MARKET FLASH: CTRA Cari Pinjaman & Obligasi; SMGR Pangkas Capex
SGRO optimis produksi tumbuh 10%; BCIC dapat suntikan Rp400 miliar dari induk

SGRO optimis produksi tumbuh 10%; BCIC dapat suntikan Rp400 miliar dari induk
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
Setelah memastikan batal melakukan penawaran saham perdana atas anak usahanya PT Ciputra Residence, CTRA tengah menjajaki peluang pencarian dana dari pihak ketiga sekitar Rp500 miliar. Direktur dan Corporate Secretary CTRA Tulus Santoso mengatakan dana itu dibutuhkan untuk menambah dan memperkuat modal kerja perusahaan. Hingga kini perseroan belum memutuskan apakah akan mencari dana dari pinjaman perbankan atau melalui obligasi.
Promo Terbaru di Bareksa
Meskipun obligasi dalam mata uang asing dinilai cukup menggiurkan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, terdapat biaya besar yang mesti dikeluarkan perseroan untuk melakukan lindung nilai. Oleh karena itu, CTRA memilih untuk mencari dana dari dalam negeri. Terkait dengan pembatalan rencana initial public offering (IPO) Ciputra Residenca, dia mengatakan hal itu karena kondisi pasar saham yang tengah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Dia khawatir ekuitas yang ditawarkan tidak bisa diserap secara maksimal.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
Bisnis semen yang sedang lesu memaksa SMGR memangkas target belanja modal alias capital expenditure (capex) menjadi Rp 5,5 triliun. Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR, mengatakan, sejatinya perseroan menganggarkan belanja modal Rp 7 triliun tahun ini. Artinya, capex SMGR turun 21,4 persen dari target awal dan sebagian capex akan dialihkan ke tahun depan.
Meski belanja modal dipangkas, sejumlah proyek strategis yang sifatnya penambahan kapasitas pabrik akan berjalan sesuai rencana. Proyek yang ditunda hanyalah beberapa ekspansi internal seperti peningkatan kualitas mesin. Proyek yang masih berjalan sesuai target, yakni pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah dan Indrarung, Sumatera Barat. Kapasitas pabrik masing-masing 3 juta ton per tahun. Sebagai informasi, pembangunan pabrik Indrarung membutuhkan investasi US$ 352 juta, sedangkan pabrik Rembang US$ 403 juta. Saat ini pembangunannya sudah 62 persen.
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)
SGRO meyakini masih dapat mempertahankan target produksi minyak sawit mentah dengan pertumbuhan sekitar 10 persen pada tahun ini dari kinerja tahun lalu. Tahun ini perseroan telah menambah jumlah area tanaman seluas 5.000 hektare. Selain itu, berbagai upaya juga terus dilakukan untuk menjaga pertumbuhan produktivitas tanaman, kata Kepala Hubungan Investor SGRO Michael Kusuma.
Dia menuturkan jumlah tanaman menghasilkan pada 2015 diperkirakan mencapai 65.000 hektare. Hingga Juni, SGRO mencatatkan pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dengan persentase sekitar 11 persen sampai 12 persen. Dalam paruh pertama tahun ini, tingkat produksi TBS dari perkebunan inti mencapai 430.118 ton, sedangkan tingkat produksi CPO mencapai 157.021 ton.
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)
KIJA mengincar pendapatan pra penjualan (marketing sales) sekitar Rp300 miliar melalui peluncuran tahap pertama proyek River View Residences. River View Residences merupakan proyek hunian sederhana yang menyasar kelas masyarakat menengah ke bawah, dengan pengembangan area seluas 2,5 hektare di Jababeka, Bekasi.
Di atas lahan seluas itu, perseroan bakal membangun empat tower apartemen sederhana milik (anami) dengan total unit mencapai sekitar 3.600 unit. Vice President Jababeka Suteja S.Darmono mengatakan pada awal pekan ini perseroan akan meluncurkan kawasan komersial terlebih dahulu, sebelum meluncurkan anami pada medio Oktober-November 2015.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
Pabrik garam farmasi tahap I yang dibangun KAEF di Watudakon, Jombang, Jawa Timur, siap beroperasi bulan depan setelah berhasil melewati uji coba produksi pada pekan lalu. Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman mengatakan percobaan menunjukkan pabrik dengan nilai investasi Rp30 miliar itu bisa beroperasi dengan baik. Dia meyakini Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan segera mengeluarkan izin produksi. Menurut dia, pabrik itu mampu berkontribusi Rp50 miliar—Rp60 miliar terhadap penjualan bersih perseroan jika kapasitas terpakai mencapai 100 persen. Pada semester I-2015, Kimia Farma membukukan pendapatan Rp2,1 triliun, naik 10,5 persen dari perolehan pada periode sama 2014.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
BBTN menggunakan langkah alternatif untuk memperkuat permodalan setelah rencana rights issue dibatalkan. Sebelumnya, BTN menyiapkan rencana penambahan modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu sekitar Rp9 triliun pada 2016. Aksi rights issue ini bertujuan untuk mendukung perseroan dalam melaksanakan program pembangunan 1 juta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah.
Direktur Treasury & Asset Management BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan rencana ini batal setelah pemerintah melihat masih banyak hal yang harus diprioritaskan terlebih dahulu ketimbang menyuntikkan modal untuk emiten ini. Salah satunya, Iman menuturkan, perseroan tertolong dengan adanya relaksasi yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait perubahan penghitungan aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
PT Bank J Trust Indonesia Tbk (BCIC)
BCIC akan segera menerima suntikan modal segar senilai Rp400 miliar pada tahun ini untuk mendanai ekspansi kredit perusahaan. Direktur Utama BCIC Ahmad Fajar menuturkan modal dari perusahaan induk tersebut akan masuk usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar 29 September 2015. Dengan penambahan modal itu, posisi capital adequacy ratio (CAR) perusahaan akan naik ke posisi di atas 20 persen pada akhir tahun ini. Kenaikan CAR terutama untuk ekspansi kredit yang menyasar UKM.
Selain menambah permodalan, tahun ini bank yang dimiliki J Trust Co Ltd asal Jepang tersebut juga akan menerbitkan subdebt, meski jumlahnya belum dapat disebutkan. Bank yang dulunya bernama Bank Mutiara ini membidik kenaikan kredit sebesar 20 - 24 persen. Untuk tahun ini, perusahaan menargetkan mampu menyalurkan kredit berkisar Rp2 - 3 triliun.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
| Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.203,47 | ||||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.182,49 | - | - | ||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A | 1.152,86 | - | - | ||||
Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A | 1.045,26 | - | - | - | - | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.