Bareksa Insight : Inflasi AS Melandai, Cuan Reksadana Ini Berpotensi Meroket

Abdul Malik • 11 Aug 2022

an image
Ilustrasi melandainya angka inflasi Amerika Serikat (AS) mendorong kinerja bursa saham Wall Street dan berpotensi mendongkrak IHSG dan reksadana berbasis saham. (Shutterstock)

IHSG berpotensi menguat mengikuti pergerakan Bursa Saham Amerika Serikat Rabu sore waktu setempat yang ditutup positif

Bareksa.com - Setelah sebulan terakhir naik cukup signifikan, investor melakukan aksi ambil untung bertahap di pasar saham Rabu kemarin (10/8/2022). Hal itu mengakibatkan penurunan terbatas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan sejumlah reksadana berbasis saham. IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,23% di level 7.086. 

Namun Tim Analis Bareksa memprediksi IHSG hari ini berpotensi menguat mengikuti pergerakan Bursa Saham Amerika Serikat pada Rabu sore waktu setempat yang ditutup positif. Penguatan pasar saham AS karena merespons rilis data inflasi bulan Juli 2022 yang tercatat lebih rendah dari perkiraan, yakni naik 8,5% secara tahunan. 

Kondisi itu mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan AS berikutnya, bisa lebih rendah dibandingkan kenaikan sebelumnya.

Baca juga : Bareksa Insight : IHSG Melonjak Kembali ke 7.100, Cuan Reksadana Ini Meroket

Senada dengan pasar saham, pasar obligasi nasional kemarin juga melemah tipis dengan imbal hasil (yield) acuan Oblogasi Pemerintah di level 7,07%, sehingga mengakibatkan penurunan terbatas kinerja mayoritas reksadana pendapatan tetap

Namun Tim Analis Bareksa menilai, melihat rilis data inflasi AS tersebut, maka pasar obligasi hari ini juga berpotensi kembali menguat. Sebab yield acuan Obligasi Pemerintah AS masih stabil di kisaran 2,7%. Investor dalam negeri juga menanti rilis suku bunga acuan Bank Indonesia bulan ini, apakah akan mulai menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate atau tidak, setelah sebelumnya tetap ditahan di 3,5%.

Lihat juga : Bareksa Insight : Tesla Teken Kontrak di Indonesia, Cuan Reksadana Ini Bisa Meroket

Untuk diketahui, Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) secara agresif 0,75% jadi 2,25 - 2,5% pada Juli 2022. Kenaikan ini setelah sebelumnya pada Maret 2022 naik  0,25%, Mei naik 0,5% dan Juni naik 0,75%. Kenaikan ini merupakan yang paling agresif sejak 1994. Langkah itu sebagai strategi The Fed memerangi lonjakan inflasi di negaranya. 

Apa yang bisa dilakukan investor?

Di tengah potensi penguatan pasar saham dan obligasi seiring melandainya inflasi AS, Tim Analis Bareksa menyarankan investor menggunakan dua strategi ini, agar investasinya di reksadana bisa mendulang cuan maksimal : 

1. Investor masih bisa mencermati reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar (big caps) yang diborong investor asing sebulan terakhir dalam jumlah cukup besar. Namun mengingat fluktuasi IHSG saat ini masih cukup tinggi, investor dapat wait and see (menanti) terlebih dulu. 

2. Selain itu, fluktuasi pasar Surat Berharga Negara (SBN) cukup tinggi menanti rilis suku bunga acuan BI berikutnya, maka investor bisa mempertimbangkan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi. 

Simak juga : Bareksa Insight Weekly: Investasi Saat Inflasi Tinggi, Reksadana Indeks Ini Cuan 27 Persen Setahun

Beberapa produk reksadana saham, reksadana indeks dan reksadana pendapatan tetap yang bisa dipertimbangkan investor dengan profil risiko agresif dan moderat ialah sebagai berikut : 

Imbal Hasil 1 Tahun (per 10 Agustus 2022)

Reksadana Indeks

Avrist IDX30 : 23,23%
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 24,36%

Reksadana Saham

Bahana Dana Prima : 23,96%
Batavia Dana Saham Syariah : 20,40%

Imbal Hasil 3 Tahun (per 10 Agustus 2022)

Reksadana Pendapatan Tetap

Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 30,76%
TRIM Dana Tetap 2 : 18,09%

Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Optimistis RI Jauh dari Resesi, Investor Bisa Pakai Strategi Investasi Ini

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Baca juga : Bareksa Insight : IMF Nilai Indonesia Aman dari Resesi, Potensi Cuan Reksadana Ini

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.