontrak investasi kolektif (KIK). Grup yang dikendalikan James Riady itu tidak akan melepas aset-aset pusat perbelanjaan dan rumah sakit karena sudah lebih dahulu dilepas ke dua perusahaan manajemen aset di Singapura, yakni First Reit dan LMIR Trust.

Promo Terbaru di Bareksa

Sejak 2006 Lippo Group telah merintis penerbitan DIRE di Singapura. Hingga Desember 2015, valuasi aset yang dikelola First Reit dan LMIR Trust masing-masing mencapai Sin$1,8 miliar dan Sin$1,2 miliar. First Reit memiliki 17 aset rumah sakit yang tersebar di Indonesia, Singapura dan Korea Selatan, sedangkan LMIR Trust memiliki portofolio pusat perbelanjaan dengan luas sewa bersih 816.798 meter persegi.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam

Antam menjajaki ekspansi tambang emas di Myanmar dan tambang nikel di Filipina tahun ini. Perusahaan tambang mineral milik negara ini akan bekerja sama dengan sejumlah pemegang izin usaha pertambangan, menjadi kontraktor, atau menjadi trader di Myanmar.

Langkah tersebut merupakan salah satu upaya perseroan dalam mencari pasar baru di luar negeri di tengah harga komoditas yang melemah. Salah satu pasar utama yang dituju adalah Tiongkok. Maka, eksplorasi emas maupun nikel di Myanmar dan Filipuna menjadi pertimbangan strategi alternatif.

PT Catur Sentosa Adiparana Tbk (CSAP)

CSAP membidik target penjualan konsolidasi Rp8,5 triliun pada tahun ini, naik 18 persen dari realisasi tahun lalu Rp7,3 triliun. Pertumbuhan penjualan diharapkan seiring dengan laba bersih yang ditargetkan naik 2,5 kali lipat menjadi Rp105 miliar.

Perseroan optimis karena kondisi ekonomi semakin baik sehingga peluang di pasar ritel modern untuk consumer goods masih besar. CSAP memiliki dua lini usaha, yaitu distribusi yang tahun lalu berkontribusi 70 persen pada pendapatan dan lini modern retail yang menyumbangkan 30 persen sisanya.

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)

Pada 2015, SRTG mencatat laba bersih naik 48 persen menjadi Rp923 miliar, seiring dengan realisasi valuasi investasi sebesar Rp1,1 triliun dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Sumber pendapatan 2015 SRTG didapat dari dividen senilai Rp191 miliar dari empat perusahan investasi, yaitu PT Adaro ENergy TBk (ADRO), PT MItra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Tri Wahana Universal (TWU), dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA).

SRTG mengakuisisi tiga perusahaan tahun lalu, yaitu PT Agra Energi Indonesia, PT Batu Hitam Perkasa dan Heyokha Investment. Pada awal 2016, perseroan membeli saham PT Mulia Bosco Logistik (MGM Bosco). Agra Energi adalah perusahaan yang melakukan tahap awal eksplorasi minyak dan gas di laut dalam. Batu Hitam adalah pemilik Paito Energy, salah satu pembangkit listrik mandiri terbesar Indonesia. Heyokha adalah perusahaan investasi.

PT Chandra Astri Petrochemical Tbk (TPIA)

TPIA menggaet perusahaan Tiongkok untuk membangun pabrik olefin di Kalimantan selatan yang mengolah hasil gasifikasi batu bara menjadi produk olefin. Meski nilainya belum bisa disebut, pembangunan industri gasifikasi batu bara ke methanol butuh investasi sekitar US$600-700 juta dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.

Proses studi kelayakan sudah selesai. Pembangunan pabrik ini diharapkan dapat memperdalam industri petrokimia nasional dengan memasok nafta di Indonesia. Selama ini, industri petrokimia mengimpor 1,5 juta ton nafta untuk memproduksi olefin.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.201,44

Up0,38%
Up5,46%
Up9,53%
Up9,74%
Up18,73%
Up8,35%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.181,6

Up0,46%
Up4,99%
Up8,73%
Up9,06%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,06

Up0,42%
Up4,48%
Up9,54%
Up9,93%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.047,01

Up1,51%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua