BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: RIMO Batal Rights Issue; WIKA Gedung IPO 2016

16 November 2015
Tags:
MARKET FLASH: RIMO Batal Rights Issue; WIKA Gedung IPO 2016
Aktivitas pembangunan gedung bertingkat di Jakarta - (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

GEMS perpanjang utang ACE; KAEF bangun pabrik Rp550 miliar

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA berencana mengantarkan anaknya, PT Wika Gedung, masuk ke pasar modal melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tahun depan. Wika Gedung berencana menjual 30 persen saham baru via IPO. Sekretaris Perusahaan WIKA Suradi Wongso menyatakan, Wika Gedung lebih siap masuk bursa ketimbang anak usaha lain. Wika Gedung memiliki kinerja cukup bagus dan berkontribusi besar terhadap laba bersih WIKA.

Promo Terbaru di Bareksa

Anak usaha di bidang konstruksi gedung itu menyumbang laba bersih terbesar kedua terhadap perseroan setelah Wika Beton. Kontribusinya mencapai 20 persen terhadap total perndapatan WIKA. Wika Gedung juga dinilai memiliki prospek menjanjikan. Pasalnya, proyek gedung high rise tengah booming di tengah program pemerintah membangun 10.000 rumah. Suradi mengatakan, perseroan akan menjual saham Wika Gedung setelah laba bersih mencapai Rp 200 miliar. Dengan estimasi tersebut, mungkin IPO digelar pada semester kedua tahun depan.

PT Blue Bird Tbk (BIRD)

BIRD memproyeksikan pendapatan pada tahun depan bertumbuh 20 persen bila ekonomi nasional dapat tumbuh di atas 5 persen. Bila ekonomi mendukung, BIRD juga akan menambah 2.000 unit armada tahun depan dengan belanja modal Rp2 - 2,2 triliun.

Per akhir September 2015, BIRD mencetak pendapatan senilai Rp 4,04 triliun. Nilai itu tumbuh 17,44 persen dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp 3,44 triliun. Tahun ini, kinerja BIRD mungkin seret lantaran ekonomi melambat. Bukan hanya itu, lesunya pertumbuhan ekonomi tahun ini menyebabkan BIRD tak terlalu gencar ekspansi. Semula, BIRD memproyeksikan penambahan kendaraan tahun ini sebanyak 4.500 - 5.000 unit. Belakangan, BIRD merevisi menjadi 1.500 armada.

PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS)

GEMS memperpanjang jatuh tempo pinjaman kepada Asia Coal Energy Ventures (ACE), induk PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Pinjaman yang diperpanjang itu merupakan fasilitas senilai US$ 30 juta yang diteken pada 2 Juli 2015. GEMS menandatangani perjanjian fasilitas itu dengan ACE, pihak ketiga, dan ASM Administration Limited (ASMAL) yang menjadi pemegang saham tunggal ACE.

Perjanjian itu meliputi pemberian fasilitas pinjaman dari GEMS kepada ACE senilai US$ 30 juta, yang akan digunakan untuk penawaran tunai sehubungan dengan akuisisi saham Asia Resource Minerals Plc (ARMS). Jangka waktu pinjaman itu selama tiga bulan dan bisa diperpanjang sampai enam bulan sejak penarikan dana. Suku bunga pinjaman itu dipatok sebesar LIBOR ditambah 10 persen per tahun.

PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO)

RIMO batal menyelenggarakan rights issue Rp8,08 triliun karena tidak mendapatkan restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meski sudah disetujui oleh pemegang saham. Emiten ritel yang berniat pindah haluan ke bisnis properti ini pun tidak jadi menaikkan modal dasar perseroan menjadi Rp30 triliun dari semula Rp240 miliar. Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) 29 Desember 2015, perseroan mengagendakan pembatalan keputusan rapat sebelumnya mengenai peningkatan modal tersebut.

