BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Pertamina & WIKA Patungan Bangun Bisnis Aspal Hibrida US$100 Juta

10 September 2015
Tags:
MARKET FLASH: Pertamina & WIKA Patungan Bangun Bisnis Aspal Hibrida US$100 Juta
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kiri) dan Menteri BUMN Rini M Soemarrno (tengah) saling bertumpu tangan dengan (dari ki-ka) Direktur Utama Wijaya Karya (WIKA) Bintang Perbowo, Direktur Pengelolaan Pertamina Rachmad Hardadi dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto saat penandatanganan MoU Pertamina dan WIKA di Jakarta. ANTARA FOTO/Teresia M

Tiga emiten BUMN akan terbitkan obligasi; WSKT anggarkan Rp10 triliun bangun jalan tol tahun depan

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA)

Di tengah kelesuan ekonomi, GWSA memangkas target marketing sales tahun ini. Penurunan target yang ditetapkan emiten ini cukup besar, mencapai 90 persen, dari semula Rp 2 triliun menjadi hanya Rp 200 miliar. Pemangkasan ini dilakukan setelah mempertimbangkan realisasi pra-penjualan atau marketing sales pada enam bulan pertama. Realisasi tersebut jauh dari target, yakni hanya Rp 155 miliar. Linda Halim, Sekretaris Perusahaan GWSA, mengatakan, perlambatan ekonomi menjadi pemicu melemahnya penjualan. Selama ini, GWSA mengandalkan penjualan gedung perkantoran. Oleh karena itu, GWSA memilih lebih realistis dalam menetapkan target tahun ini.

Promo Terbaru di Bareksa

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID)

DOID lebih optimistis menghadapi bisnis tahun depan. Pasalnya, beberapa kontrak baru yang didapat tahun ini diprediksi bisa menopang kinerja 2016. Errinto Pardede, Sekretaris Perusahaan DOID, memprediksi, pendapatan dari jasa tambang produksi, pengupasan lapisan tanah (overburden removal) bisa tumbuh sekitar 5 - 7 persen pada 2016. Tahun ini, DOID menargetkan produksi overburden removal sebesar 270 juta bank cubic meter (bcm). Dengan begitu, pada tahun depan, produksinya bisa menjadi 285,3 juta–288,9 juta bcm. Sementara, produksi batu bara tahun depan diprediksi bisa mencapai 39,6 juta ton, naik 20 persen dari target tahun ini. Kenaikan produksi ini diprediksikan berasal dari pengoperasian kontrak baru dengan PT Sungai Danau Jaya (SDJ) milik Geo Energy Resources Ltd. DOID mengharapkan kontrak yang sudah ada tidak berkurang dan beberapa mulai berjalan pada akhir tahun ini.

PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY)

MSKY akan melunasi utang valuta asing (valas) yang jatuh tempo pada tahun ini. Direktur Keuangan MSKY Erwin Richard Andersen melaporkan, hingga Agustus tahun ini, total utang valas MSKY mencapai US$ 309,9 juta. Utang ini terdiri atas pinjaman dalam negeri senilai US$ 5,8 juta dan pinjaman luar negeri US$ 304 juta. Cicilan utang valas dibayarkan secara bulanan. Khusus Agustus, MSKY akan membayar US$ 4,9 juta. Jika ditotal, pinjaman valas MSKY yang jatuh tempo sampai akhir tahun ini mencapai US$ 30,05 juta. Pinjaman tersebut terdiri dari utang lain-lain dalam negeri Rp 4,98 juta dan pinjaman luar negeri US$ 25,06 juta.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

PT Pertamina berkongsi dengan WIKA melalui PT Wijaya Karya Bitumen mengembangkan bisnis aspal hibrida. Kedua perusahaan pelat merah itu akan membuat perusahaan patungan untuk ekspansi pabrik pengolahan aspal di Lawele Buton, Sulawesi Tenggara pada 2016. Nilai investasi sekitar US$100 juta. Aspal hibrida merupakan campuran antara aspal fraksi bumi milik Pertamina dengan aspal alam milik Wijaya Karya. Porsi saham kedua perusahaan pelat merah di patungan itu masih dikaji, tetapi Pertamina dipastikan menjadi mayoritas.

