BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Begini Strategi Manajer Investasi Menghadapi Gejolak Pasar

21 Mei 2019
Tags:
Begini Strategi Manajer Investasi Menghadapi Gejolak Pasar
Pekerja melintas dengan latar belakang pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (15/5). IHSG kembali ditutup melemah, turun hingga 1,83 persen ke level 5.838. Sejak perdagangan dibuka, IHSG sudah terkoreksi 0,35 persen di level 5.926. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Akhir-akhir ini pasar bergejolak akibat faktor eksternal yaitu perang dagang AS-China & internal yakni sengketa Pilpres

Bareksa.com – Manajer investasi sudah punya strateginya sendiri dalam menghadapi situasi pasar yang tidak kondusif. Terlebih seperti yang terjadi dalam satu pekan terakhir saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hingga 5.826,87 dari posisi akhir April 2019 di level 6.455,35.

Tak hanya mengantisipasi volatilitas pasar, adanya ketidakpastian juga membuat manajer investasi selalu siaga.

Salah satunya PT Avrist Asset Management. Kepada Bareksa, Senin, 20 Mei 2019, Direktur Utama Avrist AM Hanif Mantiq menyampaikan setidaknya dua strategi dalam mengelola reksadana di tengah volatilitas pasar.

Promo Terbaru di Bareksa

“Untuk obligasi, strategi memperpendek durasi,” katanya.

“Untuk saham, memilih saham yang memberikan dividen yang tinggi, terutama yang sedang terkena koreksi seperti saham perbankan,” tambah Hanif.

Secara umum, Avrist AM memang melakukan reprofiling reksadana berbasis obligasi dan saham. “Reprofiling sedikit saja. Jika ada tambahan dana, bukan menjual saham yang dimiliki,” imbuh Hanif.

Lain juga yang dilakukan PT Mandiri Manajemen Investasi. Direktur Mandiri Investasi Endang Astharanti mengungkapkan, kondisi pasar modal saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Challenge masih banyak dari global, yaitu trade war. Untuk domestik, Indonesia data trade balance bulan lalu tidak sesuai ekspektasi dan masalah Pilpres yang belum selesai,” tutur perempuan yang akrab disapa Asti ini.

Menurut Asti, beberapa faktor tersebut mempengaruhi pasar modal, mengakibatkan net sell di pasar saham yang cukup massive beberapa hari terakhir.

“Kami melihat mestinya sell off cenderung overdone. Inflow kuartal I 2019 hampir masuk Rp11 triliun. And now turned out nett outflow,” ungkapnya.

“PE ratio currently di bawah 5 year average. Artinya ini undervalued.”

Asti mengungkapkan, Mandiri Investasi tetap optimis dalam jangka yang lebih panjang seharusnya jika PER kembali ke level average maka IHSG dapat rebound.

“Namun kami bersikap lebih cautious dalam pengelolaan reksadana saham. Baik dari sisi pemilihan efek maupun strategi alokasi aset,” terang Asti.

PT Sinarmas Asset Management tak ketinggalan mencermati situasi terkini. Direktur Sinarmas AM Jamial Salim menyampaikan, ada risk and reward yang menjadi pertimbangan.

“Dengan penurunan akhir-akhir ini, kami lihat valuasi market jadi cukup atraktif dan kami yakin gejolak ini hanya bersifat temporer,” kata Jamial.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua