Bareksa Insight : Pasar di September akan Kelabu atau Ceria? Ini Strategi Cuan Investasi Reksadana
Secara historis dalam 10 tahun terakhir pada 2014-2023, peluang IHSG positif pada bulan September hanya 30%
Secara historis dalam 10 tahun terakhir pada 2014-2023, peluang IHSG positif pada bulan September hanya 30%
Bareksa.com - Memasuki bulan September 2024, apakah pasar akan ceria atau kelabu? Sebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode Juli-Agustus sudah naik tinggi sekitar 8,4% dalam 2 bulan, bahkan sudah berhasil menembus 7.700 secara intraday. Rinciannya IHSG tercatat naik 2,72% pada Juli 2024 dan melesat 5,72% pada Agustus.
Hal ini seiring data historis dalam 10 tahun terakhir, di mana winning rate IHSG positif di bulan Juli dan Agustus mencapai 80-90%. Positifnya kinerja IHSG dalam 2 bulan terakhir didorong menguatnya prospek pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) mulai September.
Meski begitu, menurut Tim Analis Bareksa, secara historis dalam 10 tahun terakhir periode 2014-2023, peluang IHSG mencatat kinerja positif pada bulan September hanya 30%. Artinya kinerja IHSG negatif sebanyak 7 kali pada bulan September dalam 10 tahun. Karena itu, pasar saham berpeluang mengalami aksi ambil untung (profit taking) pada September 2024 ini, setelah naik cukup besar pada Juli dan Agustus.
Promo Terbaru di Bareksa
Tim Analis Bareksa juga mencatat kenaikan IHSG dalam beberapa bulan terakhir dinilai semu. Sebab lonjakan indeks saham kebanggaan Tanah Air itu lebih banyak didorong oleh kenaikan beberapa saham grup konglomerasi yang sudah naik terlalu tinggi. Sehingga tanpa memperhitungkan saham-saham tersebut, sejatinya valuasi IHSG dinilai masih murah.
Saham-saham berkapitalisasi besar juga saat ini belum banyak diperdagangkan dari nilai wajarnya seperti sektor keuangan yang berada di bawah rata-rata 5 tahun terakhirnya dan cenderung mendekati -1 standar deviasi. Rilis data inflasi RI yang mencatat deflasi hingga 4 bulan beruntun sampai Agustus 2024 menimbulkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi di kuartal III tidak akan sebagus yang diharapkan.
Hal ini bisa membuat pasar saham bergejolak untuk mencermati apa yang akan dilakukan pemerintah ke depan. Sebab, ada wacana dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membatasi secara ketat distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi beberapa tipe dan merek mobil dengan minimum kapasitas mesin 1.500 cc.
Selain itu masih sedikitnya stimulus yang diberikan kepada masyarakat kelas menengah, hingga menengah atas akan membuat daya beli masyarakat akan terhambat mengingat transisi pemerintahan baru akan terjadi mulai 20 Oktober 2024 mendatang. Tim Analis Bareksa menilai mungkin saat ini masih banyak perusahaan yang wait and see untuk ekspansi, karena menanti kepastian jajaran kabinet di pemerintahan baru mendatang.
Mempertimbangkan pasar yang rawan aksi profit taking pada bulan September, masih murahnya valuasi IHSG, serta beberapa sentimen dari dalam negeri, Tim Analis Bareksa merekomendasikan investor bisa memperhatikan reksadana saham berbasis indeks untuk memanfaatkan momentum potensi penurunan.
Investor bisa menerapkan strategi investasi beli saat melemah (buy on weakness) secara bertahap. Sebab hingga akhir 2024, Tim Analis Bareksa menargetkan IHSG bisa menembus level 8.000 dari level saat ini 7.700-an (per 2/9). Target IHSG itu direvisi naik dari prediksi Tim Analis Bareksa sebelumnya yang disampaikan di awal 2024 yakni di kisaran 7.700-an. Revisi naik target IHSG itu dengan catatan sektor keuangan Tanah Air akan semakin membaik dengan kinerja cukup solid pada kuartal III dan IV 2024 ini.
Seiring cerahnya hilal IHSG jelang akhir 2024, maka prospek cuan investasi di reksadana indeks pun ikut menyala. Sebab reksadana ini mayoritas diisi saham sektor keuangan dan infrastruktur yang dinilai oleh Tim Analis Bareksa punya prospek postif ke depan. Saham sektor keuangan juga berpeluang besar untuk naik ke harga wajarnya, setelah pada bulan April-Mei lalu banyak dijual oleh investor asing dan domestik.
Berikut beberapa reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan investor dan tersedia di super app investasi Bareksa:
Reksadana | Imbal Hasil 3 Bulan Terakhir |
STAR Infobank15 Kelas Utama | 16,36% |
Insight Sri-Kehati Likuid | 12,41% |
Sucorinvest IDX30 | 12% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 30/8/2024
Beli Insight Sri-Kehati di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.365,39 | 0,78% | 3,86% | 6,20% | 7,90% | 18,56% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.830,22 | 1,10% | 3,97% | 5,83% | 7,51% | 17,35% | 41,91% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.069,4 | 0,78% | 3,81% | 6,07% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.244,77 | 0,70% | 3,52% | 5,34% | 6,93% | 19,53% | 35,46% |
Reksa Dana Syariah Syailendra Tunai Likuid Syariah | 1.157,86 | 0,31% | 2,47% | 3,84% | 5,00% | 14,18% | - |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.