RIMO berniat mencari dana di pasar modal lewat rights issue jumbo. RIMO akan menggunakan sebagian besar dana hasil hajatan tersebut untuk mengakuisisi perusahaan properti, PT Hokindo Mediatama. Nilai akuisisinya sekitar Rp 6,25 triliun. Setelah pindah ke bisnis properti, RIMO berniat melepas sejumlah anak usaha, seperti PT Rimo Surabaya Lestari, PT Rimonet Inti Cemerlang, dan PT Rimo Nusantara Mandiri. Sebelumnya, OJK mengungkapkan belum meneken izin lantaran RIMO belum memenuhi kelengkapan dokumen yang diminta, termasuk data pihak-pihak terkait transaksi.

PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)

GJTL menargetkan dapat meningkatkan porsi penjualan ekspor pada kisaran 45 - 50 persen dari total penjualan perseroan pada tahun depan. Direktur GJTL Catharina Widjaja mengatakan dalam sembilan bulan pertama 2015 persentase perbandingan antara penjualan di pasar ekspor dan domestik 43 persen dan 57 persen. Hal itu mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan porsi tahun lalu sebesar 38 persen dan 62 persen.

Perseroan melihat potensi besar di pasar global dan saat ini GJTL baru memenuhi sekitar 2 persen dari permintaan di pasar luar negeri. Dengan tujuan itu, perseroan berniat melakukan ekspansi yang lebih besar dengan menyasar negara-negara baru. GJTL akan memasok ban sepeda motor dengan jumlah yang lebih besar ke Singapura, Vietnam, dan Thailand.

PT Rukun Raharja Tbk (RAJA)

RAJA menyiapkan dana US$40 juta untuk belanja modal tahun depan, yang akan digunakan untuk proyek pembangkit listrik di Jambi dan Banten. Dalam kedua proyek itu, perseroan menjadi pemasok gas. Proyek pertama Jambi Peaker di Tanjung Jabung Timur berkapasitas 100 MW dengan nilai kontrak penyaluran gas mencapai US$20 - 23 juta. Sementara itu, proyek di Banten adalah Banten Peaker dengan kapasitas 500 MW.

Adapun sumber dananya berasal dari kombinasi kas internal dan pembiayaan eksternal. Perseroan masih punya fasilitas pinjaman dari HSBC senilai US$70 juta. Pinjaman itu diperoleh perseroan pada Maret 2015 dengan tenor 60 bulan. Dari jumlah itu, sekitar US$29,46 juta di antaranya dipakai untuk refinancing pinjaman dari Bank BII Maybank.

PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF)

KAEF menyiapkan sekitar Rp550 miliar atau hampir separuh dari belanja modal Rp1 triliun pada 2016 untuk membangun sejumlah pabrik. Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman memaparkan perseroan berencana membangun sejumlah pabrik antara lain pabrik bahan baku obat dan pabrik garam farmasi yang diharapkan dapat diwujudkan pada tahun depan.

Pabrik bahan baku yang dimaksud merupakan pabrik yang memproduksi active pharmaceutical ingredient (API) dengan nilai investasi Rp110 miliar. KAEF memiliki lahan seluas 12 hektare di daerah Cikarang, Jawa Barat. Lahan itu akan menjadi lokasi untuk pembangunan pabrik API. Kimia Farma berencana bekerja sama dengan investor asing asal ASIA terkait pembangunan pabrik itu.

PT Elnusa Tbk (ELSA)

ELSA tengah membidik sejumlah proyek di Iran, Myanmar dan Nigeria dengan mengikuti beberapa tender di negara-negara tersebut. Perseroan menilai potensi besar di Iran yang bisa memproduksi 8 juta barel per hari minyak. Untuk itu, perseroan mengggandeng salah satu perusahaan jasa minyak Iran untuk mengikuti tender proyek yang nilainya mencapai ratusan juga dolar AS.

Adapun target kontrak perseroan tahun depan sebesar US$400 - 500 juta. Dari angka tersebut, carry over proyek ke tahun depan sebesar US$277 juta. Sejak Januari - September 2015, perseroan sudah meraup kontrak US$185 juta, turun 22,6 persen dibanding kontrak baru US$239 juta pada periode sama tahun lalu.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,04%
Up3,59%
Up0,02%
Up5,46%
Up18,25%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,40%
Up0,02%
Up6,86%
Up17,17%
Up43,56%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,79%
Up3,43%
Up0,01%
Up3,97%
Up18,39%
Up46,82%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,45%
Up1,56%
Up0,01%
Up2,14%
Down- 2,42%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua