BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Lakukan Natural Hegding, Fluktuasi Rupiah Tidak Jadi Masalah untuk SRIL

07 Oktober 2015
Tags:
Lakukan Natural Hegding, Fluktuasi Rupiah Tidak Jadi Masalah untuk SRIL
Buruh memproduksi tekstil di Pabrik Sritex, Sukoarjo (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Dana hasil ekspor tidak serta merta dikonversikan perusahaan kedalam rupiah.

Bareksa.com - Rupiah hari ini (Rabu, 7 Oktober 2015) terus menguat, bahkan sudah berhasil menembus Rp13.779 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp14.600-an per dolar AS. Walaupun mengalami penguatan, tapi tetap nilai tukar rupiah semenjak awal tahun telah anjlok 14,2 persen.

Grafik Penurunan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Illustration

Promo Terbaru di Bareksa

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) merupakan salah satu emiten yang mempunyai utang yang cukup besar dalam mata uang dolar. Bagaimana SRIL mengantisipasi penurunan Rupiah ini?

Direktur Utama SRIL Iwan Setiawan Lukminto kepada Bareksa.com, Rabu 7 Oktober 2015 mengungkapkan sejauh ini pelemahan rupiah belum berdampak signifikan kepada perseroan.

"Itu karena kami melakukan natural hegding untuk penjualan dan pembelian bahan baku dalam US$ dan juga Rupiah. Meskipun kurs naik, overall lebih baik karena penerimaan rupiah naik," katanya. Menurut dia, pembelian bahan baku lebih dari 50 persen menggunakan Rupiah.

Corporate Secretary SRIL Welly Salam kepada Bareksa mengungkapkan natural hedging di SRIL bisa berjalan baik karena porsi penjualan dalam dolar lebih tinggi dibanding porsi pembelian bahan baku. Dana hasil ekspor pun tidak serta merta dikonversikan perusahaan ke dalam Rupiah.

"Natural hedging-nya dari kelebihan penjualan. Pendapatan surplus setelah memperhitungkan bunga, cicilan dan segala macam," ujarnya.

Welly mengatakan beban usaha perseroan 80 persen berasal dari bahan baku. Bahan baku yang 100 persen diimpor hanyalah cotton. Proporsi cotton hanya sekitar 20 persen dari total bahan baku. Bahan baku sisanya seperti polyester dan rayon 50 - 60 persen berasal dari dalam negeri.

Menurut Welly, total utang perseroan pada September 2014 mencapai $420 juta. Perusahaan pemasok untuk merk pakaian ZARA ini mengaku ingin melakukan refinancing sebesar $320 juta.

"Utang kami sekarang $420 juta, dan akan dicoba dihemat dengan utang yang biaya kuponnya lebih murah. Lebih rendah bunganya, dan lebih baru," katanya.

Pada laporan keuangan semester I- 2015 perusahaan yang berbasis di Sukoharjo ini telah menambah jumlah utang jangka panjang kepada PT Bank Rakyat Indonesia. Total pinjaman jangka panjang SRIL kepada BRI naik menjadi $135 juta dari sebelumnya US$82,9 juta. Pinjaman dari BRI itu dipakai sebagai modal kerja. (baca juga: Setelah Turunkan Listrik, SRIL Minta Pemerintah Tegas Soal Formula Kenaikan Upah)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.748,46

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.033,61

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.033,61

Up0,53%
-
Up0,03%
---
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua