5 Tips Investasi Reksadana Saham Anti Baper
Reksadana saham bisa naik-turun (berfluktuasi) dalam waktu cepat
Reksadana saham bisa naik-turun (berfluktuasi) dalam waktu cepat
Bareksa.com - Semua investor pasti mengharapkan keuntungan ketika memutuskan untuk investasi atau membeli reksadana. Namun, terkadang ada sebagian investor yang tidak bisa menerima bahwa investasi juga ada risikonya dan jadi terbawa emosi (baper) ketika mengalami risiko kerugian.
Jenis reksadana yang memiliki risiko paling besar adalah reksadana saham. Sebab, reksadana jenis ini mayoritas asetnya adalah saham, yang bisa naik-turun (berfluktuasi) dalam waktu cepat.
Bagi investor yang baru kenal reksadana, fluktuasi ini bisa mengejutkan. Kalau untung, bisa naik tinggi tapi kalau turun bisa bikin jantungan. Bagaimana menghadapinya? Berikut tips investasi reksadana saham anti baper.
Promo Terbaru di Bareksa
1. Sesuaikan Profil Risiko
Sebelum memutuskan beli reksadana saham, pastikan kamu siap menerima risikonya. Kalau ketika kamu beli reksadana tetapi malah jadi tidak bisa tidur karena khawatir nilainya turun, sebaiknya jangan diteruskan. Pindahkan saja ke aset yang risikonya rendah, misal reksadana pendapatan tetap atau reksadana pasar uang.
2. Tentukan Tujuan/Target
Tujuan adalah hal penting sebagai motivasi kita untuk berinvestasi. Ibarat mau naik bus, kita sudah tahu kota atau daerah mana yang ingin dituju. Bila kita sudah mencapai target nilai investasi, tidak ada salahnya kita ambil untung (profit taking).
Khusus untuk reksadana saham, atau investasi saham langsung, kita sebaiknya tahu juga kondisi pasar dan potensinya ke depan. Misal, pasar saham yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 50 persen sejak kita mulai investasi. Boleh saja kita mencairkan sebagian investasi atau keuntungan kita.
3. Jangka Panjang
Buat investor yang masih muda, dan punya tujuan jangka panjang, tidak ada salahnya memiliki reksadana saham sebagai investasi yang punya potensi tinggi.
Investment Specialist Bahana TCW Invesment Management, Theodorus Nico Hadijan menjelaskan bahwa dalam lima tahun berinvestasi, biasanya investor tidak akan rugi, setidaknya nilai modalnya akan kembali (break even point/BEP). "Kalau menurut pengalaman kami, di reksadana saham tidak ada yang tidak BEP dalam 5 tahun," ujarnya dalam diskusi bersama Bareksa secara virtual di Instagram Live.
Menurutnya, potensi dari reksadana saham terlihat dari kondisi ekonomi negara. Indonesia yang termasuk dalam negara berkembang (emerging market), memiliki potensi tinggi untuk naik sehingga pasar sahamnya juga menarik dalam jangka panjang.
4. Cost Averaging
Bila kita menghadapi penurunan nilai investasi, kita bisa menggunakan strategi dollar cost averaging (DCA) atau yang biasa disebut sebagai investasi bertahap, atau rutin. Strategi DCA juga cocok untuk investor yang memiliki modal sedikit tetapi rutin berinvestasi.
Bahkan, menurut riset Syailendra Capital 8 Desember 2020, strategi DCA bisa mengalahkan strategi timing the market (membeli saat murah dan jual saat naik). DCA mengandalkan pengoptimalan biaya (cost) rata-rata investasi dalam jangka panjang, berbeda dengan strategi timing the market yang mengutamakan keahlian investor menentukan bottom (titik terbawah) pergerakan pasar dan masuk dalam jumlah besar.
5. Jangan Sering Cek Portofolio
Sudah tahu reksadana saham sangat berfluktuasi dalam jangka pendek, masih juga kita penasaran untuk membuka portofolio kita setiap hari. Kalau kita sudah menentukan untuk tujuan jangka panjang, tidak perlu terlalu sering memantau portofolio karena malah bikin kita makin deg-degan.
Kalau cuma minus 5 persen dalam sebulan, apa artinya? Kan kita berinvestasi untuk lima tahun, jadi masih ada waktu 4 tahun 11 bulan lagi untuk kita mencapai tujuan keuangan kita.
Kita boleh saja melihat dan mempertimbangkan kembali portofolio dalam waktu tertentu, misalnya setahun sekali. Jadi kalau dalam setahun belum sesuai dengan ekspektasi kita, kita bisa mengambil langkah selanjutnya, apakah menambah atau mengalihkan ke produk yang lain.
Intinya, bersabarlah.
Itulah tips investasi reksadana saham yang aman dan nyaman sehingga kita terbebas dari baper. Ayo mulai berinvestasi sekarang agar bisa segera mencapai apapun tujuan keuangan kita.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,26 | 0,20% | 3,96% | 7,67% | 8,44% | 19,37% | 38,66% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,82 | 0,18% | 4,06% | 7,12% | 7,59% | 2,92% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.083,48 | 0,57% | 4,00% | 7,46% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.850,96 | 0,53% | 3,87% | 7,03% | 7,37% | 17,64% | 41,40% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.282,71 | 0,82% | 4,05% | 7,12% | 7,43% | 20,40% | 35,77% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.