Saat ini Pertamina memproduksi 600.000 ton aspal per tahun. Perinciannya, 300.000 ton di kilang Cilacap dan 300.000 ton dari impor. Sementara Wijaya Karya memproduksi 300.000 ton aspal per tahun dengan mengandalkan produksi dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Sebagai gambaran, saat ini kebutuhan aspal nasional adalah 1,2 juta ton per tahun.

Obligasi BUMN

Tiga perusahaan milik negara berencana menerbitkan obligasi dengan nilai keseluruhan Rp4,5 - 5 triliun pada empat bulan terakhir tahun ini untuk keperluan refinancing. Rencana penerbitan obligasi tersebut ditangani oleh penjamin emisi PT Mandiri Sekuritas. Presiden Direktur Mandiri Sekuritas Abiprayadi Riyanto mengatakan BUMN yang berencana menerbitkan obligasi tersebut telah berstatus sebagai perusahaan terbuka.

Namun, Abiprayadi belum bersedia merinci identitas BUMN yang berencana menerbitkan surat utang tersebut. Dia juga masih merahasiakan sektor BUMN tersebut. Menurutnya, termasuk BUMN, terdapat sekitar 10 perusahaan yang berencana menerbitkan obligasi. Nilai obligasinya ada yang di bawah Rp1 triliun dan di atas Rp1 triliun. Totalnya sekitar Rp10 - 11 triliun.

PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

WSKT menghitung terdapat kebutuhan dana hingga Rp10 triliun untuk pengerjaan 12 proyek jalan tol sepanjang 500 km pada tahun depan yang akan dipenuhi dari berbagai sumber dana. Direktur Utama Waskita Muhammad Choliq mengatakan perseroan bersiap untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) anak usahanya, yakni PT Waskita Beton Precast pada tahun depan dengan perolehan dana ditargetkan mencapai Rp4 triliun. Selain itu, dalam waktu dekat ini emiten konstruksi dengan kode saham WSKT itu bakal menerbitkan surat utang senilai Rp1,5 triliun. Adapun dana hasil penerbitan saham baru atau right issue yang telah dikantongi senilai Rp5,3 triliun juga akan digunakan untuk mendanai kebutuhan proyek 2016.

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

Dalam delapan bulan pertama tahun ini, PWON telah mencatatkan pendapatan pra-penjualan (marketing sales) sebesar Rp2,33 triliun. Jumlah tersebut sekitar 66,9 persen dari target yang dipatok perseroan pada tahun ini Rp3,48 triliun. Marketing sales disumbangkan dari penjualan hunian tapak dengan persentase 58 persen, dan penjualan high rise sebesar 48 persen, kata Direktur Keuangan Pakuwon Jati Minarto Basuki.

Terkait dengan kebutuhan dana, Minarto mengatakan sementara ini perseroan tidak ada rencana mencari pinjaman baru. Saat ini, emiten berkode saham PWON itu masih memiliki fasilitas pinjaman yang belum digunakan. Sampai dengan pertengahan tahun ini, PWON baru memanfaatkan dana sebesar Rp347 miliar, dari total fasilitas kredit sindikasi senilai Rp1,25 triliun. Artinya, masih terdapat dana pinjaman sebesar Rp903 miliar yang belum digunakan.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.201,44

Up0,38%
Up5,46%
Up9,53%
Up9,74%
Up18,73%
Up8,35%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.181,6

Up0,46%
Up4,99%
Up8,73%
Up9,06%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.152,06

Up0,42%
Up4,48%
Up9,54%
Up9,93%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.047,01

Up1,51%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua