BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Rennier Latief Mengelak Punya Saham SIAP; GGRM Cari Utang Rp9 T

13 November 2015
Tags:
MARKET FLASH: Rennier Latief Mengelak Punya Saham SIAP; GGRM Cari Utang Rp9 T
Pialang mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta - (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

AISA siapkan belanja modal Rp1,2 triliun; AKRA cari pinjaman US$70 juta

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)

Rennier A.R. Latief mengaku tidak memiliki saham SIAP dan tidak terlibat kasus transaksi gadai emiten itu yang terjadi di pasar negosiasi. Saat dikonfirmasi, Rennier mengatakan alih-alih punya saham dalam SIAP, dia memiliki saham hanya 4 persen di PT Indo Wana Bara Mining Coal, anak usaha Sekawan Intipratama. SIAP sendiri, menurut dia, mengantongi 66 persen dalam Indo Wana.

Promo Terbaru di Bareksa

Berdasarkan laporan keuangan Sekawan Intipratama per 30 Juni 2015, Indo Wana dimiliki SIAP melalui RITS Ventures Ltd. Rennier mengaku tidak tahu soal transaksi saham SIAP di pasar negosiasi, juga tidak terlibat. Menurut dia, dia tidak lagi memiliki otoritas di SIAP dan tidak lagi menjadi komisaris utama sejak enam bulan lalu.

PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

GGRM tengah mencari pinjaman bank senilai Rp9 triliun yang akan digunakan untuk membayar cukai rokok pada Desember 2015. Direktur GGRM Heru Budiman mengatakan berdasarkan aturan pemerintah yang baru diterapkan pada 2015, pembayaran untuk pemesanan pita cukai pada November dan Desember 2015 dibayarkan selambat-lambatnya pada 31 Desember 2015. Bukan dibayarkan pada Januari atau Februari 2016 seperti secara teknis yang berjalan sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2015, short term loans perseroan mencapai Rp14,002 triliun, sedangkan cash perseroan tercatat Rp2,93 triliun. Dengan adanya pinjaman untuk pembayaran cukai pada Desember 2015, maka pinjaman perseroan tentu akan meningkat.

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)

AISA menyiapkan belanja modal senilai Rp1,2 triliun pada 2016 atau relatif sama dibandingkan dengan perkiraan sampai akhir tahun ini. Belanja modal tersebut untuk tiga lini bisnis yaitu makanan (makanan dasar, makanan konsumsi), beras (beras pack bermerek, beras curah bermerek) dan kelapa sawit (minyak kelapa sawit, inti sawit dan turunannya).

Pada 2016, belanja modal AISA paling besar dialokasikan untuk lini usaha beras senilai Rp517 miliar, diikuti kelapa sawit Rp387 miliar, dan makanan Rp309 miliar. Pada 2015, komposisi belanja modal tersebut relatif berbeda. Pada tahun ini, belanja modal untuk kepala sawit sekitar Rp560 miliar, beras Rp344 miliar dan makanan Rp308 miliar.

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

AKRA tengah mencari pinjaman untuk mendanai perluasan terminal tangki di Tanjung Priok, Jakarta yang nilai totalnya mencapai US$70 juta. Porsi pendanaan eksternal diperkirakan berkisar 70 - 80 persen tetapi sumbernya masih dicari. Terminal tangki tersebut saat ini berkapasitas 250.800 kiloliter dan nantinya bakal menjadi 450.800 kiloliter.

Perluasan ini merupakan bagian dari rencana AKRA meningkatkan kapasitas terminal-terminal tangkinya menjadi 1 juta kiloliter dalam tiga tahun hingga empat tahun ke depan. Perusahaan juga berniat melakukan perluasan serupa di terminal tangki yang berlokasi di Tanjung Perak, Surabaya dari kapasitas saat ini 60.790 kiloliter. Perluasan akan dilakukan dalam tiga tahap, sehingga nanti menjadi hampir 248.790 kiloliter. Namun, nilainya masih dihitung.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

KLBF mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp1 - 1,2 triliun untuk tahun depan. Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menjabarkan sebagian besar dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan pabrik berteknologi biosimilar di Cikarang, Bekasi. Pembangunan pabrik bisa mencapai 50 persen dari total capex tahun depan. Sisanya, untuk pengembangan pasar obat bebas sekitar 25 persen, dan 25 persen lainnya untuk pengembangan distribusi.

Seperti diketahui, pada bulan lalu KLBF menyatakan telah meneken perjanjian usaha patungan dengan Genexine Inc., perusahaan asal Korea Selatan yang bergerak di bidang bioteknologi klinis yang fokus pada pengembangan dan inovasi imunoterapeutik. Kalbe Farma menguasai 60 persen saham perusahaan patungan itu, sedangkan sisanya digenggam oleh Genexine. Perseroan belum menentukan kapasitas pabrik berikut target pasar domestik dan regional. Konstruksi dijadwalkan selesai paling cepat pada 2020.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

INCO baru menyerap 68,77 persen belanja modal (capex) hingga kuartal ketiga tahun ini. Hal itu lantaran ekspansi INCO masih terganjal sejumlah perizinan. Ada beberapa izin yang belum selesai seperti izin kehutanan dan Amdal terkait ekspansi. Sebelumnya INCO memangkas capex tahun ini sekitar 7,67 persen menjadi US$ 110,8 juta.

Perseroan juga akan menunda semua belanja modal untuk pertumbuhan tahun berikutnya, karena beberapa izin dan lisensi pembangunan belum diperoleh. Sebelumnya, INCO berencana ekspansi dengan membangun proyek pemurnian (smelter) bijih nikel senilai US$ 4 miliar. Perinciannya, sebesar US$ 2 miliar akan digunakan untuk investasi smelter di Bahadopi, Sulawesi Tenggara dan Sorowako, Sulawesi Selatan. Kemudian, US$ 2 miliar untuk proyek smelter greenfield di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Investasi Asuransi & Dapen

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengatur penempatan investasi minimum industri asuransi dan dana pensiun pada instrumen surat berharga negara sebesar 20 persen hingga 30 persen dari total investasi. Kebijakan itu dimaksudkan untuk menjaga stabilitas dan kesehatan investasi IKNB dalam perspektif jangka panjang.

Dalam beleid yang ada sekarang industri asuransi diperbolehkan menginvestasikan dana dalam beberapa instrumen dengan jumlah investasi yang telah atur. Namun, untuk instrumen SBN, tidak ada ketentuan tentang besaran investasinya. Sama halnya dalam dana pensiun (dapen) meski boleh berinvestasi di SBN, dalam Peraturan OJK No. 3/2015 tentang Investasi Dana Pensiun tidak diatur batas minimum penempatan investasi pada instrumen tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,21

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.767,05

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua